Jumat, 17 Desember 2010

Terpasung Melihat Sepasang Sepatu




Aku ter pasung memperhatikan sepasang sepatu di sudut jalanan yang basah  lagi kelabu, sedikit robek kemudian tampak seperti telah dijahit kembali oleh tukang sol sepatu.  kini aku termenung mengenang masa-masa ketika engkau membawa aku berjalan-jalan di pagi yang cerah dalam suatu hari libur ceria. 
Aku  anak lelaki yang masih berumur dua belas tahun ketika itu,  ter sudut di dinding tembok  di pinggiran jalan raya dekat sebuah pasar yang setiap pagi selalu ramai oleh penjual dan pembeli,    terperanjat disisi dinding bangunan toko  tersebut dan hanya sempat memperhatikan engkau dengan kasar mengacak-acak dan menginjak-injak sebuah mesin pemutar, sebuah cakram yang  terbuat dari plat piringan hitam bekas yang disulap sehingga memiliki angka-angka satu sampai dengan sepuluh dengan jarum penunjuk terpusat ditengah, hamparan kertas yang bertuliskan angka-angka yang persis sama seperti hasil refleksi dari yang tertera pada plat berputar, angka satu sampai dengan sepuluh kini diinjak-injak,   tak berbentuk ter onggok di pinggiran trotoar. Aku hanya terpana menyaksikan engkau memaksa si pemilik mesin  untuk mengembalikan semua uang yang telah tercuri dari seorang pemuda tanggung kurus yang termenung gelisah ketika seharusnya membeli sesuatu pesanan ibunya di pasar. Ada yang tersembul, terselip di pinggang tertutup jaket mu, tak tampak dari luar dan aku yakin engkau tidak perlu mengeluarkannya pada saat itu.

Kau  hanya melihat sebaran warna  seolah hanya hitam dan putih saja, semakin jelas rona wajahmu ketika engkau marah, marah pada setiap yang mencuri. Kini semuanya menjadi tampak jelas diingatanku, dari tegasnya alur alismu, bibirmu yang sedikit tersenyum namun dimataku tetap saja lakumu menyiratkan kelembutan hati.

Dan kini aku mengenangmu dalam deraian hujan membasahi jalanan yang terlihat dari jendela ruanganku.

Ayah… semoga kau tetap tenang di alam sana, teriring do’a yang hanya bisa kupanjatkan kehadiratMu.

Senin, 15 November 2010

Dunia Khayal






Awan itu seolah ingin diraihnya, tangannya liar menyapu menggapai diatas pelupuk mataku, sinar matanya berbinar untuk kemudian berubah sekejap – sekejap berbalur sendu, mengeliat-geliat mengikuti irama lagu yang diciptakannya sendiri, tangannya masih sajabergerak lembut sejengkal demi sejengkal kemudian sedepa memenuhi hasrat hati, terus saja ia menggerakan raganya kembali, berputar menghentak-hentak seolah membiarkan dirinya terbang ke awan putih, suaranya kini terdengar lirih berguman tidak jelas, setengah berteriak tetapi tidak sedang melampiaskan amarah , untuk kemudian sinar matanya kini berganti meredup, dengan tiba-tiba saja tersedak seolah takut terlihat rasanya yang mengaduh .

Semilir lembutnya angin yang sempat tadi terasa membelai mesra, kini mencekik selubung sukmaku, sedang aku terbuai menikmatinya karena ia terlihat bagai belahan jiwa, perhiasan hidupnya sebelum terdengar pecahan porselen putih terhempas, suaranya gaduh tetapi lembut membuat jari-jemariku terhenti menari-nari diatas keyboard laptop, yak… aku sedang asyik menghayal merangkai kata dalam bangunan cerita. Sebelum gaduh kecil tersebut terdengar dan peristiwa tersebut justru menarik perhatianku.

Sejenak kemudian gadis kecil berumur kira-kira lima tahun tersebut terdiam, terperanjat dengan kecerobohannya sendiri..dipandangnya lekat-lekat yang berserakan dilantai taman, seolah tak percaya bahwa tangannya sendiri yang telah menghabisinya.

“Tidak apa-apa nak”  Seorang  bapak sedang berusaha menentramkan hatinya, “nanti bisa beli lagi di toko sebelah”.
“Tidak ada…Pak, tidak mungkin ada yang sama”,
“Kan pabriknya sama nak, pasti bentuk dan coraknya juga sama”,
“Dia temanku… tidak mungkin sama rupanya maupun baiknya..namanya memey, dan kini pergi berserakan “.

Gadis kecil tersebut tampak sendu, yang tadinya terlihat hanya beberapa butiran keringat bersinar dikeningnya kini matanya juga sembab beserta tetesan air mata yang sudah tak terbendung lagi.

Porselen berbentuk piala mungil tersebut barangkali sudah dianggapnya sebagai teman istimewa,  sering menemaninya bermain-main menuntun menuju alam indah di taman penuh pohon dan bunga yang tertata apik dengan kupu-kupu dan burung-burung serta sungai kecil seolah mengalir di pelupuk matanya bahkan ada makhluk makhluk mungil hidup sejahtera didalamnya, semua nya mengerti dengan bahasanya, mudah untuk diajak bercengkrama dengan pohon, bunga, kupu-kupu, burung, makhluk-makhluk mungilbahkan dengan sungai kecilnyapun, kini porselen mungil tersebut telah pecah berantakan.

Mari kita semayamkan dengan baik-baik di bawah kerindangan 
pohon bunga melati jenis hutan ini…nak, disini dibagian taman ini,… seperti kakek yang telah berbaring tenang dipusaranya. 
Dan gundukan tanah itu telah terbentuk disudut taman yang teduh lagi harum.

Bapak Tersebut kini berjalan memapahnya menuju rumah yang tidak seberapa jauh dari lokasi taman tersebut, terdengar bercengkrama sedikit menghibur bahwa nanti akan hadir memey-memey lain yang lebih cakep dan lebih lembut perangainya.
Gadis kecil tersebut tidak menjawab, seiring langkahnya sesekali ia menolehkan pandangan kebelakang…seakan tidak rela melepas gundukan tanah tersebut.
====)(====
Keesokan harinya, pagi-pagi ketika matahari baru muncul sepenggalah, aku lewat didepan rumahnya, Tampak gadis kecil tersebut terduduk ditangga masuk pintu rumahnya sedang asyik berceloteh dengan boneka bantal miliknya.


:)) Gambar diambil dari Shutterstock Image.

Rabu, 03 November 2010

Amuk Perempuan Pemilik Bara

stock photo : Female bodybuilder with solid defined abs




Perempuan itu meracau histeris berteriak-teriak memaki panutannya yang selama berpuluh tahun mendampinginya, kini bara mungil yang bersemayam disudut hati mulai menyala berkobar menjilati setiap mata yang memandang dan lelaki paruh baya yang disebut sebagai sang panutan tangannya sibuk menangkis panasnya jilatan api yang berkobar, berdarah-darah pergelangannya, hatinya entah berwarna apa pada saat kejadian itu berlangsung, masih birukah atau lebam kelabu.

Alas kaki high hill terus saja menghujan mengarah pada sasaran symbol kehormatannya, tangan si bapak paruh baya yang tidak berdaya sibuk melindungi bagian tubuh yang menyimpan memory selama kurun waktu tertentu setelah dengan susah payah di raihnya dibangku menara biru, digodog bak candra dimuka agar disiplin jumawanya bermanfaat di bidang pembangunan strategis tertentu, nyatanya kini tergerus bersama beberapa jejak yang dipungutnya dengan spontan dari penggalan tapak nyata di tataran sosial kemasyarakatan, posisinya saat ini seolah terpuruk menghalau gencarnya serangan yang mengharu biru berasal dari bara hati yang kini menyala semakin berkobar.

Reaksi spontannya hanya bisa menggapai-gapaikan tangannya tertuju kearahku yang saat itu sedang mencoba sedikit membuka pintu untuk mengamati ada apa gerangan yang terjadi, umpatan membahana dari perempuan bara tadi telah mengusik secara tiba-tiba saja, menghalau heningnya malam dimana se isi rumah-rumah warga kampung mungkin sudah terlelap, sedang aku masih menyimak beberapa lembar demi lembar berita bekas diantara gencarnya siaran media elektronik yang melaporkan angkara murkanya alam sebelum lambaian itu tampak dimataku.

Aku mencari-cari alas kakiku yang tiba-tiba saja hilang dari pandanganku, rasa panikku menggulung mengaduk-aduk tempatnya yang kali ini mengunung dari beberapa pasang yang ditinggal tidur oleh pemiliknya yang nota bene adalah anggota keluargaku. Berlari saja bertelanjang kaki menghabur menuju tempat kejadian, sebelum sadarku pulih dari bengong disaat kejadian berlangusng, hamburan kata-kata pedas dari pemilik bibir mungil bergincu kini berbalik kearahku.

“Bapak sebagai ketua Warga disekitar sini seharusnya melindungi dari kesialan yang dibuat oleh pasangan yang berjubah bencana ini……Bagaimana tanggung jawab seorang pejabat warga jika nanti angkara murka menimpa 40 rumah disekelilingnya…..etc…dimataku kini sipemilik bibir bergincu tampak sedang memposisikan dirinya sebagai Hakim Agung yang tak terbantahkan.

Permintaannya agar jilatan bencana yang berkobar ini diarak kesekeliling kampung, mengharapkan membakar seluruh penghuni rumah-rumah yang sedang terlelap bermimpi indah setelah seharian diterpa sengatnya matahari, guyuran hujan dan debu-debu yang menyesakkan pernapasan.
Malam ini sebenarnya tidak terlalu larut, jarum jam sedang menunjuk angka 9.30, saya mencoba mengumpulkan kesadaranku melihat-lihat sekeliling, nampaklah beberapa anak-anak yang baru pulang mengaji berada disekelilingku merubung memperhatikan, mengumpulkan pengetahuan gratis dipandangan matanya.

Kusarankan agar kobaran api ini di muntahkan saja di gubukku, barangkali disana ada hujan gerimis yang sedikit-demi sedikit mampu memadamkan bara api membakar, aku teramat maklum atas situasi pikirnya yang sedang kalut.

Kuisyaratkan telunjukku mencoba berkomunikasi dengan anak-anak untuk selekasnya memanggil Ketua warga yang sebenarnya, tokh saat itu saya sedang berpura-pura saja sebagai penguasa, hanya sekedar untuk menampung curahan bara yang menghambur.

Dirumah mungil miliku tersebut, persidangan sebenarnya berlangsung mengalir, baranya masih terus saja meletup-letup dimuka sang penguasa kampung sesungguhnya, menggiring memancing nada tinggi sang penguasa karena perempuan pemilik bara telah dengan gagah berani menggebrak-gebrak meja tamu milikku satu-satunya dengan alas kaki berujung tajam.
Nyatanya sang pria paruh baya menyadarkan seluruh peserta musyawarah bahwa dia masih istriku yang baru saja perpisahannya sedang diproses.

“Ini malamku” penguasa kampung menghantarkan nada wibawa untuk memulai musyawarah menegangkan setelah sebelumnya memberi kesempatan seluas-luasnya kepada keduanya untuk mencurahkan segenap luka, dari perempuan pemilik bara dan lelaki paruh baya yang sedang mencoba mengumpulkan harga dirinya, kini babak baru akan dimulai.

Bukti-bukti telah tergelar diatas meja, kejadian kali ini sebenarnya sudah dikhawatirkan juga oleh seluruh warga terutama sang penguasa kampung, pendeklarasian syahnya hubungan antara bapak paruh baya dengan Seorang janda tak ber anak yang disaksikannya sendiri mengurai kekisruhan tersebut. Seyogyanya kejadian ini tidak perlu terjadi jika ijin dari sang pemilik bara telah disandangnya celetuknya.
Hantaman alas kaki berujung tajam mengarah ke tengkorak pembungkus memorynya tadi, untuk kemudian terurai saat musyawarah berlangsung, sebenarnya sebagai bentuk perlindungan terhadap Sang janda yang menggigil ketakutan disudut dirumahnya.
Sempat tadi aku saksikan sebentar, Lelaki paruh baya tersebut tidak menggunakan tangannya untuk berbalik membalas tetapi hanya sibuk berlindung saja dari jilatan api membara tajamnya alas kaki high hill.

Dia sebenarnya penakut atau tersadar untuk menghindar dari pasal yang akan menjeratnya sebagai tindak KDRT. Saya tidak bermaksud untuk mengoreknya tetapi hanya menyimak dalam benak saja.
Sebelum kemelut itu berakhir dan diantara hujatan yang kurang enak terdengar ditelinga dari mulut mungil perempuan pemilik bara, Sang lelaki paruh baya hanya sesekali menimpali :
“perutku sehari-harinya terus mengumandangkan irama keroncong, ingin rasanya diisi dengan olahan tangan asli ikhlas sang pendamping hidupnya, kemana saja selama ini sumber gizi itu dan uang purna karya yang setiap bulan disetorkan kemana tersalur”, celetuknya. sedang mengenai hasrat biologisnya tidak terungkap dengan jelas malam itu.
Benar tidaknya paparan mereka Walahuallam bisawab, yang jelas telah membungkam telak racauan sang pemilik bara.

Pada penghujung pertemuan tersebut penuh dengan petuah dan wejangan ditinjau dari berbagai sudut, yang mungkin susah dicerna oleh pikiran yang sedang kalut. Pada akhirnya Si bapak Paruh baya dengan rela mengantar sang pemilik bara menuju rumahnya sendiri, entah apa yang terjadi setelah sampai disana. Sebenarnya saya tidak peduli, apapun yang dilakukan dikediamannya asal jangan membakar rumahku dan kampungku.

Aku menghembuskan napas panjang tanda terbebas, terbebas dari peristiwa mencekam yang baru pertama kali dialami…dan si aku memohon pertimbangan majelis pembaca untuk memberikan jalan keluar agar peristiwa ini tidak pernah terulang lagi, untuk berjaga-jaga saja jika kejadian tersebut membara lagi menjadikan api-api lainnya membakar kampungku…waaah bisa berantakan jadinya….
.Whuuuuiiih Pesona ternyata bisa mengandung nyala jilatan api dan sanggup membakar masa…….pada gilirannya mampu menenggelamkan ke paling dasar sekalipun.

Selasa, 19 Oktober 2010

Replika Menara Eifel berubah menjadi burung




Rasanya sudah beberapa menit berlalu anton bulak-balik di beranda rumahnya, ada rasa tegang yang amat sangat, tampak terlihat dari roman mukanya yang pucat dan sedikit berkeringat walau malam ini udara sedang dilanda mendung, hujan rintik-rintik semenjak sore tadi tidak henti-hentinya tercurahseolah diturunkan dengan perlahan dari atas langit yang kelabu, keningnya ditekuk agak mengkerut,
memperjelas garis-garis yang menghiasi wajahnya, semakin kentara memperlihatkan roman agak geram, matanya garang terus saja berkeliaran mengawasi setiap sudut ruangan. menyapu setiap jengkal wilayah kekuasaannya.
Tadi ia jelas sekali terlihat masuk melalui pintu depan, gumannya. Kini entah kemana dia ngeloyor, berjalan dengan tenang saja, melangkah seolah tidak memperdulikan yang punya rumah memperlihatkanstrees berat. Sedari tadi Anton sudah memasang kuda-kuda pertanda siap siaga menghadapi musuh besarnya, sementara kedua tangannya tetap saja memegang alat pemukul dengan erat setelah tergesa-gesa tadi mencari perkakas untuk mempertahankan diri, berjaga-jaga siapa tau makhluk tersebut menyerang dengan tiba-tiba, sehingga tanpa sadar dia meraih apa saja yang ada didekatnya untuk sekedar dapat digunakan sebagai pemukul, sebuah gagang sapu yang tersandar dipinggir tembok dekat pintu beranda dia sambar dengan cepat tanpa kompromi.
Makhluk bengis tersebut tetap saja tidak menampakan diri, gelisah Anton semakin menjadi-jadi, dia mencoba merunduk, matanya liar menyusur setiap kolong tempat duduk dan meja….sekonyong konyong saja kini dia meloncat kaget…
makhluk tersebut ada disana, teriaknya …dia ngumpet dibawah kolong kursi, pada kenyataannya dengan spontan anton terjajar mundur beberapa langkah kebelakang. Kuda-kudanya yang tadi tampak kokoh kini hancur berantakan, gagang sapu yang tadi dipegang erat dengan kedua tangannya kini disandarkan kedadanya, napasnya turun naik, matanya mendelik dia tidak berani melangkah sejengkal pun.
Istrinya yang sedari tadi memperhatikan tingkah polah suaminya kini tertawa cekikikan, dia bejalan menuju makhluk yang bersembunyi dibawah kursi tersebut sambil mendesiskan kata-kata huuuss…huuusss….hhhusss, Ia mengibaskan sebelah sendal plastik, mengusir makhluk yang paling ditakuti Anton dan kucing tersebut terbirit-birit berlari menuju pintu kemudian berjalan gontai keluar meninggalkan rumah dengan anggunnya.
Carnipor Phobia barangkali atau tepatnya cat phobia …haa..ha..ha..
Isterinya terus saja berlenggang dengan tenang seolah tidak terjadi apa-apa, kemudian memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membersihkan lantai beranda rumahnya,sapu ijuk yang terlanjur diambil dari genggaman suaminya  dia kibaskan menyapu remah-remah bekas makanan kecil anak bungsunya.
Anton melongo, sisa-sisa kaget masih belum raib sempurna dari rasa cemas yang mencengkeramnya tadi.

==================================================================================

Replika menara eifel mungil tersebut terlepas dari dekapannya, benda kesayangan teman anton yang paling diagungkan olehnya kini tampak tergeletak, siempunya benda terlelap sesekali memperdengarkan bunyi dengkur mengiringi nyenyak istirahat total.
Anton muda dan rekan lain melongo, baru kali ini benda keramat yang selalu dia simpan dengan rapi tersebut tergeletak bebas tanpa perlindungan apapun.
Perjalanan tadi, menyusuri ngarai menuju tempat rekreasi cukup melelahkan segenap rekan anton, kira-kira delapan km selama kurang dari dua jam telah ditempuh untuk menuju rumah peristirahatan ini , Sebuah rumah vila kecil sederhana kapasitas empat orang anak. Kini vilatersebut telah dihuni dengan nyaman selama kurang lebih dua hari. Sebuah acara rekreasi hura-hura yang diadakan sekolah SLTP selepas acara ulangan umum yang cukup menguras pikir dan energi, kini rasanya seolah telah bebas lepas.
Telah tiba saatnya seluruh kelas dua b SLTP tersebut untuk bersenang-senang, jalan setapakberliku mengikuti kontur pegunungan dilahapnya dengan suka cita, sesekali suara koor anak-anak mengalun dengan lincah menyanyikan lagu-lagu riang, berjalan mengular berderap,menghentakan kaki menyusur jalan berliku.
Hawa pegunungan didaerah Bandung utara yang sejuk segar, antara Pakar Dago-goa Jepang menuju tempat rekreasi dihiasi sungai-sungai kecil didalamnya. Huuuugghh …sungguh indah tempat ini. Pikir Anton….
Namun selepas makan siang menuju sore, Anton dan rekannya cukup membuat matanya susah untuk tetap terbuka, selonjoran saja dilantai vila menonton acara satu-satunya yang tertangkap pesawat televisi monocrome diruangan tersebut. Sekejap itulah salah satu rekan Anton sudah terlelap melupakan mainan miliknya yang paling dirahasiakan. Replika Menara eifel yang tampak dari hadapan anton berdiri agak miring kekanan.
Dalam moment sekejap tersebut melahirkan kreatifitas spontan tiga orang anak SLTP tersisa termasuk Anton didalamnya. Mereka perhatikan benda tersebut dengan seksama, seseorang berjalan keluar mengumpulkan bulu-bulu halus ayam kampung yang bertebaran setelah tadi dipotong siempunya vila untuk lauk-pauk acara makan siang dan malam.
Replika menara eifel tersebut kini sudah berubah wujud telah dihias cantik menyerupai burung indah, tampak kepalanya sedang mendongak keatas, kelangit-langit ruangan vila. Tubuhnya diselimuti rekatan bulu-bulu halus ayam kampung sehingga bentuknya mirip sekali dengan sosok Anis kembang kepunyaan Paman. Anton yang bersuara merdu.
Hasil kreatifitas nan indah tersebut kini diamati dari kursi tempat duduk masing – masing, dalam suasana terkagum atas kreasi spontan mereka, tidak tau dari arah mana datangnya, melangkah tanpa meninggalkan jejak suara sedikitpun, tampak seekor kucing betina gemuk sedang mengendap-ngendap mengincar mangsa semakin dekat dengan menara eifel yang berhias, malah kini menjadi dua ekor… soo what….
Kontan saja seluruh rekan Anton terkesiap melonjak belingsatan dari tempat duduknya masing-masing, sebagian berusaha melindungi menara burung tersebut yang lainnya berusaha mengusir dua ekor kucing betina gemuk dengan membabi-buta, suara gaduh menyebabkan sipemilik replika yang tadi tertidur lelap kini bergerak-gerak siuman, menggesekan punggung telapak tangan, membangunkan matanya.
Setelah agak tersadar dia tersentak kaget, matanya melotot, berteriak menjerit memandang replika menara eifel kesayangannya kini berubah menjadi burung……

Selasa, 21 September 2010

The Virgin

stock photo : Separate Love Select the best ignore the truth Hanya menduga-duga saja sebelumnya bahwa perkawinan adalah sebuah keputusan biasa-biasa saja, keputusan antara dua orang dewasa lelaki dan perempuan yang berjanji dan berkomitment sehidup semati untuk menjalani hari-hari penuh bahagia didepan penghulu dan dihadiri oleh orang tua kedua belah pihak, saudara dan handai tolan, untuk kemudian setelah semua hiruk pikuk tersebut, setelah riuh rendah pesta suka-ria hilang lenyap dalam suatu hura-hura pernikahan yang meriah. Nyatanya sepasang pengantin memasuki suatu area baru, ruang baru didalam sebuah kamar disalah satu bagian rumah pesta tersebut belangsung. Suatu babak baru untuk menyibak semua mistery dan gejolak angan yang selama ini kadang terlintas dalam ruang pikir yang paling horror sekalipun.

Perkawinan merupakan fitrah kemanusiaan yang menuntaskan segala gejolak biologis yang selama itu masih merupakan hal tertahan dalam kalbu yang paling dalam.
Nikah merupakan jalan yang paling bermanfa’at dan paling afdhal dalam upaya merealisasikan dan menjaga kehormatan, karena dengan nikah inilah seseorang bisa terjaga dirinya dari apa yang diharamkan Allah SWT.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“  Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”.
(Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).

Dikamar tidur itu yang masih berhias indah sisa-sisa pesta-pora  yang membahagiakan dalam hari bersejarah proses kehidupan itu berlangsung, Tapi kok…. pintu kamar tersebut setelah diteliti dengan penuh kebingungan ternyata tidak ada pada tempatnya….  
Dalam keheningan malam hanya ditemani suara dengkur bagai nyanyian koor serempak silih berganti yang punya rumah setelah kecapaian karena kesibukan persiapan pesta tadi siang dan suara kodok ngorek samar samar dikejauhan, dengan semangat pantang menyerah, sang pintu tersebut terus dicarinya  didalam sampai kebagian belakang rumah yang sebagian besar masih asing baginya. Toch setelah sekian lama dalam suasana pencarian  mencekam akhirnya pintu tersebut diketemukan, kemudian harus tetap saja berusaha dengan susah payah  diterapkan kembali pada tempat yang semestinya. 

Sempat terlintas dalam pikiran keruhnya sumpah serapah bercampur kagum atas kreasi tidak lucu yang punya hajat, walaupun hal tersebut disengaja ataupun tidak disengaja tetap saja itu tidak lucu……Pintu kamar dalam situasi dan kondisi seperti itu bagai sebuah hijab yang sifatnya penting bahkan harus,  suatu bidang datar yang membatasi antara   ruang pribadi dan ruang umum didalam rumah, ruang umum layaknya suatu ruang  yang dengan bebas dan sesuka hatinya orang berlalu lalang melintas berbeda dengan kamar tidur yang sifatnya sangat pribadi.

Setelah semua diselesaikan dengan sempurna dan sekilas dipandangi sebagai bahan selidikan, pintu tersebut ternyata cukup kokoh ditempatnya, kuncinya masih berfungsi dengan sebenarnya, perasaan lega dan sedikit kesombongan kini menyeruak dalam pikirnya. ahaaa.

Sejurus kemudian seiring waktu berlalu dalam keheningan malam, senandung lagu seolah diiringi musik orchestra menghanyutkanya kemudian iramanya kini berubah menjadi hip-hop bergelora. Nyatanya sang gadis bekas kekasihnya yang pakaian adatnyapun masih melekat ditubuhnya yang molek walaupun kondisinya kini tampak agak berantakan, tiba-tiba saja dia terhenyak, melompat, berlari kemudian  bersimpuh disudut  ruang kamar, termenung dengan perasaan berkecamuk antara bahagia dan rasa takut yang tak terperikan, bergemuruh dalam dadanya menyisakan degup jantung yang kian kencang. Sang gadis bekas kekasihnya tepekur disudut kamar tersebut, persilangan kedua tangannya menyangga dagunya diatas kedua lututnya yang sedikit gemetar. 

Aaarrrgggkhhhh Mistery dunia tersebut  belum waktunya untuk disimak, langit  dini-hari masih menyisakan warna merah jingga menghiasi kabut mistery…….. 

Pencinta Purnama

stock photo : Flying Dutchman ship sailing in the Moon light.Setiap orang pada umumnya mempunyai tujuan yang ingin diraihnya dalam hidup menuju mimpi. pada dasarnya mimpi adalah sesuatu harapan yang hendak dicapai dengan usahanya baik sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Tujuannya tentu saja dalam rangka penjabaran keinginan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu dan bersifat idealis. Usaha yang kuat biasanya akan dikerahkan dalam menuju perubahan kearah yang lebih baik akan menjadikannya arah dalam perjalanan hidupnya sehingga mimpi tersebut menjadi kenyataan.

Namun demikian, berbeda dengan mimpi yang selama ini diidamkan oleh pak Amad, seorang tuna rungu bawaan sejak lahir yang tinggal disuatu kampung didaerah pantai dekat dengan tempat pusat pelelangan ikan. Mimpi pak Amad tidak muluk-muluk sehingga susah dicapai, dia hanya ingin memandang dan bertafakur di malam bulan purnama, memandangi bulan bulat penuh ditengah suara-suara deburan ombak yang semenjak kecil suara tersebut tidak dapat ternikmati, hanya bercengkrama dengan keindahan cahaya bulan saja yang dia rindukan.

Hari-hari yang dilakukan oleh pak Amad adalah sebagai kuli panggul di pasar pelelangan ikan, seperti biasanya pagi-pagi ketika nelayan merapat kepantai, dengan penuh semangat ia akan menyambutnya memanggul kotak-kotak berisi hasil tangkapan ikan para nelayan kepasar lelang, menyortirnya berdasarkan jenis dan besarnya ikan dengan demikian dia akan menerima imbalan dari tetesan keringatnya yang jatuh ditambah dengan seonggok ikan-ikan kecil yang masuk kedalam katagori tidak laku untuk dijual, ikan-ikan bonus yang tercecer tersebut dia bawa kerumah untuk dimasak oleh istrinya sebagai lauk santapan seluruh keluarga. 

Walaupun pak Amad seorang yang cacat sejak lahir namun semangatnya sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab nampaknya tidak dapat diragukan lagi, pendapatan ala kadarnya yang telah dia capai setiap harinya sudah merasa cukup sebagai refleksi dari rasa syukur terhadap pemberian Allah SWT yang telah menjadikan hidup keluarganya berbahagia.

Mimpi pak Amad sebentar lagi akan terlaksana setelah beberapa bulan purnama yang lalu Sang pujaan luput dari penampakannya yang indah. Hari ini tanggal 25 Desember 2004 atau dalam penanggalan Islam tanggal 14 Dzulqaidah 1425 setelah menunaikan shalat isya berjamaah di mesjid kampungnya Ia bergegas menuju menara, membawa bekal seadanya, ia akan meminta izin kepada petugas menara pantai untuk dapat naik kepuncak dunianya, merenung seperti biasanya, memandang bulan bulat penuh menggantung dilangit, dia akan terus memandangnya seolah sedang bercengkrama melepas rindu setelah beberapa musim tidak bertemu. Kebetulan sekali malam ini tidak ada awan mendung menggelayut dilangit, dipastikan hujan tidak akan turun  sampai terpuaskan dahaga rindunya.

Kini pak Amad sudah tampak duduk bersila dipuncak menara tersebut, ditempat yang menurutnya paling nyaman bercengkrama dengan sang pujaan hati, ditemani secangkir kopi yang disiapkan oleh istri dan camilan alakadarnya. Kali ini bulan purnama tampak indah menggantung dicakrawala. Namun pada purnama kali ini ada yang tidak lazim seperti bulan purnama yang pernah disaksikannya pada bulan-bulan yang telah berlalu. Pasang naiknya permukaan air laut yang tidak seperti biasanya, ombaknya yang layaknya bergulung meninggi kini tanpaknya terlihat agak tenang dan desiran angin laut yang menerpa tubuhnya dirasakan tidaklah normal. Pak Amad terus saja merenung memandangi dan menganalisa dengan naluri dan berdasar kepada pengalaman pribadinya. Kali ini nampaknya cukup aneh pikirnya, dia bergegas turun dari puncak menara tersebut memberitahukan dengan suara gagunya dan juga dengan bahasa isyarat dia komunikasikan seluruh kemampuannya berulang-ulang kepada petugas menara pantai, dia menunjuk hamparan laut lepas dikejauhan, kemudian mengangkat tangannya tinggi-tinggi, namun tetap saja penjaga menara pantai tidak paham apa yang disampaikannya. Akhirnya pak Amad bergegas menuju rumahnya, memerintahkan anak istrinya untuk mengemasi barang-barang yang sekiranya dapat dibawa, dengan mengendarai ojek menuju sang kakak yang berada jauh dari kampungnya.

Disepanjang perjalanan dia tetap berteriak-teriak dengan suara gagu dan bahasa isyarat kepada setiap orang yang ditemuinya, istrinyapun jadi terpengaruh untuk menterjemahkan informasi yang disampaikan suaminya tersebut, namun tampaknya setiap orang yang memperhatikan tidak mengerti apa yang disampaikan pak Amad, sebagian orang malah menerimanya dengan reaksi menyilangkan jari telunjuk dikeningnya sambil tertawa terbahak bercanda dengan sesamanya. Pak Amad tidak mempedulikan cemoohan orang, dia terus saja berteriak-teriak meperingati bahwa musibah besar akan mengancam desa dan daerahnya sampai suaranya habis dan tenaganya lemah. Kini dalam letihnya pak Amad hanya bisa menyandarkan tubuhnya dipunggung pengendara ojek tersebut, dia kelelahan, istrinya hanya memandang saja dengan perasaan masih diliputi tanda tanya.

Esok hari setelah matahari pagi mulai meninggi, suara gemuruh dari daerah tetangga sebelah terdengar samar yang membuat perasaan sangat mencekam. Pak Amad sudah berada jauh dari daerahnya, diatas ketinggian pegunungan di rumah kakaknya yang turut prihatin dengan suara gemuruh air yang terdengar samar-samar dikejauhan. Hari tersebut dinyatakan sebagai tanggal musibah Nasional yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda yang tak ternilai kerugiannya.

Beberapa waktu kemudian tersiar berita dibeberapa media masa nasional bahwa :
Tanggal 26 Desember 2004
Telah terjadi Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand.


Menurut Koordinator Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland, jumlah korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2) mencapai 127.672 orang. Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya 150.000 orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas tambahan berada di Indonesia. Pasalnya, sebagian besar bantuan kemanusiaan terhambat masuk karena masih banyak daerah yang terisolir.

Kini, sejalan dengan berjalannya waktu setelah kejadian mengerikan itu berlalu, pada saat bulan bulat penuh menggantung di langit, pak amad telah meninggalkan anak dan istrinya dengan tenang untuk selama-lamanya dan semenjak kejadian dimenara tersebut Ia tidak pernah bercengkrama lagi dengan bulan purnama pujaan hatinya.
Kisah Fiksi di ilhami bencana Tsunami nasional terbesaryang pernah menimpa bumi Indonesia

Kamis, 01 Juli 2010

Nyamuk-Nyamuk Nakal

Ketika malam- malam tidak bisa tidur, mungkin kerena nyamuk yang sering sekali mengganggu konsentrasi sejak selepas shalat Isha tadi, mengamati tentang makhluk hidup yang sangat kecil ini yang berterbangan kian kemari kadang hinggap dibagian tubuh menghisap darah dengan rakusnya sampai perutnya menggelembung untuk kemudian terbang dengan agak susah payah setelah puas menghisap darah ini. Setetes darah bagi manusia mungkin tidak ada artinya akan tetapi bagi nyamuk setetes darah adalah kelangsungan hidupnya.

Pllloookkkk…..kedua tangan ini ditepukan mengarah kearah terbangnya makhluk tersebut dan muncratan darah yang notabene merupakan darah saya sendiri menghiasi telapak tangan ini.

Mata pelajaran Biologi, sebagai ilmu dasar yang pada umumnya membahas tentang berbagai phenomena makhluk hidup saat ini memang semakin berkembang dan memiliki banyak aplikasi terapannya sesuai kebutuhan jaman. Sejalan dengan penemuan baru dibidang ilmu biologi yang menjadikannya sebagai ilmu modern yang menarik untuk dipelajari lebih jauh, karena masa depan ilmu biologi dapat menghubungkan dengan penemuan - penemuan terbaru dibidang teknologi dan kesehatan sosial kemasyarakatan, sehingga bukan tidak mungkin akan menjawab tantangan jaman ketika aspek dari fenomena biologi ini mengganggu kestabilan suatu bangsa. Jika penyakit yang disebabkan oleh pengaruh aspek bahaya biologi terjadi out break dimana-mana akan berimbas mempengaruhi permasalahan bangsa lainya seperti sosial, politik, ekonomi dan pertahanan keamanan negara sekalipun. Sebagai contoh sedehana adalah infeksi pada manusia yang disebabkan oleh nyamuk, makhluk kecil yang bisa terbang dan hobby banget menghisap darah manusia sebagai makanan pokoknya ini.

Bahwa Nyamuk sebagai makhluk hidup biasa sering menggangu konsentrasi dan nyenyaknya tidur kita, seolah merupakan makhluk kecil dan lemah sebagai hasil ciptaan Tuhan, akan tetapi dengan sosoknya seperti itupun makhluk tersebut tidak mungkin dapat ditiru dan diciptakan oleh manusia dengan sesempurna mungkin layaknya makhluk hidup yang dapat terbang dan berkembang biak walaupun seluruh akhli berhimpun untuk menandingi ciptaan Tuhan tersebut.

Nyamuk sebagai makhluk kecil yang memberi kesan lemah dan tidak berdaya dalam keseharian kita, ternyata dapat menurunkan dan merendahkan derajat kesehatan manusia tidak terkecuali menimpa manusia yang gagah dan cantik sekalipun jika penyakit malaria dan demam berdarah telah menginfeksinya.

Gara-gara nyamuk manusia berpikir keras mengembangkan kemampuan ilmunya melalui berbagai riset dan penelitian ilmiah, kesempatan kerja dan ekonomi bergeliat, industri pharmasi menginvestasikan dananya untuk memproduksi obat penanggulangan penyakit tersebut, apotik menyediakan obatnya dimana-mana, para pasien pengidap penyakit tersebut memburunya dan mengeluarkan banyak dana untuk kesembuhannya, pemerintah mengucurkan dana yang cukup besar untuk menaggulangi penyakit ini melalui proyek kegiatan kesehatan sosial kemasyarakatan, tak ketinggalan badan-badan dunia sibuk meneliti dan bekerjasama dengan negara-negara berkembang untuk menanggulangi penyakit yang berasal dari nyamuk sebagai vektornya tersebut.

Penyakit Demam Berdarah

penyakit demam berdarah, yang disebabkan oleh virus yang ukurannya sangat kecil dalam skala nanometer, dapat menyebabkan sakit serius pada mahluk yang jauh lebih besar darinya, hal ini menunjukan betapa lemahnya kita manusia di hadapan Sang Pencipta alam semesta.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae.) dari subgenus Stegomyia. Ae. aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae. Scutellaris complex, dan Ae. (Finlaya) niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae. aegyti semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae. aegypti. (WHO, 2000)

Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis. Kejadian penyakit DBD semakin tahun semakin meningkat dengan manifestasi klinis yang berbeda mulai dari yang ringan sampai berat. (www.infeksi.com)

Penyakit Malaria

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria ( anopeles ) betina ( WHO 1981 ) ditandai dengan deman, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia.

Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi).
Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.

Siklus parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati. (www.infeksi.com)


Kesimpulan

penyakit demam berdarah dan malaria , yang disebabkan oleh virus yang ukurannya sangat kecil dalam skala nanometer dimana nyamuk sebagai makhluk perantara yang menularkannya dapat menyebabkan sakit serius pada mahluk yang jauh lebih besar darinya, hal ini menunjukan betapa lemahnya kita manusia di hadapan Sang Pencipta alam semesta.

makhluk tersebut tidak mungkin dapat ditiru dan diciptakan oleh manusia dengan sesempurna mungkin layaknya makhluk hidup yang dapat terbang dan berkembang biak walaupun seluruh akhli berhimpun untuk menandingi ciptaan Tuhan tersebut.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebuah fenomena dan fakta yang jelas dan pasti terjadi sebagai sebuah proses yang berlangsung secara terus menerus bagi kehidupan global yang juga tidak mengenal istilah berhenti , berkembang terus sesuai tantangan jaman dan permasalahan-permasalahan didalamnya.

Jumat, 19 Februari 2010

Sang Penjiwa

Air gunung yang berasal dari mata air , mengalir untuk membasahi lika- liku curamnya karang, kerasnya batu dan tajamnya kelokan tetapi titahNya adalah untuk menyempurnakan dan merakhmati aneka ragam kehidupan bukan untuk merusaknya.
Pagi-pagi seolah berlomba dengan sinar matahari yang menggeliat dari peraduaannya , Anak-anak sekolah dasar nun jauh didusun terpencil berlari-lari kecil menuju sekolah , beriringan bersama teman-temannya, bernyanyi bersiul dan bersenda gurau ,laki-perempuan seolah kompak menyongsong untuk meraih bekal kehidupan sampai berkilometer jauhnya , keringat yang bercucuran tidak terasa karena kebersamaan. Semangat matahari seolah membakar jiwanya. mereka lalui Lika-liku jalan yang masih itu-itu saja, membuat semakin hapal ilalangnya, curamnya cadas, kerasnya onggokan batu, bunga-bunga kecil yang tumbuh menghiasi tepian jalan dan sungainya yang mengalir dari puncak gunung nun jauh kelembah-lembah , kecil mengalir tetapi ajeg tidak berkurang dan tidak berlebih walau dimusim kemaraupun air sungai tetap saja ada. 5-6 km mereka tempuh dalam waktu 1 jam. jika hari kurang bersahabat dengan turunnya hujan mengiringi kepergian mulia mereka, sandal atau sepatu mereka jinjing dengan tangan kirinya sedang pelepah daun pisang dipegang erat ditangan kanannya berkibar-kibar mengiringi semangat jiwa belianya, mengibaskan butiran butiran air dingin yang turun dari langit, tas sekolah tetap bertengger dipunggungnya,berjalan terkadang berlari berjuang menempuh sukar dan licinnya jalan, onak dan duri dikangkanginya, mereka tetap saja bercengkrama dengan riang, senda gurau teman-teman, hijaunya dedaunan dan gemericiknya air mengalir dan alam telah mempersatukannya ,situasi membuat nya menjadi orang yang sederhana dan tangguh tanpa mereka sadari tanpa terkontaminasi dengan faham atau ideologi import manapun, di ruang sekolah ibu dan bapak guru mengajari tentang budipekerti, cinta tanah air, Pancasila , pelajaran agama dan pelajaran lainnya.Di surau dekat rumahnya, ayat –ayat Al-Qur’an dan hadist mereka serap setapak demi setapak. takdirnya yang melahirkan hidup didusun terpencil yang harmonis . Dari kondisi seperti itulah telah muncul dan berkontribusi menyemarakkan jajaran para pembesar, pemimpin , pengusaha tangguh , ulama kondang dan orang-orang terkenal lainnya.
Saat ini Sebagian dari anak dusun ditempat yang sama dapat mencerna dengan mudahnya aliran global, siaran tv , teknologi vidio player, internet maupun smart ponsel , benda teknologi tersebut dapat hadir setiap saat dirumah-rumah dipedesaan, diantara halaman rumah tersebut bermacam –macam parabola menghiasi halaman nya, karena antena tv biasa saja tidak mampu menangkap signal untuk menyemarakkan ruang keluarga, informasi yang positif maupun negatif masuk dengan tanpa hambatan kedalam memory nya yang haus akan informasi baru. Saat ini kendaraan roda dua sudah banyak bersliweran di jalan yang itu-itu juga memudahkan aktifitas masyarakat.
Diantara mereka, ketika mempunyai kesempatan untuk belajar atau pindah kekota besar , barangkali terperangah dengan riuh rendahnya kota, intrik politik dan gebyar materialisme yang dibawa kaum kapitalis seolah menjadi gambaran nyata didepan mata mereka . disekelilingnya ada tubuh-tubuh dan martabat manusia menjadi permainan persekongkolan jaman. Walaupun masih tetap banyak saja diantara anak dusun dan kota yang masih menyanyikan lagu riang nyanyian alam .
Jika diantara mereka ada yang merasa gerah dan tersisih karena perbedaan persepsi, yang dapat dilakukan adalah hanya memanggil dan menggapai ,mempertanyakan amanah sang penerabas , meminta pertangungjawabannya dan ketika tidak ada kepastian karena yang digapai terbuai jaman , mereka dengan mudah diambil sang air gunung yang mengakrabi mereka, mengalir menyejukan dan menghapus dahaganya. curamnya karang dan kerasnya onggokan batu mengilhami untuk menghadirkan nostalgianya, mengikuti petuah mendekat kepada sang pencipta dengan pengorbanan raga, metodenya yang salah kaprah telah menariknya ke situasi yang mencecerkan darah di mana-mana di Negeri yang gemah ripah loh jinawi, meninggalkan luka dan keluarga tanpa penopang hidupnya, menebar ketakutan dan trauma mendalam, tetapi semua korban kita serahkan kepada Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, yang maha sempurna, Maha Mengetahui segalanya lagi Maha Pemelihara.
Apa bedanya anak-anak sekolah dusun dengan kota….? sang air gunung akan mencari , memonitor, merekrut dan mengindoktrinasi ke jalan yang tidak realistis, irasional , anak-anak baik yang patuh dan teguh menjalankan ibadah diusahakan untuk dipengaruhi, anak-anak kota yang geram, jengah dan gerah dengan kondisi jaman dan penindasan sesama keyakinan dinegeri nun jauh disana, diseret menuju jalan pintas ke surga.
Waspada sang air gunung akan mengalir tak tentu arah bisa saja menuju lembaga pendidikan dan organisasi kaum belia aktivis mesjid atau kepada anak-anak kita sendiri. Bangunlah dari tidurmu yang kelam… hai penjiwa,….. Ibu pertiwi memanggilmu.
Abebah. Cianjur, 12 Agustus 2009

Ingin membuat karya tulis, simak yang ini...



Bagaimana membuat suatu tulisan yang menarik dan enak untuk dibaca ?, hal inilah yang pernah ditanyakan anak saya yang baru duduk di kelas 11 sebuah SMA.Negeri dikotaku ketika mendapatkan tugas mengarang dari Guru Bahasa Indonesianya. Saya hanyabisa menyampaikan "tulislah apa yang kamu mau, kamu kuasai dan kamu sukai, itu saja, jangan dulu terpaku kedalah kaidah tata bahasa yang njlimet, mengalir saja....seperti dalam sebuah episode dibawah ini :

di pertengahan sepertiga malam ketika mulai muncul dan menggeser bulan meninggalkan suara hingar bingar anak-anak yang baru pulang mengaji dan saat bintang –bintang berkerlap-kerlip menghiasi langit, aku terduduk menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok yang aku hisap pelan-pelan kemudian aku hembuskan secara perlahan pula,ventilasi ruang tv rumahku yang sederhana sengaja kusiapkan agar udara bisa bebas keluar masuk, hawa yang cukup dingin waktu itu membuat secangkir kopi dan sebatang rokok terasa lebih nikmat rasanya, ditambah dengan siaran TV film dar-der-dor yang dibintangi oleh artis Inggris terkenal,walaupun ceritanya cukup keras tapi pesan moral yang diungkapkannya menarik perhatianku.

Sebuah Film barat yang membuat aku bisa berlama-lama terduduk di kursi singgasana rumahku, Film ini solah-olah menyeret nostalgia ketika aku masih kanak-kanak, ketika Ibuku sering menceritakan sebuah kisah dongeng sebelum tidur, Cuma dalam waktu , situasi dan episode yang lain tentunya.
Keasyikanku tiba-tiba di kejutkan oleh suara putriku yang baru duduk dikelas tiga sebuah SLTP dikotaku, bernada merajuk ingin dibantu untuk dibuatkan sebuah cerita karangan bebas. Sebuah pekerjaan rumah yang ditugaskan oleh ibu guru bahasa Indonesia di sekolah katanya.
Ayolah pak, tentukan sebuah judul cerita dan bimbinglah putri untuk menuliskan rangkaian kalimatnya. Ucapnya , sambil menenteng sebuah buku catatan lengkap dengan sebuah pulpen ditangannya.

Cuma dua halaman buku tulis…. kok pak…., jika selesai dalam beberapa menit atau paling lama satu jam saja pada malam ini, putri kan bisa tidur lebih awal…hari-hari berikutnya tinggal menyelesaikan tugas pekerjaan rumah yang lainnya…….

Putri terus merajuk setengah memaksa untuk dibuatkan pekerjaan rumahnya. Film barat yang aku tonton pelan-pelan menjadi agak kabur alur ceritanya, konsentrasiku terpecah, berikutnya samar-samar sebuah selingan iklan mulai mengisi acara yang menjadi pusat perhatiannku.

Bagaimana ini .. aku kan sudah tua…sudah banyak permasalahan pekerjaan, permasalahan kehidupan lain layaknya sebagai orang tua, mengisi penuh ruang memoriku. Kalau dicoba untuk membatu juga Rasanya akan sangat tidak relevant dengan kondisi dan situasi remaja saat ini…..,gumanku dalam hati .Apalagi menceritakan sebuah karangan bebas khas remaja masa kini.

Wah….Bapak nggak bisa Nak…..memoriku sudah beku rasanya untuk menangkap sebuah kisah cerita remaja masa kini….., ungkapku……tapi….., cobalah renungkan barang sejenak…, kalau perlu pejamkan matamu , sambil selonjoran ditempat tidur juga ngga apa-apa, hiaslah ruang khayalmu…., hadirkan sebuah peristiwa disekelilingmu yang menarik perhatianmu atau yang paling berkesan mendalam dibenakmu…, boleh hal yang menggembirakan hatimu atau sebuah episode kisah hidup yang membuat hatimu gundah atau lucu sekalipun. Pokoknya perhatikan realitas disekelilingmu yang paling berkesan ditangkap oleh indramu Tentang KebesaranNya. Hadirkan yang paling berkesan tersebut sehingga dekat, sangat dekat dimatamu, tangkaplah kata-kata yang melayang-layang disekitarnya dan rangkaikan menjadi sebuah kalimat untuk kemudian tulislah mengikuti alur cerita sesuai dengan perbendaharaan kata dan pengetahuan dalam memorimu. Alangkah lebih baik jika disisipkan hasil referensi dari buku-buku bermutu….barangkali itu lebih orisinil mengikuti cerita masa remajamu … dari pada hasil corat-coret Bapakmu ini.

Terus tulis… .…tulis terus…paragraph demi paragraph…tuangkanlah makna KebesaranNya yang terkandung didalam alam imaginasimu….takan terasa tugasmu akan selesai……. Ungkapku berlagak menasihati.

Kata-kata nasihat tersebut kuucapkan santai sambil sesekali terdengar samar-samar suara sound system film lepas dari sebuah tayangan tv yang sedari tadi kunikmati .
Akh … Bapak ini,…nasihatnya panjang tapi tetap nggak mau bantu putri…. Ya.. kapan selesainya……ucapnya sedikit agak menggerutu……untuk kemudidan terdengar suara Ibunya memanggil dari balik pintu kamar …….

Nak sini …coba ibu bantu…..Putriku berjalan gontai menuju arah suara ibunya ……..
Nasihat yang diucapkan tadi, hampir persis sama dengan kata-kata yang diungkapkan seorang pengurus sebuah mesjid dikota asalku beberapa puluh tahun silam, ketika aku seumuran lebih sedikit diatas anakku sekarang. Seorang bapak paruh baya yang diwaktu luangnya rajin menulis di sebuah buku yang cukup tebal, jika beliau sedang menulis , beberapa buku cetakan terlihat didekatnya, buku tersebut digunakan sebagai bahan referensi dari karya tulis yang selalu beliau sampaikan di depan Umat pada waktu ceramah mengisi tausyiah ibadah solat Jum’at. Pak Ustad biasa aku memanggilnya, beliau bertahun-tahun menjadi dewan pengurus mesjid. Suatu bentuk pengabdian yang tidak ada imbalannya selain mengharapkan kemurahan dan keridhoan Alloh SWT Semata. Semoga menjadi Suatu perniagaan yang sangat menguntungkan, sebagai tabungan di Akhirat kelak… Amin……..

Beberapa lama kemudian, karena suatu proses dalam kehidupan masa remajaku dan mungkin juga karena orang tuaku beberapa kali membawaku pindah rumah, Pak Ustad sudah lama tidak aku jambangi. Suaranya yang berwibawa tidak pernah aku dengarkan lagi, Tausyiahnya yang menyejukan dan menenteramkan hati tidak pula aku resapi. Terkadang sempat aku merindukannya…… Masih adakah beliau disana…… mengurus sebuah mesjid yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlalu kecil, letaknya berada persis dipinggir sebuah gang kecil……………Wallohuallam…………………

Untuk periode berikutnya dalam episode hidupku rasanya menjadi seperti gelap gulita, hidup seperti tidak tentu arah ,aku selalu menuruti kata hatiku yang menggelegak dalam masa pencarian …… kemudian alam berganti menjadi remang-remang, dan akhirnya terang kembali. akan tetapi kondisi itu tidak memamakan waktu yang begitu lama, gelap gulita kembali menyelimuti hidupku….dan kemudian alhamdullilah kini terang kembali……mudah-mudahan begitu adanya………..

Pak…pak… Bangun pak….Pindah tidurnya….. ke tempat tidur ….disini dingin …. lagi pula tidur dikursi dengan posisi setengah duduk demikian , kalau terlalu sering kurang baik bagi kesehatan……istriku kelihatannya mencoba membangunkanku….

Sejurus kemudian aku terjaga ……..aku berusaha mengumpulkan kembali kondisi sadarku …….Astaghfirulloh ……rupanya aku bermimpi..tadi… aku menoleh jam dinding diruanganku, ternyata saat ini sudah hampir menunjukan jam setengah dua malam…….dari mana ya..tadi, dimulainya episode kisah dalam mimpiku……….jawabanya............….aku lupa lagi..……..

Tadi Rumah kita terkena aliran pemadaman listrik…kok pak……sebentar padam….sebentar ….terang….mana lilin tinggal sepotong lagi…..ucap istriku sambil membereskan tempat tidur.. nadanya sedikit agak kesal mungkin ditujukan ke pemilik listrik atau mungkin juga ke aku….., bisa saja karena aku tidak membantu sedikitpun menyalakan lilin atau cempor di rumahku……….
tapi kenapa ko ngga mbangunin…toh..…cempornya kusimpan disudut sana kok…….ucapku sambil menunjuk kesebuah lentera kecil yang berada dekat sebuah kulkas tua…dan kemudian aku berusaha untuk berjalan gontai menuju kamar kecil..…
Wah …sekarang udah terang kok..pak………ujar isteriku sanbil berjalan menuju kamar.

Itulah sebuah episode kehidupan yang kadang terang benderang untuk kemudian …remang –remang….bahkan mungkin akan terus padam…demikian juga dengan pendengaran,kadang terdengar dengan jelas, kemungkinan juga Tuli dari yang Hak dan yang Bathil….Audzubillah himindzalik….mudah-mudahan Alloh SWT tetap melindungi kita dari godaaan setan yang terkutuk….Aamin….

………Selanjutnya aku meneruskan aktifitasku yang tertunda dikeheningan malam…....kunyanyikan bait syair lagu Tombo Ati dalam hati…..

Cianjur, 16 Februari 2010…. Adiabebah….