Minggu, 20 Februari 2011

Selamat tinggal kemacetan


Kebutuhan akan Sandang, Pangan dan Papan merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat, karena tidak dapat dipungkiri bahwa pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan prasarat primer yang keberadaannya sangat penting sebagai masyarakat kaum beradab, salah satu saja dari kebutuhan tersebut tidak dimiliki maka tentu saja akan menghambat proses kenyamanan dalam beraktifitas hidup sehari-hari.

Sejak beberapa tahun terakhir pemerintah gencar untuk mempasilitasi kebutuhan dasar tersebut dengan berbagai program melalui institusi yang membidanginya, tidak terkecuali dengan semakin mendesaknya kebutuhan akan papan sebagai sarana tempat tinggal warga masyarakat baik di daerah maupun dikota-kota besar dengan berbagai alternatif pilihan untuk mendapatkan perumahan yang layak huni sesuai dengan kemampuannnya.

Dikota-kota besar yang sebagian masyarakat urban hidup didalamnya dengan berbagai permasalahannya ternyata kebutuhan  tempat tinggal yang layak huni ini sudah sedemikian mutlak dan dirasakan sangat mendesak, dikota besar banyak sekali masyarakat pekerja baik disektor pemerintah maupun swasta yang memerlukan tempat tinggal.

Permasalahan muncul ketika harga tanah dikota besar menjadi sedemikian melambung karena dipengaruhi oleh Hukum ekonomi pasar dimana banyak permintaan maka harga akan semakin menjulang, dengan demikian untuk mendapatkan sebidang tanah dikota besar yang diperuntukan untuk tempat berpijak pembangunan rumah-rumah penduduk sudah  tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat perkotaan.

Permasalahan lain ketika masyarakat urban menyerbu peluang kerja ke kota-kota besar maka jika tempat tinggalnya jauh dari pusat perkantoran akan tejerat dengan phenomena  hidup dikota metropolitan yang serba sibuk,  sangat akrab dengan kemacetan dimana-mana, pengguna kendaraan bermotor baik pribadi maupun umum sudah semakin tidak seimbang dengan keberadaan kapasitas jalan  untuk menampungnya, lambatnya pembangunan jalan baru dibanding dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor  sudah sedemikian tidak sebanding dengan penambahan sarana prasarana jalan, akibatnya kemacetan menjadikan hal yang lumrah dihadapi diruas-ruas jalan yang sibuk, kondisi jalan menjadi overload, kemacetan sudah merupakan santapan sehari-hari dan merupakan resiko yang harus dihadapi oleh sebagian besar yang hidup dan bekerka di kota-kota besar. Kondisi ini akan diperparah dengan dampak yang ditimbulkannya, penyakit masyarakat dikota-kota besar tidak jauh dari kebiasaan dan pola kehidupan sehari-hari, stress,  penyakit jantung, darah tinggi, penyakit disekitar alat pernapasan dan penyakit lain yang berhubungan dengan kemacetan  sudah sedemikian akrab ditelinga yang  menggenapi penyakit-penyakit lain yang umum diderita oleh masyarakat.

Program pemerintah yang dicanangkan oleh Kementrian Perumahan Rakyat untuk mengatasi kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat yang hidup dan bekerja di kota besar sudah semakin mendesak keberadaannya, hal inisebenarnya telah direspon selain dengan berbagai upaya yang betujuan untuk menghindari kemacetan yang semakin meluas diberbagai ruas jalan diantaranya adalah dengan menggulirkan program apartemen bersubsidi (rusunami) yang dapat terjangkau oleh masyarakat perkotaan dengan penghasilan antara Rp. 2.500.000 – Rp. 4.000.000 perbulan. Program dari kementrian perumahan rakyat ini yang digembar-gemborkan mulai pada tahun 2007  pada umumnya disambut baik oleh masyarakat yang hidup dan bekjerja di kota besar dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut :

1. Harga tanah dikota besar sudah sedemikian tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh sebagian besar masyarakat perkotaan.
2. Bertempat tinggal di rusunami yang  harganya relatif murah ini akan memberi solusi untuk menghindari terjebak kemacetan yang membuat stress karena sebagian waktu bekerja efektifnya tersita oleh antrian panjang yang sebenarnya merupakan kejadian  diluar dari kondisi internalnya sebagai respon dari ketidak seimbangan antara penambahan ruas jalan dengan jumlah kendaraan yang semakin meningkat. Rusunami dianggap merupakan jalan aman untuk menghemat waktu, biaya transportasi dan berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat yang memilih alternatif untuk tingggal rumah susun , karena sebagian besar rumah susun dibangun dipusat-pusat kota yang letaknya bisa dipilih berdasarkan  kedekatan dengan tempat beraktifitas dan berkerja.
3. Karena pada umumnya apartemen  bersubsidi tidak luas cenderung mungil dengan demikian banyak sekali bajet yang dapat dihemat termasuk didalamnya adalah penggunakaan penerangan halaman rumah, pemeliharaan pekarangan rumah, biaya kebersihan rumah karena bentuknya yang mungil, penghematan penggunaan air dan biaya online internet karena dapat ditanggung renteng dengan sistem  Wifi.
4. Rumah susun kemungkinan besar banyak yang tertarik karena untuk memenuhi segala kebutuhan fasilitas hidupnya dapat tersedia dengan mudah dilingkungan yang dekat  didaerah sekitarnya seperti : sekolah, pusat perbelanjaan, tempat bermain anak-anak dan rumah sakit.

Dengan melihat berbagai keuntungan tersebut diatas tentunya banyak masyarakat yang diuntungkan dan memilih untuk tingggal di rumah susun tersebut walaupun pada umumnya kebiasaan untuk hidup di lokasi yang tersentralisir dalam suatu ruang hunian bersama memang membutuhkan  proses adaptasi yang tidak ringan karena dalam budaya sebagian masyarakat Indonesia pada waktu di munculkannya program pembangunan 1000 towers dikota-kota besar di Indonesia ini dirasakan masih terkendala dengan kebiasaan hidup masyarakat pada umumnya yang masih menganggap hunian layaknya berhubungan dekat dengan tanah.

Keberadaan Program pembangunan apartemen bersubsidi ( Rusunami ) yang dicanagkan oleh Kementrian Perumahan Rakyat  saat ini sudah mulai kehilangan gaungnya, walaupun  pembangunannya di beberapa kota besar  saat ini masih berlangsung.  Kendala dari harapan masyarakat untuk memiliki hunian layak di apartemen dikota besar tersebut menurut REI terkendala dengan subsidi dana dan suku bunga yang dijanjikan oleh pemerintah kepada pengembang sejak permulaan dicanangkannya program tersebut, akibatnya saat ini harga hunian di apartemen sudah tidak terkena subsidi lagi, harga hunian apartemen kembali menjadi harga komersial.

Namun perlu untuk dicermati, barangkali berguna bagi masyarakat yang berminat untuk memiliki apartemen atau paling tidak rumah susun di kota anda yang menjadi idam-idaman anda, hati-hati dengan oknum pengembang petualang yang menjanjikan iming-iming yang menggiurkan, periksa bonafiditas pengembang, terdaftar di organisasi pengembang yang dapat dipercaya atau bisa saja terdaftar sebagai anggota REI, Jangan mudah tergiur oleh bujuk rayu serta promosi yang besar-besaran periksa kelengkapan perizinannya dan periksa lokasi serta harganya apakah cocok dengan harapan anda .


Masyarakat Urban merasa patut untuk mengatakan selamat tinggal hunian mahal diperkotaan, selamat tinggal kemacetan dan selamat untuk hidup hemat dipemukiman yang nyaman serta  sehat.