Rabu, 17 Agustus 2011

Merdeka atau Mati




Tugu peringatan layaknya merupakan suatu bentuk bangunan  fisik yang diciptakan oleh seniman khusus dengan maksud  menangkap inti dari suatu peristiwa luarbiasa yang patut untuk dikenang baik oleh pelaku sejarah itu sendiri atau khayalayak luas dari generasi ke generasi.

Tugu peringatan diperempatan jalan ini telah tercipta,  dipersembahkan oleh pemerintah dan lembaga yang peduli  terhadap peristiwa yang telah  terjadi ditempat ini, merupakan  suatu bentuk penghormatan  terhadap   kejadian yang telah mengorbankan jiwa dan raga yang tidak ternilai besarnya.
lalu kenapa diperempatan jalan  tersebut berdiri  suatu bangunan  kongkrit berupa tugu  ” bambu runcing”…….?

Seorang kakek yang sudah  tua renta telah berhasil dengan susah payah menyebrangi perempatan jalan tersebut, lampu trafic light berwarna merah memberi kesempatan bagi dirinya untuk dapat berjalan  didepan moncong berbagai kendaraan yang berhenti total dengan serempak, aneka kendaraan roda empat berderet dengan rapi mulai dari lampu merah sampai beberapa lapis  mengantri dibelakangnya, aneka merek dan tahun lansiran terpajang dengan elok. Kendaraan roda dua seolah tidak mau ketinggalan berbaur dengan posisi agak berserak bersiap menunggu trafik light berubah warna.

Sebelum mencapai ujung tepian trotoar disebrangnya, lampu tanda jalan untuk seluruh kendaraan sudah kembali menyala dan pak tua belum sampai dengan tuntas menyentuh trotoarnya, tinggal beberapa langkah lagi  mencapai tempat pejalan kaki berikutnya dan  kendaraan yang tadi berhenti kini sudah bergerak semuanya, membunyikan klakson dan berlari mengejar waktu.

Pak Tua menarik napas panjang sambil mengamati kecepatan kendaraan tersebut berlalu,  sempat terlihat pada saat lampu merah menyala tadi dan kendaraan berhenti semua, beberapa ibu-ibu menggendong bayi yang masih kecil menentang teriknya matahari siang, menengadahkan tangannya diantara pintu-pintu mobil berkaca gelap mengkilap, berharap rejeki hari ini dapat menyambung hidup diri bersama anak-anaknya. Nampak juga bocah-bocah kecil yang seharusnya sedang asyik duduk menimba ilmu disekolah dasar, kini mereka bergerak lincah membawa peralatan  yang mengeluarkan bunyian gemerincing, nada sumbang  berasal dari beberapa lempengan tutup botol yang dipaku ke batang kayu  untuk didendangkan dengan alunan lagu dewasa  mendayu-dayu, demikian fasih dan lincah anak-anak tersebut menggapai pintu-pintu mobil angkot, meloncat dari satu mobil ke lainya untuk meminta belas kasihan berharap uang recehan seluruh pengguna kendaraan umum tersebut. 

Bapak tua renta  terus saja memperhatikan dengan perasaan trenyuh dihatinya,  matanya tidak terasa mulai berkaca dan dia masih berdiri tegak dengan sisa-sisa tenaganya  diarea aman diperempatan jalan.
Teringat beberapa puluh tahun kebelakang ketika pekik merdeka berkumandang dimana-mana, teriakan nyaring memberi perintah berlindung dan maju kemedan laga dengan persenjataan alakadarnya, menyongsong moncong mesin pembunuh modern dimuntahkan tentara Belanda yang ingin kembali menguasai kotanya setelah beberapa waktu lalu dipukul mundur oleh bala tentara Jepang. Merdeka atau mati teriakannya nyaring membangun semangat rekan-rekanya.

Bambu runcing tersebut merupakan senjata  yang hanya mampu dipegangnya dengan kokoh, ujungnya dihias dengan secarik kain berwarna merah putih mengobarkan jiwa heroik mudanya, bersih hatinya dan menyala semangat belianya. Masih terlihat tanpa terlupakan teman-teman seperjuangannya bersimbah darah, dadanya diterjang peluru, teriakan Allohuakbar mengiringi nyawanya yang meregang, kebanyakan menutup usia ketika masih belia, umur enam belas dan  duapuluh  tahun waktu itu jiwanya telah terpanggil untuk membela kotanya, membela wilayah kedaulatan negara republik indonesia dari penjajah  yang ingin kembali  setelah bercokol beberapa abad lamanya.

Bambu-runcing yang berhias secarik kain berwarna merah putih tersebut kini diabadikan di tengah perempatan jalan, disekitarnya dipenuhi kendaraan mobil dan motor aneka merek, dihiasi juga dengan orang-orang papa yang  tergeletak mengelilingii area tugu peringatan tersebut, anak-anak dengan asyik bermain diantara debu asap knalpot, ibu-ibu dengan balitanya terpanggang panasnya sinar matahari.

Lelaki tua renta tersebut kini hadir menjelang peringatan hari ulang tahun kemerdekaan yang pernah sedikit menorehkan sejarah hidup yang dilaluinya, ditempat ini  beberapa puluh tahun silam Ia bersama rekan-rekannya telah mengerahkan segala upaya yang dipunyainya, bertempur  mempertahankan agar merah putih tetap berkibar  indah.


Kini ditempat ini juga dibatas pertempuran sengit itu berlangsung dengan  suara hampir tidak terdengar karena bibirnya bergetar gemetar hebat……Ia mengucap pekik merdeka dengan lemah………..Meerdeekaaaa………

Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia, semoga hari ini dan yang akan datang lebih baik dari hari kemaren...

Minggu, 14 Agustus 2011

Romance


Ia baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah seperti biasanya, membereskan tempat tidur sehabis kita terlelap tadi malam, mencuci piring dan tempat makanan sisa makan tadi malam, mencuci baju seluruh anggota keluarga, memasak untuk sarapan keluarga tanpa dibantu oleh tenaga kerja bayaran, kita sendiri masih mampu dengan ridho dan ikhlas katamu.

Dengan keringat masih mengucur dari keningnya, baju dasternya yang sedikit berantakan, wajahnya yang minim sekali make up, dan engkau membiarkan aku membantu alakadarnya, menyapu lantai untuk kemudian mengepelnya dengan sedikit cairan pengharum anti mikroorganisme sehingga rumah kita yang tidak besar cenderung mungil tampak lebih bersinar dan wangi.

Engkau sibuk saja menata meja makan menghidangkan masakan hangat hasil olahanmu menyiapkan  dengan praktis seperti piring-piring bersih ditempatkan diatas meja makan didepan kursinya masing-masing. Meja makan kita tidaklah besar waktu itu yak…cukup untuk menampung empat orang anggota keluarga kita, engkau aku dan sepasang anak kita yang masih balita.

Anak-anak kita sudah bersih waktu itu,  kataku dalam suatu hari libur, tadi aku memandikan keduanya dengan sedikit ada keributan kecil pada mulanya tetapi justru pada pertengahan dan akhirnya nyanyian anak-anak tempo dulu berkumandang seadanya diikuti suara koor anak-anak kita mengiringinya walau kadang kata-katanya sedikit kurang jelas karena kebalitaannya.

Meja makan itu  sudah penuh kursinya diisi masing masing anggota keluarga kita, semuanya dalam keadaan bersih sehabis mandi tadi. menyantap rakus semua yang tersedia dimeja makan karena berkat banyak tercurahnya energy  kala menyelesaikan pekerjaan rutin secara bersama-sama tadi.

Suara bising dengan hiruk pikuk keributan anak kita yang sedang berceloteh, suara denting sendok beradu dengan piring-piringnya, bagaikan irama simphony indah dan suara kita, suara engkau dan aku, kata-kata yang keluar dari mulut kita ketika mengajak anak-anak untuk membersihkan badan, menyuruh belajar mencopot pakaiannya sendiri, gumanan engkau ketika salah satu dari bumbu masak atau deterjen bahkan sabun dan odol kita habis terpakai kemarin, itulah suara Alto dan mezo soprano dari suara-suara kita sendiri mendendangkan lagu damai indah mengalun merdu.

Yak… itu beberapa tahun silam ketika anak-anak kita masih kecil, masih sekolah taman kanak-kanak, yang paling besar dan sicantik kita malah belum sekolah sama sekali, usianya baru sekitar kira-kira tiga tahun lebih menjelang empat tahun waktu itu.

Lalu ketika mencoba menerawang, ketika kita masih pacaran dulu, sebelum tali perkawinan kita terikat secara resmi atas nama agama kita dan didepan seseorang yang paling kita cintai yaitu ayah dan ibu, bunga indah kerap aku berikan kepadamu dengan sedikit kejutan tentunya dan senyummu terulas indah memandang rangkaian minim bunga itu, wajahmu sungguh mempesonakan waktu itu, debaran jantung ini sering dirasakan berdegup manakala kita duduk diteras rumahmu dengan diterangi lampu memperjelas pandangku …..Betapa cantiknya engkau waktu itu, pakaian yang serasi dan sopan, lipstick terulas sedikit seolah tanpa warna yang menyolok, dan rembulanku hadir menemani rinduku yang tertahan beberapa waktu sebelumnya.

Terkadang kita berjalan-jalan menyusuri trotoar kota kita yang kecil, mencicipi hidangan yang disediakan di restoran dan penjaja makanan kaki lima, menikmatinya sambil bercengkrama, sinar matamu memancarkan pesona yang sulit aku lupakan pada waktu itu, senyummu, tawamu, candamu, cemburumu bahkan marahmu masih terekam rapi disisi jiwaku. Hanya kurang dari setahun kita menikmati masa-masa indah itu untuk kemudian aku memutuskan dengan segala keberanianku melamar engkau kepada Bapakmu yang baik hati dan bijaksana tersebut.

Pernikahan kira dirayakan dengan sangat sederhana yak… akan tetapi hikmatnya masih dirasakan hari ini juga. Beberapa bulan kita hidup bersama satu atap bersama orang tuamu, menjaring waktu dengan seadanya, untuk kemudian kita memutuskan mengontrak rumah kecil dan romansa itu mengalir bagaikan air penuh rona didalamnya, ada sedikit pertengkaran kecil tetapi itu sungguh tidak berarti. Salah satu anak kita lahir di tempat kontrakan itu dan engkau memberi nama indah dipadu dengan usulan namaku.

Kini sejak puluhan tahun masa perkawinan kita, engkau masih saja gesit mengerjakan semua tugas-tugas rutin dirumah kita,  hasil jerih payah menabung bersama sekian puluh tahun, engkau  menyisihkan uang belanja bulanan dan aku menyimpannya atas kesepakatanmu. Dulu engkau mengatakan mumpung anak-anak kita masih kecil katamu, menabung untuk masa depan kita sedikit-demi sedikit telah menjelma menjadi rumah yang teramat mungil tapi hangat.

Anak-anak kita sekarang sudah dewasa, jauh dari rumah kita, menuntut ilmu demi masa depannya, ketika liburan panjang saja rumah ini menjadi ramai dan memupus kerinduan kita dengan canda tawanya, tapi harus dimaklumi yak… kini anak kita sudah memiliki lingkungannya sendiri, dunianya tersendiri, terkadang mereka sibuk mengikuti berbagai kegiatan organisasi yang positif sehingga waktu kita untuk berkumpul semakin pendek saja. Tidak apa-apa katamu ….toch itu merupakan suatu proses pembelajaran juga, suatu bekal untuk menghadapi dan melengkapi hidupnya kelak.

Yak… rumah kita kini seperti beberapa puluh tahun silam agak sepi, tinggal si jagoan anak bungsu kita yang umurnya hendak menginjak lima tahun, ramai sekali rasanya ya… dengan anak bontot kita itu, otoriter ala usianya kerap sedikit merepotkan kita. Jaraknya yang jauh dengan kakak-kakaknya, semakin banyak yang memanjakannya. Yak itu anugrah yang tak terperikan dari Allah SWT katamu selepas masa bersalin yang agak payah selesai dilaksanakan, nyatanya kini masih ada belaian dan do’a serta cerita anak-anak yang masih kita lantunkan dikala rumah ini sepi.  Sijagoan kita yang ganteng tetap saja berlari kian kemari sesekali dengan canggihnya memainkan video game yang saya sendiri bisa kalah dibuatnya…ha…ha.. Maklum anak-anak gerak refleknya dan keterbiasaannya membuat kita  kalang kabut mengimbanginya.

Semoga hari-hari yang kita jalani dengan indah akan tetap dapat mengawal perkembangan dan perjalanan hidup anak-anak kita sampai dipisahkan OlehNya.

Hanya menatap dan tersenyum saja barangkali ketika mereka memutuskan kelak untuk mengisi hidupnya menjadi bagian terkecil dari suatu keluarga lagi. Mengisi garis keturunan kita. Mudah-mudahan Allah SWT tetap melindungi kita semua Aminnn.

Minggu, 07 Agustus 2011

Ada Deru di malam gelap kala mimpi menggugat

                                                            http://bless4bliss.files.wordpress.com/2011/02/gelandangan.jpeg
Ada bulan menjabat tangan matahari ketika gelap mulai menjalar di cakrawala langit, diawal pekat tanpa mampu mereka-reka karena kerling dan senyum bibir bergincu berkejaran tak menjangkau tanya tentang ketidak pahaman

Ada penat berselimut luruh seluruh tubuh ketika letih dan kantuk bergelayut, menghentikan langkah- langkah kaki untuk sekedar duduk termangu diantara dingin beton bertulang dan langit berbintang menemani malam yang panjang

Bersama beberapa pertanyaan bisu dalam malam pekat menghitamkan bangku-bangku taman dan hijaunya kerindangan, bergelayut suara-suara samar antara desah dan rintih berpacu satu- Satu memecah kesunyian malam

Ada rindu samar berbalut nafsu bersahut berkejaran, tatkala bayang-bayang memagut malam berkelebat diantara gelap dan berkas temaram sinar bulan dan lampu jalanan, sedangkan kucing liar yang berselera memangsa molek terpantul bekelebat, bergejolak

Sedang tubuh diantara emper trotoar dingin beralaskan selembar kardus berwarna coklat kusam, masih saja bebenah memposisikan diri mengusir suara-suara dan berkas sinar agar tidak mengacaukan jadwal kehadiran mimpi yang selalu dirindukan hadir disetiap malamnya

Kerinduan mimpi itu, mimpi tentang seribu warna aneka kembang dan harumnya wangi tanah serta suara sendu ibu, melepas penat hasrat memikul beratnya matahari dipundak agar dapat disimpan dalam bejana-bejana harapan untuk diteguk sebagai pelepas dahaga peluh haus dan laparnya siang

Rindu mimpi terseok diantara suara dan sinaran, berjalan mengkayuh tubuh menjauh dari malam membara diantara bangku taman, silang sengketa jalan beton ditingkah sinar-sinar menyilaukan berkejaran dengan kecepatan

Dipinggir jalan dibawah kerindangan cahaya lampu, lelap akhirnya mampu hadir tertidur pulas, menyambung mimpi-mimpi yang belum tuntas dari malam-malam menjelang dihari-hari yang tak pernah kunjung datang memihak.

Matahari dengan sinarnya menyapa hangatkan tubuh, menggeliat menyongsong hari, selamat pagi duniaku, kini alam menghijau dan bunga-bunga tampak indah diantara bangku-bangku taman serta senda gurau burung-burung untuk kembali bergegas memikul matahari diantara peluh dan debu-debu jalanan.

Rabu, 03 Agustus 2011

Ketika Lelaki Mata Keranjang Tidak Perjaka Lagi



Entri Baru


Siang itu, ketika cuaca sedemikian panas menyengat dijalan, banyak kendaraan yang terjebak dalam kemacetan yang panjang, debu dan asap knalpot kendaraan menyergap dan menyesakkan pernapasan, akhirnya aku berhasil mencapai pintu tempat parkir di mall tersebut, beringsut masuk satu-satu diantara kendaraan lainnya untuk mengambil tiket parkir. Ternyata sesampainya diarea tempat yang luas telah berjajar kendaraan di kedalaman lantai bawah gedung pusat perbelanjaan disekitar Kota Bandung.  Tetap saja aku harus berputar-putar mencari tempat yang kosong, mata ini demikian awas memperhatikan setiap geliat kendaraan yang bergerak sedikitpun, kekhawatiran menyenggol mobil lain atau pejalan kaki yang berseliweran diarea yang agak temaram ditambah dengan mata plus minusku yang kadang kurang awas memperhatikannya. Begitu terlihat sebuah mobil bergerak dari tempat parkirnya maka dengan sabar aku menunggunya menyelesaikan hajat mobil tersebut untuk keluar dari tempat sempit diantara mobil-mobil lainya. Dan aku sedikit lega menemukan tempat untuk segera mengistirahatkan mobilku dan segera bergegas untuk beranjak memenuhi panggilan perut yang sedari tadi tidak mau diajak kompromi. 

Yak… berada dalam area parkir yang panas dan pengap dibeberapa lantai dibawah gedung bertingkat itu sekali lagi merupakan perjuangan menahan kesabaran di hari-hari libur panjang, dimana semua orang seolah keluar dari rumahnya untuk berada dikeramaian kota Bandung yang akhir-akhir ini sering macet. 

Mall layaknya tidak melulu sebagai tempat belanja saja, tempat rekreasi sekaligus sebagai pemuas untuk cuci mata barangkali dan merupakan lokasi yang pas buat shoping juga. Bagi yang ingin memenuhi janji kencan melepas kerinduan, makan aneka kuliner, jalan-jalan memonitor mode pakaian, mensurvai harga dan sesekali menikmati hiburan layar lebar yang tersedia dipuncak gedung mall tersebut sungguh mengasyikkan rasanya. 

Masih saja area mall merupakan tempat yang menyenangkan disekitar hiruk-pikuk orang berlalu-lalang, mall dijaman modern ini merupakan suatu tempat yang demikian sistematis penataannya, mulai dari tempat parkir yang berlokasi beberapa lantai dibawahnya, area tempat pemajangan dan penjualan komoditas fashion, peralatan dan kebutuhan rumah tangga, tempat penyajian dan penjualan aneka panganan lokal maupun internasional , tempat aneka permainan, sampai ke cinema yang nyaman dipuncaknya. Semuanya begitu tertata apik memenuhi kaidah estetika, tersusun secara efisien dan efektif berikut nona-nona cantik serta pemuda-pemuda ramah melayani semua kebutuhan pengunjung sebagai konsumen. Anda dapat membayangkan berapa dana yang diinvestasikan untuk semua sarana dan prasana tersebut menjelma menjadi kenyataan, tetapi jangan dipertanyakan berapa keuntungan dari bisnis berbajet bongsor tersebut, karena jika dibicarakan maka dikhawatirkan disangka sebagai petugas intel pajak gadungan yang berkeliaran menyelidiki keharusan kewajiban pajak perusahaan yang dibebankan kepada pemilik Mall tersebut untuk kepentingan negara. Aku hanya berpikir disini saja ditempat parkir yang dihuni ratusan bahkan mungkin ribuan kendaraan roda duadan empat  dalam kondisi terdiam, kemudian yang keluar dan masuk…..waaah.

Aku, Isteriku dan kedua anak perempuanku yang baru menginjak dewasa, telah duduk ditempat yang tersisa diarea penjualan aneka kuliner di mall lantai atas, semuanya hendak menyantap fast food yang sudah terhidang dimeja setelah antri beberapa kejap, memesan dan membayar plus pajak dan tip. Hari ini demikian padat pengunjung yang sempat aku perhatikan, tempat duduk sudah hampir terisi semua, aneka kesibukan pengunjung demikian bervariasi tingkah lakunya, bercengkrama, menikmati hidangan dengan khusuk dan ada diantaranya yang menyantap sambil tangannya sesekali mengutak-atik tombol keyboar laptop, matanya tidak beranjak dari layar LCD komputer ringkas kepunyaannya, mereka demikian serius memanfaatkan waktu dan layanan akses Wifi yang tersedia secara gratis.

Sebentar kemudian disela menyantap fastfood pesananku, kursi disebelah tempat keluargaku duduk kini sudah terisi penuh, tiga nona cantik sudah menempatinya dengan sopan, yang satu kelihatannya seperti gadis India dengan warna kulit hitam manis dengan mata serta hidung nan indah menghiasi wajahnya yang menawan, disebelahnya lagi dengan ciri-ciri etnis mandarin yang terang benderang sedang yang satunya lagi gadis ayu khas wanita indonesia asli mereka ngobrol menggunakan bahasa inggris entah apa yang dibicarakan. Aku semakin kerasan saja berada disekitar nona-nona rupawan nan molek seperti boneka tersebut, dua orang putriku dan seorang lagi yang tidak ketinggalan adalah isteriku duduk berhadapan, Yak…aku seperti pangeran yang sedang dikepung oleh putri-putri cantik dari kayangan saja layaknya. Tentu saja Aku harus menjaga sikapku jangan kegeeran dan genit layaknya oom-oom senang…mataku harus segera dikendalikan untuk tidak leluasa jelalatan menyapu keindahan disekitar, keluargaku harus dijaga keberadaannya dan nyaman duduk ditempatnya.

Sekilas dalam keasyikanku menyantap makanan, seolah aku menangkap kilatan lampu blitz yang menyorot tajam mataku tepat beberapa meter dihadapanku, suatu pemandangan yang lapang tanpa terhalang sedikitpun, sesosok perempuan berpakaian kebaya apik yang nampak mencolok diantara kerumunan orang-orang berbaju modis disekelilingnya, bersanggul serasi dengan rautan wajahnya serta kacamata coklat gelap merk terkenal bertengger di atas hidungnya yang bangir menutup sepasang matanya sehingga sulit mengidentifikasi sosoknya dengan jelas, siapa gerangan yang duduk manis menghadap sambil seolah menatap lekat kepadaku. Sekali lagi aku membuang jauh perasaan yang kegeeran abiz. Tatapi nyatanya mataku tetap saja penasan untuk sekedar melirik menyelidik, ternyata dia didampingi oleh dua orang gadis yang tampaknya diatas sedikit dari umur anaku, dan cepat kutarik kembali pengintaianku, kukonsentrasikan saja ke isi kemasan merek terkenal yang ada dihadapanku. Aku segera memeriksa sikap dari nona-nona cantik disekirtarku, aku tidak ingin nampak mencurigagan dan aneh dipikirnya, kusapu satu-satu mimik wajahnya..nampak memperlihatkan kondisi yang tetap aman-aman saja sehingga kutetapkan sekali lagi untuk melirik pemandangan perempuan unik yang sedari tadi seolah memperhatikanku…dan kali ini dia tersenyum indah nan ramah,…. tapi aku pastikan dulu apa dia tidak sedang meledekku…..dia kini menggelengkan wajahnya dengan lembut beberapa kali sehingga kelihatan semakin misterius saja. 

Pa…kok.. tisunya nggak ada sih…. anakku mengagetkan rasa penasaranku….ambil saja yang ada di tas ibu ya sayang, jawabku singkat….
kuperhatikan isteriku meraih tas tangannya dan mengambil sesuatu yang dibutuhkan anak perempuanku…sedang aku tetap saja tidak ingin teka-teki perempuan unik nan misterius ini lepas begitu saja dari pandanganku…..aneh bin ajaib….dia tidak ada lagi ditempatnya lengkap dengan kedua puterinya yang sedari tadi tampak keduanya sibuk bercengkrama, kini raib entah kemana. Aku tersentak kaget, moment tersebut lepas begitu singkat dalam waktu sekejap.
Aku paham sekarang, teringat akan sahabat dekatku..ya sahabat dekatku kalau tidak kusebutkan sebagai pacar mempesona. Dia seorang lembut lagi bijak, barangkali, sikap dan pemikirannya lebih dewasa dari pada aku ketika kuliah dulu…Dia mempunyai kebiasaan unik seperti itu, hilang saja secara misterius dari sampingku ketika mataku tidak sengaja jelalatan melihat-lihat makhluk manis lain sekaumnya….dia terbakar api emosi dan memanfaatkan kelengahanku …

Yak…teringat disuatu waktu saat aku berjalan berdampingan dari kape sederhana dikampusku setelah mencicipi panganan ala mahasiswa jaman itu menuju tempat motorku terparkir ditempatnya. Dalam kondisi bersikap seperti gentleman kubusungkan dadaku mendampinginya sambil mataku kembali kambuh, terpaku melirik mahasiswi yang lagi bercanda nun agak jauh didepanku….sebelum aku tersadarkan diri ternyata dia sudah raib begitu cepat dari sampingku…….Aduh cilaka……sudah dapat dipastikan bisa bikin runyam suasana nantinya, terpaksa aku harus mencari dimana keberadaan dia dan sekaligus harus membujuk dan minta maaf untuk kesekian kalinya…..

Makanan fastfood yang ada dihadapanku sudah habis, tinggal sisa-sisa yang sulit dicerna tubuh dan tidak berminat sedikitrpun untuk menyantapnya …..aku bergegas ketempat cuci tangan….yang lokasinya berada disudut ruangan, tersembunyi agak jauh dari tempatku duduk.
Disana ditempat cuci tangan tersebut , ternyata dia berdiri sembari mengeringkan tangannya yang basah, kepalaku bagai disambar petir, dan jantungku seolah berhenti mendadak..Dia benar-benar ada…dia tersengat juga dan terpaku berjarak sekitar delapan meter dihadapanku. Kulirik keadaan dibelakangku siapa tau istri dan anakku menguntit hendak ikut membersihkan tangannya juga, ternyata aku hanya sendirian saja, jadi rasanya aman sekali untuk sedikit ngobrol tentang keberadaannya saat ini….kuhadapkan kembali wajahku menatapnya…namun seperti biasanya dia hilang begitu saja….aku lari menuju toilet namun malang kakiku tersandung sesuatu…dan……

Geeedduubbrraaaak……tubuhku terjatuh dari ketinggian tempat tidurku di dini hari yang sunyi…………aku hanya bisa melamun kebingungan dan sedikit mencubit tanganku meyakinkan kesadaranku…. Aaaakkhh hanya Mimpi rupanya.

Cerita ini hanya fiksi humor belaka.