Jumat, 07 Desember 2012

#Postcardfiction: Inner Beauty







Lontaran kata, hujaman rasa melantun jenuh seiring irama dengus napas dan tatap nyala berkobar dibola matamu yang sembab lembab membasah, aku hanya bisa memposisikan diri untuk duduk bersahaja, hanya menangkap rasa tanpa sejengkalpun berniat untuk berjingkat berkelebat, kuusahakan tidak hendak menangkap jilatan api  matanya, kuhindari disaat ini, saat api itu melekat erat  di garangmu dan kau tergerus rasa hingga melelehkankan  kekesalan.

"Kenapa tidak memberi semampu kau dapat curahkan",  kucoba bertanya menyentuh langsung sisa jilatannya yang kini sudah semakin mengerdil, "Sampai saat inipun bapakmu masih sedang belajar memberi,  memberi itu berada diatas,  memohon selalu memposisikan diri dibawah, berusaha memberi  itu berkeinginan untuk menjadi kaya, kaya harta, kaya jiwa dan kenapa tidak  menjadi kaya hati. Memberi itu tidak selamanya materi", kulirik sejenak kau sudah terduduk  menunduk, kuambil kesempatan ini. "memberi  itu bisa nasihat  juga senyum ataupun  do’a  sekalipun serta sikap keluasan hati untuk ikhlas mendulang amal, memberi itu belajar menjadi kaya sekaligus menjadi kuat ketika segala keikhlasan amal  hanya bersandar kepada Nya. Maksudku, jika ada yang memberi kenapa tidak kau terima selama tidak ada sesuatu dibaliknya,  sebagai mana juga nama Nya, sebagai Pemberi  Nikmat, kenapa tidak kau ambil berkahnya".

"Meminta dan memohon  kemurahan sesama itu sumpek, miskin dan selalu tampak tidak berdaya walaupun nyatanya kita memang  tidak berkecukupan", tampak kau mulai bisa merapatkan kelopak matamu menjelang  pulas dikursimu  yang akhir-akhir ini jarang menghampiri sampai selarut malam memanggil-manggil nyenyakmu.

"Pergilah tidur sehat ditempat istirahatmu hingga esok subuh,  ketika seberkas sinar  mulai tampak diupuk timur, setelah wajahmu tersiram air sejuk dan hanya kepadaNya kau merunduk bersujud memohon, kau kembali menjadi bugar, tenang  dan jernih hatimu akan memancar kuat diaura mu,  suatu saat nanti jikapun kau hanya disebut sebagai mantan dan nyatanya kau mungkin  telah sibuk dengan ladang amal baru dipelukanmu, kau akan dikenang sebagai embun  jernih pelepas  dahaga  bukan sebagai sosok pengobar amarah membahana.






Selasa, 13 November 2012

#Postcardfiction: Sekumpulan bau dalam sekeranjang tengik

Alangkah suatu keniscayaan aku berada didekatmu
Padat itu memang terlalu banyak isi, kau kegerahan.
Kutinju kejamnya dunia teriak bersuara parau, seraknya masih tersisa bau alkohol
Tetap saja kesemuanya memuakan terutama panas mendekati 40 C dan 80 persen kelembaban udara, menyiksa kita.

Tarik saja seulas agar setiap detik dan gerak tidak berbuah resah.
Ada sekelumit cerita yang ingin berbagi denganmu hai si acuh tak acuh dan aku masih mereka-reka sendiri alur nya dimulai dari mana,  bisa saja tentang sesuatu yang menerbangkan kita berdua,
bahwa suatu saat dalam tempat dan kisah antah berantah
sekonyong-konyong kita berdua menjadi pemeran utamanya.
Kita memang bagian dari peluh yang tidak dipedulikan bersuara
aah shit lehermu koo rapuh, tidak kuat lagi menyangga kepalamu
matamu menguning menjelang redup, seribu kunang seperti menari disekitarmu
tidak lah dan aww jangan, tidak perlu tumbang disini nona, malu, tauk
lagian wangi itu diantara sekian bau bertubi-tubi, nyatanya kau masih mampu bersitegak

Kita lihat saja nanti, jika pada suatu hari ada kesempatan denganmu
Aku koo ingin sekali bercerita atau tepatnya mendongeng
Tetapi lebih enak kalau engkau sendiri yang terlebih dahulu mulai bertutur
Tentang apa saja, bisa dimulai dengan sekumpulan bau dalam sekeranjang tengik
Kita memang masih bagian dari itu bukan…?,
setidaknya saat ini, saat terjejal dalam padat memuakkan
Atau malah kita sudah membusuk, tanpa kita tau dan luput untuk tersadar.

Sudah sampai teriakmu.
Nanti dulu memang sejak awal kita punya tempat tuk dituju
Ah peduli setan, semuanya harus sudah berhenti disini
Satu persatu tubuh-tubuh beringsut menuju arah tertentu
Aku berusaha mengibas-ngibas hidung, seolah tidak yakin masih ada disitu
Tetapi, terkaget, entah dimana indra penting itu berada,
semuanya terlihat sama menjadi cairan lendir menjijikan, merayap,
kemudian tergilas roda raksasa dijalanan beraspal panas

Minggu, 21 Oktober 2012

Tanah Kering





Sepertinya Sari ingin melihat keindahan bulan di langit malam selepas melaksanakan shalat tarawih di mesjid terdekat, walau purnama belum menampakan diri hanya bintang bertaburan berkerlap-kerlip di langit, sedang bulan tetap saja masih malu-malu bersembunyi dibatas tabir langit malam, kadang muncul menampakan diri dibalik awan walau wujudnya tampak belum sempurna. Semilir angin sejuk berhembus dari celah jendela kamar dibiarkannya mengalir leluasa memasuki kisi-kisi ruang kamar menyegarkan tubuh yang berada didalamnya .

“Lihat itu Mas, bintang dilangit, dirinya membentuk rasi menyerupai apa yang kita yakini sebagai horoskop, kerlipnya memancarkan sinar yang tampak samar, disamping itu ada juga bintang penyendiri yang nampak jelas bersinar, sangat pantas bintang ini dipakai sebagai pedoman bagi pelaut untuk menentukan arah kemudi perahunya agar dapat berlayar mengarungi samudra luas, menghindar terlunta-lunta tanpa tujuan”.

“Sejak tahun 150 M Ptolomeus berhasil membagi rasi bintang menjadi berkelompok-kelompok di langit luas, rasi bintang mempunyai nama dan mereka menempati posisi di kerajaanya masing-masing tanpa berubah sejak berabad abad lampau, indah sekali dan melapangkan ketika hati sedang gundah”. Ujar Romli penuh antusias menyambut percakapan ringan bersama isterinya

“Nampaknya bintang menjadi pavoritmu untuk melarikan diri dari perasaan gundah, apakah demikian menurutmu Mas ? “.

“Bukan itu maksud Mas, hanya sebuah gaya bahasa saja yang sering di ekspresikan penyair ketika melihat bintang bertaburan di langit dihubungkan dengan kehidupan umat manusia pada umumnya, Kenapa kau tanyakan itu Sari ?. Disamping itu, bukankah kau tahu, masih banyak yang percaya bahwa horoskop dapat memberikan ramalan kehidupan dalam seminggu kedepan, juga masih ada yang beranggapan bahwa ketika memanjatkan keinginan bersamaan dengan seberkas cahaya berkelebat yang diyakini sebagai bintang jatuh, maka harapannya akan terkabulkan”.

“Aku berharap malam ini ada bintang yang kebetulan jatuh mas, akan kupanjatkan keinginanku, kira-kira keinginan kuat apa yang diharapkan Mas malam ini ?”

“Semenjak teknologi pengideraan benda-benda langit ditemukan ternyata itu hanya meteor saja kan, benda langit yang kebetulan terperangkap masuk kedalam atmosfir bumi kemudian tertangkap oleh mata telanjang ketika melintas dalam batas pandang, itulah yang kita lihat dan masih banyak yang percaya sebagai bintang jatuh”.

“Kalau begitu akan kupanjatkan saja keinginan Sari dengan hanya memohon kepadaNya”.

“Itu lebih baik, daripada berharap kepada benda hasil ciptaaNya, memohon langsung kepada Pencipta semesta alam akan lebih afdol”. Ujar Romli sambil melirik Isterinya.

“Sari merasa putus asa mas”.

“Lhaaa ada apa dengan mu Sari, putus asa bukan ciri seseorang yang selalu mempunyai keinginan untuk memanjatkan do’a kepada Tuhan, putus asa bukan sifat khas dari seorang Sari yang kuketahui semenjak mas mengenalmu saat kita masih pacaran dulu sampai dengan sekarang, Kau selalu gigih ketika menuntut ilmu dan dengan sabar juga kau lalui masa sulitmu sehingga dapat meraih apa yang kau cita-citakan dalam meraih gelar kesarjanaanmu. Malam sudah merambat, sudah saatnya untuk tidur, besok lagi saja dilanjutkan cengkrama kita”. Sari membiarkan Romli suaminya menutup jendela kaca kamarnya, gordengnya dibiarkan terbuka, masih nampak kerlip benda langit menyinari malam indah.

“Kau harus cukup istirahat Sari, besok tentunya akan sibuk mempersiapkan sahur kita”. Suara Romli terdengar samar diantara tangisan bayi dari rumah sebelah dan hiruk pikuk suara beduk yang dipukul anak-anak. Sari menghela napas panjang sementara tubuhnya masih memposisikan diri berbaring terlentang, kedua tangannya menyangga bagian belakang kepalanya, rambutnya yang ikal mayang tersisir rapi dibiarkan tergerai.


Rentetan suara beduk masih terdengar lamat-lamat di pukul bertalu-talu oleh anak-anak, sesekali meriuhkan disekitar rumah-rumah segera saat mereka melintas dihalaman menyambut dimulainya awal bulan ramadhan.

“Nampaknya mereka masih semangat menapak awal bulan suci Ramadhan dengan keriangan ala mereka, Mas tentunya mempunyai kenangan tersendiri tentang keriuhan ini, tentang beduk yang di pukul anak-anak ? ”.

“Di kampung Mas, seperti biasanya sejak menapak awal bulan Ramadhan merupakan masa yang paling menggembirakan bagi anak-anak, mereka tanpa lelah mengarak beduk mesjid yang disandarkan dalam gerobak kecil, didorong beramai-ramai keliling kampung sambil ditabuh secara bergiliran tanpa henti, Mas masih ingat waktu jaman masih kecil dulu, ketika awal Ramadhan tiba maka suasana seperti ini merupakan waktu yang amat dinantikan demi keriangan menyambut bulan yang penuh berkah”. Ujar Romli sambil membaringkan diri memposisikan dirinya berjajar dengan isterinya, terlentang menengadah memandang langit dikejauhan melalui bingkai jendela kamarnya.

“Teramat berkesan bagi masa kecilmu tentunya ya kan Mas”, ujar Sari, tatapannya masih memandang langit berhiaskan bintang walau sesekali tertutup awan.

“Masa kanak-kanak adalah masa terindah dalam hidup, itu sangat dimaklumi oleh setiap orang tua di kampung, apalagi ketika bulan Ramadhan seperti saat ini, para orang tua akan membiarkan anak laki-lakinya keliling kampung demi menyambut bulan istimewa. Dan kebiasaan ini akan diulang pada dini hari saat menjelang waktu sahur tiba, peristiwa lumrah yang barangkali menjadi budaya di seluruh wilayah Indonesia”. Romli menatap isterinya, sari masih memandang kosong langit di kejauhan.

“Sudahlah Sari, sisakan cengkerama kita untuk besok, malam sudah menjelang larut, sudah saatnya sekarang untuk tidur, hawa dingin malam disertai kurang tidur tidak baik bagi kesehatan apalagi disaat menyambut puasa besok, lebih baik ditutup saja gordengnya”. Ujar Romli berusaha memberi pengertian kepada isterinya.

Romli beranjak menuju jendela kamarnya, menutup rapat gordeng, tetapi Sari tetap tidak terusik tubuhnya masih berbaring terlentang ditempat tidur, suara tangisan bayi kembali terdengar dari rumah sebelah menyisakan suasana hening sejenak.

“Mas sungguh perhatian”.

“Tumben kau mengatakan itu, Sejak kapan kau sadar bahwa Mas memang memperhatikanmu, bukankah semenjak kita pacaran dulu aku selalu menaruh perhatian kepadamu”. Ujar Romli tersenyum genit pandangannya kali ini dialihkan menatap heran wajah perempuan disampingnya. Terkaget kala melihat ada butir air bening disudut mata isterinya, butiran tersebut jatuh kemudian menghilang terserap bantal penyangga kepalanya.

“Kau sakit Sari”, Romli berusaha beranjak dari tempat tidur tangannya bergerak hendak mencoba meraih obat yang biasa disimpan dekat meja disamping tempat tidur.

“Suara tangisan bayi itu Mas”, ujar sari, berusaha menggapai tubuh suaminya mencegah agar tidak beranjak dari sisinya

“Barangkali terganggu suara beduk”.

“Tentunya Mas mempunyai seberkas harapan dari lubuk hati yang paling dalam, bukankah sedari dulu hal tersebut Mas dambakan dari Sari, bukankah begitu Mas ?”.

“Ooaalah… itu toh yang kamu pikirkan, kenapa yang itu saja yang selalu kau pikirkan Sari, okay kalau begitu kita buat rencana kedepan untuk selalu romantis disetiap malamnya”, ujar Romli mencoba menghibur isterinya yang sedang gundah.

“Tidak lucu”… Sari membalas godaan genit suaminya, bibirnya sedikit tersungging tetapi tetap saja seperti ada yang tersembunyi dalam hatinya.

“Mas kan tahu masa perkawinan kita sudah menjelang lima tahun, sudah berusaha memeriksakan diri ke beberapa Dokter terkenal baik di dalam maupun luar kota, hasilnya tetap nihil. Sari tidak dapat memberikan apa yang diharapkan Mas”.

“Sudahlah Sari, Tetaplah ber do’a kepadaNya, Allah Maha Pemberi, barangkali itu yang terbaik buat kita tanpa kita sanggup untuk mengetahui sebabnya, kita selalu tetap berdua saja dalam menjalani hari bagi mas sudah cukup bahagia. Tidurlah Sari, malam sudah menjelang larut”.

-=o0o=-

Kumandang takbir diiringi suara beduk yang ditabuh bertalu-talu membawa suasana ceria disekitar rumah Romli, selepas Sholat Iedul Fitri dilaksanakan anak-anak diluar sana ramai berceloteh, suasana gembira terpancar di wajah-wajah mereka, pakaiannya tampak serba baru, bersalaman kepada setiap orang yang ditemui menghiasi hari kemenangan. Hari Raya Iedul Fitri telah tiba setelah sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa.

Suasana gembira dari lingkungan sekitar juga dirasakan didalam rumah Romli beserta isterinya. Semenjak tiga hari yang lalu suasana rumah diramaikan oleh tawa dan tangisan bayi laki-laki mungil menambah nuansa riang diantara kesibukan keduanya mengganti popok dan mempersiapkan susu untuknya. Walaupun bayi itu bukan berasal dari rahimnya sendiri, Sari beserta Romli demikian perhatian memelihara bayi mungil yang ditinggal oleh Almarhum kedua orang tuanya, dipelihara di panti asuhan untuk kemudian di adopsi dengan suka cita oleh mereka.


Kehadiran seorang anak, baik berasal dari kandungan sendiri atau hasil adopsi tetap saja sebagai titipan Allah yang harus dijaga sebagai amanah selain menambah suasana ceria layaknya memiliki perhiasan dalam mahligai rumah tangga bagi setiap orang tua yang memeliharanya.

Minggu, 30 September 2012

Rindu yang tergagap







rindu itu telah lama beku menjadi batu menjadi fosil 
menjadi hidup tanpa larik, tanpa musik, tanpa syair tuk bernyanyi
bersidekap diantara deru dan badai 
berkesiap di setiap lirik memindai


akrabmu adalah badai topan
candamu ombak bergulung tinggi kemudian ganas menghempas
saat sebelumnya rindang mampu melindungi terik diteduhnya
kau malah berlari, menjauh dari dekap dan lambainya


berkelebat yang tidak terduga sebelumnya
saat semilir itu mengabarkan tentang sebuah rindu yang lelah
yang menunggu tanpa batas tanpa syarat
tanpa ada sesuatu pun dapat menghalangi, tanpa perlu dibayar meski dengan janji


terlihat senja masih menyimpan teduh
membawamu ke suasana lunglai luruh
derai tawamu pun terbata menyimpan tangis berlabuh rindu
gerimis tak tertata luber menghapus dahaga yang lama kemarau


dalam rukuk sujudmu mebasahi jemari kaki yang telah renta
yang ditelapaknya tersimpan maaf sedalam seluas samudra
suaramu lirih menyebut satu kata pelebur dosa penghapus nista
IBU…

Selasa, 18 September 2012

Dalam Bus Kota Seminggu Setelah Lebaran






Photo Koleksi Pribadi

Bus Kota yang kami tumpangi kali ini cukup penuh jika dibandingkan antara kapasitas daya tampung tempat duduk  dengan jumlah penumpang, kondisi Bus Kota tidak mungkin dapat memenuhi seluruh keinginan penumpang yang naik kendaraan bongsor tersebut, terpaksa sebagian penumpang bergelantungan ditengah, di koridor, diantara tempat duduk penumpang, yang tidak kebagian tempat duduk terpaksa berdiri, tangannya tetap berpegangan erat pada besi bulat yang membentang di bawah atap Bis Kota.

Sepasang lanjut usia, seorang  Kakek dan seorang Nenek tergopoh hendak memasuki pintu Bis yang berhenti mendadak, siNenek sudah berhasil masuk duluan kemudian diikuti oleh sang Kakek yang kini berusaha menjaga keseimbangan setelah bis tersebut melaju pelan tetapi tak urung menyebabkan tubuh kedua orang yang sudah lanjut usia tersebut sedikit oleng, tangannya berusaha menggapai pegangan yang ada disekitarnya agar posisinya tetap dapat tegak berdiri diantara keramaian para penumpang disekitarnya.

Nenek tersebut berdiri persis dihadapan saya yang tengah duduk santai dalam bis kota ini, beliau tampak keseimbangannya sedikit goyang namun masih dapat menjaga berdiri kukuh untuk sementara waktu, entah kalau berlama-lama apakah posisinya tetap bertahan  atau malah ambruk. Segera ku persilahkan tempat duduk pribadiku untuk diisi olehnya, walaupun pandangannya sekilas menatap sejurus ke arah mataku, reaksinya memindai niat baikku, barangkali beliau penasaran kemudian mengamati apakah benar saya memberikan kesempatan untuknya, dengan sedikit ucapan dan  dengan hanya  menganggukan sedikit gerak  kepala kupersilahkan dia untuk duduk di tempat asal saya tadi duduk dengan santai.
Keputusanku yang spontan bukan ingin sok moralis atau memandang sepele atas kemampuannya bergelantungan di dalam keramaian Bis Kota, tetapi semata ingin dapat melihat secara lebih jelas memandang sosok sang Kakek yang menurutku sangat luar biasa,  disamping itu dengan sedikit pertimbangan: tokh saya berdiri tidak akan memakan waktu yang begitu lama menyita seluruh perjalananku, kalaupun itu terjadi, paling   hanya membutuhkan  waktu satu jam lebih sedikit sehingga sampai di tempat tujuanku, jadi menurutku berdiri bergelantungan di dalam bis kota saat ini masih dalam batas kemampuanku.
Sang Kakek masih berdiri kokoh  ditopang kedua  kakinya yang tampak masih tegap, dia berada sekitar dua kursi dihadapanku, sedikit terhalang oleh penumpang lain. Menilik penampilan sosoknya jika dibandingkan dengan kondisi diri sendiri, diperkirakan umurnya sekitar tujuh puluh tahun, wajahnya dipenuhi keriput tetapi  tampak bersih dan sehat, rambutnya telah sedikit  jarang dengan warna putih ke perak-perakkan memenuhi seluruh bagian rambutnya yang agak panjang, yak, menurutku dia gondrong, terlihat kalau diamati secara seksama dari bagian belakang tubuhnya dimana dia sedang berdiri, rambutnya yang putih ikal walau tidak lebat masih menyembul dibawah topi pet nya, Tingginya kurang lebih antara 155 – 160 cm dengan berat diperkirakan sekitar 55 kg, postur ideal jika menilik sosoknya yang sudah berumur lanjut.

Yang membuat aku terbengong menyaksikannya, dia memakai celana jin agak lusuh dengan jaket sport warna biru, dipunggungnya bertengger tas rangsel bermuatan penuh diperkirakan beratnya minimal 10 Kg,  tali tas rangselnya melingkar diantara kedua pundaknya yang masih kokoh menyiratkan memang dia bukan lelaki manula sembarangan. Ketika naik bis barusan tangan kanannya menenteng kerdus bekas kemasan kueh kering berisi penuh dengan entah apa. Perkiraan beratnya minimal 25 kg, kini dus tersebut disimpan dilantai bus diantara kedua kakinya, dengan demikian sang kakek tersebut dapat memikul barang bawaan lebih dari setengah sampai hampir mendekati dua pertiga dari berat tubuhnya, sungguh suatu penampilan yang luar biasa dalam kondisi usianya dan berat beban yang harus dipikulnya , menaiki bis kota kemudian berdiri tegak ditengah goyangan bis yang serba mendadak ditengah keramaian kota Bandung, sampai dia turun dari Bus Kota pun mataku diam-diam masih terus mengaguminya, dalam hati menyisakan sekedar untuk bertanya kepada diri saya sendiri, mampukan saya dalam kondisi umur seperti Bapak tersebut dengan berat beban yang di pikulnya dapat berjalan kokoh menaiki  bis kota dengan dinamika gerakannya yang serba bergoyang ria…?.

Tujuan perjalanku sendiri membelah keramaian kota Bandung Persis seminggu setelah Hari Raya Lebaran  beserta isteri dan dua anak saya sebenarnya ingin menyempatkan diri untuk berjalan-jalan disekitar Bandung, maksud utamanya adalah mengantarkan anak perempuan saya yang selepas dari SLTA kini dapat melanjutkan pendidikannya di sebuah  Politeknik Negeri di seputaran kota Bandung yang menjadi idam-idamanya, Alhamdulillah Dia kini resmi sebagai mahasiswa, sebagai orang tua kami hanya dapat memanjatkan rasa syukur kehadirat Illahi Robbi atas segala KaruniaNya.

Menjelang masa perkuliahannya dimulai besok selepas liburan Hari Raya Lebaran, dia harus tinggal di rumah kos untuk pertama kali dalam hidupnya, sambil berniat untuk bersilaturakhmi dan menitipkan anak saya kepada pemilik rumah dimana anak saya akan tinggal  selama setidaknya sekitar setahun, karena memang kamar kontrakkannya di booking hanya selama satu tahun dan jika tahun depan anak saya masih betah tinggal disana kemungkinan masa kontrak diperpanjang untuk tahun berikutnya. Maklum Rumah kami berada sekitar 60 – 70 km jauhnya dari pusat kota Bandung yang mengharuskan anak saya harus tinggal berjauhan dalam kamar berukuran 3 X 3 m di kota Bandung.

Pulangnya kami kembali menaiki Bus kota menuju terminal Bis Antar Kota, menaiki bis kota kali ini tampak masih cukup lenggang dari penumpang dan  perjalanan kali ini pun kami kembali mendapatkan hal yang menurutku luar biasa.

Ditengah perjalan, Bis kota tersebut berhenti dan seorang ibu-ibu setengah baya menggendong anak kecil yang belakangan diketahui sebagai  cucunya sendiri bersama dengan seorang perempuan muda berbodi sekseh berlenggang menapak lantai koridor Bis Kota dengan sorotan beberapa pasang mata yang memperhatikannya termasuk saya hehehehe.

Bagaimana tidak, dia memakai celana jin ketat sebatas lutut, dilengkapi dengan kaos tipis membalut tubuh bagian atasnya yang sintal, memperlihatkan dengan gamblang lekuk serta liku postur tubuh aduhainya, tampak yang paling menonjol terletak di bahagian tengah tubuhnya tepat disekitar pinggul  serta  bagian dada disamping raut wajahnya memang menampakakan sosok sebagai perempuan yang selain cantik juga sekaligus  seksi.

Perempuan muda tersebut berjalan beriringan dengan seorang Ibu  paruh baya yang menggendong cucunya, membelah bagian tengah lantai bis kota berjalan diantara kursi-kursi tempat duduk.

Perempuan muda tersebut duduk tepat disebelahku terhalang ruang lenggang ditegah bis kota, dia sibuk memainkan gadget,  membuka-buka tampilan aneka photo-photo identitas sahabat-sahabatnya yang berderet melajur sampai kebagian bawah ruang layar gadget tersebut, untuk kemudian mengetik cepat dengan kedua jempol tangannya tanpa mempedulikan penumpang disekitarnya termasuk Ibu yang sedang duduk sambil menggendong cucunya di bangku deretan bagian depan.

Anak balita perempuan yang lucu, diperkirakan berumur sekitar 4 tahun berontak ingin turun dari pangkuan neneknya, dia berusaha untuk  duduk secara mandiri persis ditempat deretan tempat duduk di depannya yang masih kosong. Nenek anak tersebut tidak dapat menahannya, dia membiarkan cucunya yang lucu tersebut menempati dengan santai tempat duduknya yang baru  walaupun tampak sekilas raut wajah Ibu paruh baya tersebut sedikit menyiratkan rasa was-was, dia mencoba memanggil beberapa kali nama langsung tanpa embel-embel perempuan muda yang duduk dibelakangnya, belakangan aku tahu perempuan muda tersebut sebagai ibu dari anak yang kini sedang duduk manis menatap lurus kedepan kearah keramaian jalanan, namun tidak ada respon, dia mencoba mencolek lututnya agar  komunikasi antara ibu dan anak dapat berjalan lancar.

Perempuan cantik nan sekseh tersebut memandang sesaat anak perempuan kecilnya yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. “Tidak apa-apa “ucapnya singkat untuk kemudian perhatiannya fokus kembali memainkan benda canggih yang berada dalam genggamannya. Kini pemandangan nyaris  sempurna  tampak tiga  generasi perempuan duduk sendiri-sendiri berderet membujur mengarah ke bagian depan bis kota.

Saya hanya terbengong  memperhatikan mereka tanpa satu katapun keluar dari mulut kami, tiga generasi perempuan : Anak, Ibu dan Cucu yang  sibuk dengan kegiatannya masing-masing, sang Anak balita sibuk dengan kesendiriannya memandang keleluasaan keramaian jalanan yang semakin macet, Ibunya sibuk dengan gadget canggihnya dan sang Nenek tercintanya sibuk memperhatikan sambil sesekali memegang lengan cucunya, khawatir terjatuh.

“Saya tidak mau kau seperti itu” ucapku sambil memandang Isteri  disebelahku setelah ketiga generasi perempuan tersebut turun dengan santai dengan masih tetap menyempatkan kesibukannya masing-masing, perempuan seksi dengan gadget canggihnya dan perempuan setengah baya sibuk menahan berat beban cucunya.
Pengamatanku terhadap ketiga generasi perempuan tersebut tanpa kusadari ternyata sama-sama diperhatikan juga oleh Isteriku.

Kasih sayang seorang Nenek  terhadap Cucunya  terkadang melebihi cintanya daripada kepada Anaknya sendiri, dalam usia seperti itu kerinduan akan membelai cucunya melebihi kerinduannya kepada yang lain” Ujarnya tanpa ekspresi.
Saya hanya manggut-manggut saja, tetapi didalam hati mengucapkan kalimat yang tidak mungkin terdengar oleh siapapun yang berada dalam bis kota tersebut: “Semoga Anak perempuanku tidak memperlakukan Ibunya seperti demikian, agar mendapat berkahNya”.  :D

Rabu, 29 Agustus 2012

Joan Sang Demonstran



Photo di unduh dari Google Image


“potonglah dengan ini nak, tepat digaris tersebut” ujarnya sambil menyerahkan sebilah golok, Anak lelaki itu mencoba mengerjakan sesuai petunjuknya membelah potongan bambu menjadi beberapa bagian. Belahan bambu yang sudah terkumpul diambil satu-satu oleh bapak tersebut kemudian diraut  menggunakan pisau kecil tajam.

Tuan Brata Van de stern demikian masyarakat dikampung menyebutnya, sosok angkuh keturunan ayah Belanda dan ibu ber etnik Sunda, bertubuh  tinggi besar,  jarang ngomong dan selalu memperlihatkan muka masam, Lelaki menjelang paruh baya  tiba-tiba saja memanggilnya, meletakan golok dan benda sejenis pisau tajam, menyuruhnya membelah buluh-buluh  bambu ber ukuran tertentu. Mulanya  Anak tersebut hanya bengong saja tidak mengerti bagai mana memulainya, Pak Brata memperlihatkan permukaan potongan buluh bambu, permukaan berbentuk bulat sudah diberinya tanda bergaris-garis menggunakan pinsil.
“Sesudah terbelah semuanya kau boleh merautnya seperti ini” perintahnya  sedikit ada penekanan di nada suara yang membuat ia tidak berkutik untuk segera menirukan. Potongan-potongan buluh bambu yang sudah berbentuk halus kemudian dibagi dua, satu bagian digunakan sebagai rangka vertikal dan bagian lain untuk horisontal, potongan bambu bagian horisontal diberi perlakuan khusus dihaluskan kembali menggunakan pisau raut dari tengah  menuju ke ujung kemudian dari titik tengah ditimbang menggunakan benang agar  setara  antara sebelah kiri dan kanan, perpaduan kedua bagian persilangannya serta ujung- ujung nya  dipautkan dengan benang  di tempel selembar kertas tipis dan jadilah layang-layang. Pak Brata memang sangat tergila-gila bermain layangan di areal pekarangannya yang luas, mengisi masa senggangnya. Sebagai upah dari jerih payah menemaninya  anak lelaki tersebut mendapatkan beberapa pucuk layangan.

Sebenarnya niat Anton mengunjungi rumah tersebut hendak mengajak anaknya untuk belajar bersama kerumah teman se grup bukan untuk belajar membuat layangan, namun malang nian nasibnya, apa daya hanya sampai dapat membawa beberapa pucuk benda yang dapat mengapung ke udara tanpa bertemu dengan temannya, anak kandung Pak Brata Van de stern.
Dirumah itulah bersemayam seorang gadis sebaya Anton, berpenampilan tomboy dan sungguh temperemental, mudah marah dan jangan sekali-kali menggoda dengan perkataan sedikit mengusik hati dengan penghinaan tentang asal muasal jati diri “keturunan penjajah” dia akan sangat marah dan siap-siap menerima tinju keras mendarat di hidung. Dia adalah cicit Van de stern seorang Belanda tulen.
Joan  D’Arc, begitu rekan sekelompok  menyebut gadis anak pak Brata Van de stern, diam-diam dikagumi Anton, bukan saja karena kecantikannya tetapi ke apa adanya, suka atau tidak suka terhadap apa saja, dia akan mengekspresikan secara langsung, benci, dia akan terus terang mengungkapkan rasa tidak sukanya.

Semula Anton berharap yang keluar menyambutnya kemudian mempersilahkan duduk manis di beranda halaman rumah tersebut adalah Joan sendiri atau paling tidak kakak laki-lakinya yang ramah, seorang pencinta seni serba bisa, berkenan memberi kesempatan untuk mengajari mempraktekan nada-nada yang lazim digunakan untuk memainkan melodi melalui pijitan dan petikan jemari pada frets gitar akustik, bidang panjang serupa lengan dimana dawai dipijit oleh tangan kiri sementara tangan kanan memetik,  aah terlalu rumit bagi Anton kecil, tetapi seperti yang sering dilihatnya  ketika kelas 3 SD, Peter memainkan dengan santai, terlihat begitu mudah mengiringi lantunan suaranya menyanyikan lagu populer dengan penuh perasaan.
Peter aktif disanggar seni di kampungnya, Kampung Babakan Arismata, sebuah rumah pertemuan para seniman berukuran cukup besar telah lama berdiri disitu, namun baru-baru ini rumah tersebut dikelilingi tembok tinggi hampir menyita seluruh areal lahannya hanya menyisakan tempat terbuka di depan untuk tempat parkir, berkesan tertutup.
Di rumah tembok tersebut sering terlihat orang-orang  berkumpul memainkan serba neka peralatan, berlatih menari diiringi musik, melantunkan nada-nada khas daerah, kadang-kadang terlihat beberapa orang berpakaian hitam bergerak elegant di arena yang disediakan menampilkan pakem jurus-jurus silat, tidak ketinggalan suatu hari Peter sedang merapalkan dialog memerankan tokoh Rahwana dalam sesi latihan seni drama dan tari.

Menurut cerita orang-orang dikampung Babakan Arismata, kegiatan itu merupakan latihan pematangan sebelum dipentaskan setiap minggu di beberapa daerah, kadang  kampung tersebut mendapatkan giliran pagelaran seni panggung yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Masih ingatkah tentang  drama “Masitoh” yang diambil dari kisah sejarah Islam, seru, ujar Anton ketika berkesempatan mengobrol bersama rekannya mengingat masa 3 tahun lalu. Kampung asri tersebut  kerap marak dimeriahkan pentas seni panggung hampir setiap bulan, itu saja yang masih menempel di ingatan Anton tanpa mampu mengkaji makna filosopisnya. Pementasan wayang orang dan wayang golek kisahnya tersimpan erat di memorinya untuk diceritakan kembali dan berdiskusi ringan bersama  teman-teman.

Bersahabat  dengan  Joan seperti  bergaul dengan sosok penyimpan  misteri  melengkapi  sikap temperamentalnya, barangkali  hanya Anton saja yang mengetahui, ia pandai menyembunyikan rasa sedih atau gundah sekalipun walau rasa tersebut berkecamuk dalam hati, dia piawai menyimpan  dengan rapi hal-hal yang sifatnya sangat pribadi sehingga yang tampak di tingkah lakunya hanya ekspresi  suka dan benci, itu saja, tidak terlihat manja atau cengeng khas anak perempuan, lebih mendekati sebagai sosok tegar bahkan dia tidak segan-segan berkelahi dengan lelaki sebaya, taktis, tenang penuh perhitungan. Jadilah nama Joan D’Arch disandingkan diam-diam di depan namanya.
Jangankan dengan sesama teman se SD, ketika yang lainnya tunggang langgang dikejar anjing tetangga yang dibiarkan bebas berkeliaran di jalan umum, Joan malah berbalik ketika didekatnya berserakan batu-batu sebesar kepal  tangan anak-anak dan terbukti beberapa lemparan membuat anjing tersebut lari terbirit-birit, “dasar anjing kampung “ celetuknya geram.
Rumah besar Joan berdiri diatas lahan luas, dikelilingi pagar kawat setinggi kurang lebih dua meter, di lahan tersebut tumbuh menjulang pohon –pohon khas sejenis buah buahan, mangga, rambutan, jambu klutuk bahkan manggis tumbuh subur diareal terbuka lahan pekarangannya yang luasnya mencapai 2000 m persegi, sangat luas dibanding lahan pekarangan rumah-rumah disekelilingnya. Rumah itu sudah berdiri entah sejak  tahun berapa, semenjak Anton dapat mengingat rumah tersebut sudah ada disana dan selalu nampak sepi seolah  menyimpan misteri,  apalagi banyak cerita  dari mulut ke mulut bahwa Peter Van de stern sang seniman kakak laki-laki satu-satunya Joan raib dari rumahnya semenjak tiga tahun lalu entah pergi kemana, seiring menghilangnya Peter kegiatan latihan serta atraksi panggung di kampung pun sirna.

Didepan rumah misterius tersebut terbentang  jalan umum ber aspal walau kondisinya sangat parah, namun berbagai jenis kendaraan sering terlihat melaju di jalan satu-satunya menuju kota Bandung,  itupun dikendarai  dengan sangat hati-hati, sesekali menerjang kubangan disana-sini di bahu jalannya.
Keinginan Anton bersama  rekan bersepuluh lebih suka belajar berkelompok di areal pekarangan rumah tersebut yang asri, selalu ada kesempatan setelah selesai mengerjakan tugas sekolah kelas enam Sekolah Dasar, sambil melepaskan lelah bergelantungan di pohon jambu klutuk menjulang miliknya, menikmati buah ranum pas selagi musim sambil bercengkrama. Teman teman perempuan yang jumlahnya separuh dari jumlah kelompok lebih senang membuat rujakan dibawahnya, kecuali Joan, dia sering berada tepat disisi Anton duduk menikmati manisnya buah jambu diatas dahan bercabang.
***
Delapan tahun sudah semenjak Anton lulus SD jarang ditemui sosoknya, perbedaan sekolah lanjutan menyebakan Anton beserta rekan-rekan tidak mempunyai  kesempatan untuk bertemu, apalagi bercanda dengan Joan, menyisakan rasa segan untuk bertandang kerumahnya yang besar.
***
Pertemuan tanpa sengaja itu berlangsung tiba-tiba saja ketika Anton baru menginjak  tahun kedua masa kuliahnya di sebuah Universitas negeri di Bandung, ketika sedang duduk nongkrong sendirian diatas palang besi pagar tempat parkir seusai mengikuti keramaian hiruk pikuk demontrasi mahasiswa anti pemerintah tahun 1978, tampak Joan berjalan bersemangat membawa tas kuliah diiringi teman-temannya tepat menuju ke arahnya yang sedang duduk sendirian.
“Hai kerempeng, ngapain loo nungguin mobil gue”,  teriaknya, sambil berusaha membuka pintu, hendak mengeluarkan kendaran miliknya dari himpitan mobil  lain.
Loo ngapain parkir disini, mengikuti kuliah umum mahasiswa ? ucap Anton tak kalah akrab, Joan malah tersenyum sambil mengacungkan tinjunya. Tanpa sepengetahuan Joan, Anton sering melihatnya di fakultas kedokteran, tetapi kali ini dia lebih suka berkeliaran di aula Universitas.

Ruang terbuka Universitas dipenuhi mahasiswa berjaket biru mengelilingi podium, Anton berada diantaranya  menirukan teriakan  yel-yel yang dikumandangkan tokoh-tokoh mahasiswa yang berorasi lantang.  Suaranya berkumandang, berdiri garang, berpidato nyalang tentang kebokbrokan pemerintahan saat itu dengan  gegap gempita, sesekali kepalan nya ter acung ke udara seakan  ingin meninju kejamnya tirani.

Peristiwa Malari  tahun 1974 menyisakan banyak korban terluka, beberapa kendaraan serta bangunan dibakar, disinyalir disusupi oleh orang-orang yang berkepentingan lain demi mendapatkan barang-barang jarahan, kehebohan tersebut bahkan menelan korban jiwa.  Peristiwa Malari tahun 1974   dipakai sebagai pedoman oleh gerakan mahasiswa,  demontrasi kali ini hanya  aktif ber orasi disekitar kampus, mereka tidak terpancing bergerak keluar di tempat-tempat terbuka.

Gerakan pembangkangan terhadap pemerintah semakin marak terutama sebelum dan setelah Presiden terpilih kembali untuk menjadi  presiden berikut untuk yang ke tiga kalinya. Demonstrasi Mahasiswa era tahun 1977 – 1978 walaupun tuntutannya tidak membuahkan hasil namun keberanian untuk menyatakan sikap secara terbuka, menggugat bahkan menolak kepemimpinan Nasional menjadi tonggak dasar peletakan sejarah gerakan mahasiswa berikutnya.

Sedikit demi sedikit serombongan tentara berpakaian loreng berbaret  hijau lengkap bergerak  mengacungkan senjata laras panjang yang dipegang erat dengan tangan kanan, tangan kirinya menepuk pundak-pundak para mahasiswa peserta demonstran agar memberinya ruang, menyusup selangkah demi selangkah menuju arah pusat keramaian, mengepung podium.
Bersama teman-teman mahasiswa peserta demonstran, Anton  berusaha menutup ruang dengan merapatkan barisan,  meneguhkan posisi satu dengan yang lainya, memberi kesempatan kepada tokoh demonstran di podium untuk mengamankan diri, beberapa diantaranya berusaha lari  dari tengah keramaian  menuju tempat parkir, disana, ketika sedang berusaha membuka pintu mobil,  Joan D’Arch dengan tokoh lainnya tertangkap beserta seberkas dokumen ditangan,  ketika berusaha mengamankan kertas materi  luapan teriakannya  beberapa orang berpakaian preman bersenjatakan pistol meringkus, menekan tubuhnya mencium permukaan tanah, kejadian itu berlangsung begitu cepat sebelum Anton bersama rekan lainya sempat mendekatinya, Joan telah digelandang dimasukan kedalam kendaraan khusus langsung meluncur entah dibawa kemana, pasukan berbaju loreng berbaret hijau menghalau Mahasiswa yang memprotes tindakan sewenang-wenang tersebut.
Peristiwa demi peristiwa demontrasi mahasiswa selalu melibatkan Joan didalamnya, dinginnya terali besi  dan lantai penjara sudah pernah di alaminya, luka sundutan bara roko disekitar lengan menghias kenangannya sebagai mahasiswa pelopor demonstrasi.
Beserta rekan  semasa masih SD dulu, Anton menjenguk di lembaga permasyarakatan dimana Joan mendekam, terlihat matanya masih nyalang walau raut muka serta tubuh sedikit kuyu.
“Haii lou kerempeng, kenapa lama banget  baru nongol sekarang, mau minum apa lou semua ?”
“Tolong gue segera kasih tau kalau Presiden kita sudah legowo untuk turun”, selorohnya, Anton beserta rekan yang hadir di lapas siang itu sedikit mesem, sebagian tak kuat menahan tawa, dalam kondisi tertekanpun Ia masih bisa bercanda.
“Lain kali kalau lou semua mampir kesini lagi, tolong gue bawain buku”, ucapnya ketika semua yang hadir saat itu hendak berpamitan pulang.
Kunjungan kelembaga permasyarakatan dimana Joan mendekam menjadi agenda rutin Anton, paling telat seminggu sekali menemuinya tak lupa membawa oleh-oleh kegemaran serupa buku-buku hasil pinjaman di perpustakaan Universitas, setelah melalui pemeriksaan teliti petugas Lapas terkadang dengan suka cita Joan menerima semua itu termasuk titipan teman-teman.

Seminggu rasanya terlalu lama untuk bertemu dengannya, ada getar kehampaan ketika lama tidak ngobrol, bercanda ringan serta meng informasikan apa yang Anton ketahui tentang nasib gerakan mahasiswa dan pemerintahan walaupun hanya disediakan waktu sangat terbatas untuk menebus seluruh rasa rindunya.
Rindu itu seperti mendambakan kebebasan, menghirup udara sesuka hati, berdiri sambil bersitegak memandang rerumputan yang bergoyang ditiup angin lembut, bunga-bunga tanaman liar yang tumbuh dipinggir jalan indah bermekaran, kemudian Joan menunjuk sebuah saung disekitar huma dipuncak bukit, Ia malah menyebutnya itu puri dimana para bidadari bermain bersuka ria sebelum menceburkan diri  mandi di ceruk bening air terjun sungai yang berhamburan, sejuk  menerpa tubuh-tubuh molek memantulkan sinar berpendar kerlap-kerlip dari kejauhan, menyilaukan mata-mata nyalang para ksatria di kaki bukit yang mengintip dalam diam  pada suatu subuh dimana matahari baru muncul berkasnya setelah terbangun dari peraduan. Anton malah menyebutnya sebagai embun pagi yang menempel di dedaunan, tersiram sinar matahari, pantulan sinarnya menari bagai mutiara berkadar tinggi.
Rindu itu seperti ingin membalikkan arah jarum jam kemudian berhenti di suatu titik kemasa ketika Anton bersama rekannya bermain riang sebelum lepas kelas enam SD kemudian berdetak kembali menenun benang-benang  keceriaan selama berjalan mendaki bukit besama teman-teman, melewati pematang sawah, hamparan kebun karet dan kokoa, kemudian bersama sampai dipuncaknya, memandang kelembah ngarai, dengan sungai yang berkelok diantara gradasi hijaunya pepohonan dan warna-warni  bunga menghampar seperti permadani Persia.
Rindu itu yang kini di harapkan hadir  meraup kebebasan terlepas dari penghalang jeruji besi serta sempitnya tembok ruang pertemuan ke padang sabana dimana mereka dapat berjalan santai berpegangan tangan sambil mencicipi aneka kuliner dan tatapan keduanya selalu menari-nari diiringi irama indah seiring sejalan.
***
Walaupun sudah menjalani profesi seorang Dokter umum yang berpraktek di sekitar kota Bandung. Pemafhuman menjadi jelas kenapa demikian kerasnya bercita-cita ingin menjadi dokter, menjadi seorang profesional  bidang kesehatan yang tidak selalu harus menggantungkan diri  berharap belas kasihan negara untuk menjadi aparatur pemerintah, darah daging Joan demikian benci  terhadap pemerintahan yang resmi.
Dr.Joan kini telah resmi menjadi isteri Anton dikaruniai seorang momongan gadis kecil nan cantik seperti ibunya, sikapnya hampir berubah total tidak meledak-ledak seperti jaman mahasiswa dulu, sepertinya ada perasaan khawatir segala sepak terjang serta perilakunya ditiru oleh anak gadis semata wayangnya.

Cinta memang tidak sempit, dengan cinta tersatukan dua hati yang mulai tumbuh bermekaran semenjak ketika masih belum mengenal apa arti cinta sampai mengalami betapa rindu demikian memaksa untuk sekedar bertemu dan menjadikan hari-hari selama penantian lebur dalam irama detak jantung dan suasana sekitar tampak indah seketika, walaupun disana–sini terdapat likunya tapi itupun tidak mengaburkan arti cinta sejati.
Dengan cinta keluarga Anton dan keluarga Joan ter satukan menjadi bagian yang lebih besar lagi, ada perbedaan kebiasaan serta adat tetapi dengan cinta semuanya rela saling memaklumi, saling mengisi dan menambal setiap bercak kekurangan, dengan cinta siapa sangka sebelumnya bahwa Brata Van de Stern yang dulu mengajari Anton membuat layangan kini menjadi mertuanya dan Peter sang seniman menjadi kakak ipar, walau kepribadian kakak laki-laki Joan satu-satunya yang pernah Anton kagumi itu kini sudah berubah total, akhir-akhir ini setelah sekian tahun tidak pernah terlihat sosoknya, Peter sudah kembali lagi kepangkuan keluarga.

Walaupun rumah yang dulunya seperti menyimpan misteri  lambat laun berubah menjadi padepokan  artistik, tetapi Peter van de Stern sering tampak keluar kejalanan umum sekitar rumahnya, tampak Ia selalu mengendarai sepeda tak ber pedal, laju sepedanya hanya mengandalkan hentakan kaki ke permukaan jalan, ada unsur kesengajaan dari pihak keluarga Joan untuk mencopot perlengkapan penggoes tersebut dari tempatnya sebagai langkah upaya pengamanan. Terkadang  gitar akustik tersandang menghiasi punggungnya, dia berkeliaran dijalanan acuh tak acuh tanpa memperdulikan orang-orang yang sedang memperhatikan dengan tatapan terheran.

Anton sering menyaksikan,  ketika lewat  persimpangan tiga dia sedang asyik duduk santai dipinggir jalan persis di disebuah tembokan agak tinggi diatas trotoar, sepeda antiknya tergeletak aman, matanya nanar memandang jauh ke tiga jurusan jalan secara bergantian, roman mukanya tanpa ekspresi tidak seceria seperti yang pernah diingat ketika kelas 3 SD dahulu, tampak wajahnya lebih tua dibanding umur yang sebenarnya berhiaskan cambang dan jenggot tak ter urus, dia sedang asyik dengan imajinasinya sendiri seolah hari-hari yang kini dijalaninya berupaya memanggil kembali masa lalu yang telah raib sekedar ingin menebus sekian keceriaan masa mudanya yang telah hilang, tidak ada romansa cinta belia menghias liku masa mudanya, luput dari nostalgia hura-hura pencari jati diri, kesempatan tersebut sirna  seiring  lima belas tahun hidup terkungkung di dalam jeruji besi penjara, kecintaanya terhadap seni ketika umurnya  belum genap 20 tahun, tanpa difahami sedikitpun telah tergiring  masuk kedalam organisasi terlarang, LEKRA.

Sabtu, 18 Agustus 2012

Kata Kata Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H


Sudah sebulan lamanya kita melaksanakan Ibadah puasa, Tibalah saatnya bagi kita untuk merayakan kemenangan Idul Fitri. Berikut ini adalahkata kata ucapan selamat hari raya idul fitri.

Bila ada langkah membekas lara bila ada kata merangkai dusta bila ada tingkah menoreh luka pada kesempatan ini saya mohonkan maaf lahir dan bathin. Selamat Melaksanakan Ibadah Puasa pada bulan Ramadhan.

Tak ada kata seindah zikir Tak ada bulan seindah Ramadhan Ijinkan kedua tangan bersimpuh maaf untuk lisan yg tak terjaga janji yg terabaikan, hati yang slalu berprasangka & sikap yang pernah menyakitkan. Maaf lahir batin. Slamat menunaikan ibadah puasa

Adzan-adzan lari berseruan dari langit-langit rumah Tuhan Tuntun jari-jari dosaku ke arah-Mu Kutundukkan congkak kepalaku Tak layak ku disisi-Mu Gelimang noda dan dosa balut tubuhku dari semua rasa yang telah mati…


Andai jemari tak sempat berjabat ,andai raga tak dapat bertatap Seiring beduk yg menggema,seruan takbir yg berkumandang Kuhaturkan salam menyambut Hari Raya Idul Fitri, jika Ada kata serta khilafku membekas lara mohon maaf lahir batin. SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI

Dear All…… Jika hati sejernih air , jangan biarkan ia keruh Jika hati seputih awan, jangan biarkan ia mendung Jika hati seindah bulan, hiasi ia dengan IMAN.. Marhaban Ya Ramadhan… dari dalam lubuk hati saya yang paling dalam izinkan saya memohon maaf…

Ucapan yang paling baik adalah "Allah", lagu yang paling indah adalah "Adzan", referensi yang paling lengkap adalah "Al-Qur'an", senam yang palig sehat adalah "Shalat", diet yang paling bagus adalah "Puasa", kebersihan yang menyegarkan adalah "Wudhu", perbuatan yang paling mulia adalah "Memaafkan", Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1433 H, Mohon Maaf Lahir & Bathin.

Kadang sikap, perkataan, hati dan perasaan membuat kesalahan. baik disadari maupun tidak. Dihari yang Fitri ini, adalah hari sangat baik untuk saling memaafkan. Minal Aidzin wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir & Bathin. Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1433 H.

Hatiku mungkin tidak secerah mantari, aku kadang kadang berpikir apa aku smartfren mu? tapi aku butuh simpati - mu untuk Xlalu menjadi 3 sahabat yang kompak dan selalu Axis dalam kegiatan. Mohon Maaf Lahir & Bathin. Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1433 H






Beningkan hati dg dzikir
Cerahkan jiwa dg cinta
Lalui hr dg senyum
Tetapkan langkah dg syukur
Sucikan hati dg permohonan maaf
mEt hArI RaYa IduL fiTrI
TaqobbaLallaHu minNa wA MinKuM
Minal AidziN WaL FaidziN
Mhn MaaF LahiR n BaTiN
===============

Sebelas bulan Kita kejar dunia,
Kita umbar napsu angkara.
Sebulan penuh Kita gelar puasa,
Kita bakar segala dosa.
Sebelas bulan Kita sebar dengki Dan prasangka,
Sebulan penuh Kita tebar kasih sayang sesama.
Dua belas bulan Kita berinteraksi penuh salah Dan khilaf,
Di Hari suci nan fitri ini, Kita cuci hati, Kita buka pintu maaf.
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir Dan batin
======================

Jika HATI sejernih AIR, jangan biarkan IA keruh,
Jika HATI seputih AWAN, jangan biarkan dia mendung,
Jika HATI seindah BULAN, hiasi IA dengan IMAN.
Mohon Maaf lahir Dan batin
=========================

Kita hanya
 bisa angkat JEMPOL padaNya yang selalu buat kita HOKI dalam mencari kartu AS dan STAR ONE selama hidup, kita harus FLEXI-bel untuk menerima semua pemberianNYA dan menjalani MATRIX kehidupan ini… dan semoga amal kita tidak ESIA-ESIA.
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN
====================

Ramadhan membasuh hati yang berjelaga
Saatnya meraih rahmat dan ampunan-Nya
Untuk lisan dan sikap yang tak terjaga
Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H
Minal Aidin Wal Faidzin Taqabalallahu minnaa wa minkum


Sayup terdengar takbir berkumandang
Tanda Ramadhan akan lewat
Ampunan diharap, barokah didapat
Taqobalallahu minna wa minkum
Mohon maaf lahir dan bathin

========================
Satukan tangan, satukan hati
Itulah indahnya silaturahmi
Di Hari kemenangan Kita padukan
Keikhlasan untuk saling memaafkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir Batin
=================

Sebelum Ramadhan pergi
Sebelum Idul fitri datang
Sebelum operator sibuk
Sebelum sms pending mulu
Sebelum pulsa habis
Dari hati ngucapin MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
======================
Bila kata merangkai dusta..
Bila langkah membekas lara…
Bila hati penuh prasangka…
Dan bila Ada langkah yang menoreh luka.
Mohon bukakan pintu maaf…
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Batin
================
Takbir menggema mengagungkan Sang Khalik
Ramadhan berkilau berkah berganti
Syawal bertabur kemenangan
Taqaballahu minna waminkum
Taqaballahu ya karim
Met Idul Fitri 
==================
Ramadhan membasuh hati yang berjelaga
Saatnya meraih rahmat dan ampunan-Nya
http://raytkj.blogspot.com/

Untuk lisan dan sikap yang tak terjaga
Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H
Minal Aidin Wal Faidzin Taqabalallahu minnaa wa minkum

Sekalian saya mau mengucapkan
Selamat Iedul Fitri 1433 H
Taqobalallahu minna wa minkum
Mohon Maaf Lahir Dan Bathin

Sayup terdengar takbir berkumandang
Tanda Ramadhan akan lewat
Ampunan diharap, barokah didapat
Taqobalallahu minna wa minkum
Mohon maaf lahir dan bathin


Bila ada langkah membekas lara
Ada kata merangkai dusta
Ada tingkah menoreh luka
Mohon maaf lahir dan bathin
Selamat hari raya Idul Fitri 1433 H


Ketupat udah dipotong
Opor udah dibikin
Nastar udah dimeja
Kacang udah digaremin
Gak afdhol kalo gak Minal Aidin wal Faizin
Taqobalallahu minna wa minkum

Sebelum takbir berkumandang
Sebelum ajal menjemput
Sebelum jaringan over load
Ijinkan kami memohon maaf lahir dan bathin

The holy and beautiful Syawal will come soon
There is no word proper to welcome it
Except the word of pray and forgiveness
My Majesty if you forgive all my fault
And hope your worship accepted by Allah The God of Merciful and the Beneficent

Orang yang paling mulia adalah
Orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain
Bersihkan diri, sucikan hati Di hari yang Fitri ini.



Bulan Ramadhan telah berlalu
Dan hari Kemenangan telah datang
Untuk itu mari kita bersihkan hati dan jiwa kita

Dari gelimang dosa

Mohon Maaf Lahir dan Bathin

Berbuat khilaf adalah sifat
Meminta maaf adalah kewajiban
Dan kembalinya Fitrah adalah tujuan
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN


Ramadhan telah surut
Hari yang Fitri telah terbit
Maaf kumohonkan
Agar hati bersih dari dosa
Minal Aidin wal Faizin
http://raytkj.blogspot.com/

Let’s write all the mistakes down in the sand
And let the wind of forgiveness erase it away
Happy Idul Fitri, Minal Aidin wal Faizin

MATA kadang salah melihat
MULUT kadang salah mengucap
HATI kadang salah menduga
Dengan niat tulus suci dengan ikhlas
Mohon Maaf Lahir dan Bathin


Jika langkahku membekas lara,
Kataku merangkai dusta;
Lakuku menoreh luka;
Dari jeritan lubuk bathinku
Dengan ketulusan hatiku
Komohonkan maaf lahir bathinku


Jika langkahku membekas lara,
Kataku merangkai dusta;
Lakuku menoreh luka;
Dari jeritan lubuk bathinku
Dengan ketulusan hatiku
Komohonkan maaf lahir bathinku

Taqobalallahu minna wa minkum
Minal Aidin wal Faizin
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Selamat Hari Raya Idul Fitri
1 Syawal 1433 H

Andai tangan tak kuasa menjabat
Setidaknya kata masih dapat terungkap
Setulus hati mengucapkan
Selamat Idul Fitri, Mohon maaf lahir & batin
Ridho Allah dan berkahNya

Menyertai hambanya
Yang saling ucapkan maaf
Dan memberi maaf
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H
Maaf Lahir Bathin


Ijinkan saya bersajak

Untuk LISAN yang tak terJAGA

Untuk JANJI yang terABAIKAN

Untuk HATI yang berPRASANGKA

Untuk SIKAP yang meNYAKITKAN

Di hari yang FITRI ini, dengan TULUS HATI

Saya mengucapkan mohon MAAF LAHIR & BATHIN

Semoga ALLAH selalu membimbing kita Bersama di jalanNYA

Sepuluh jari kutangkupkan
Maaf Lahir Bathin kupohonkan
Taqobalallahu minna wa minkum
Minal Aidin wal Faizin

*****
Gema takbir bergumpal didalam dada
Idul Fitri seratus meter lagi

*****


Semoga kesucian hati

Tidak hanya untuk Idul Fitri

Selamat Idul Fitri 1433 H

Mohon maaf atas kesalahan dan kekhilafan kami selama ini

*****
Ramadhan akan berlalu
Jiwa bersih membalut kalbu
Dengan kerendahan hati
Mohon diberi maaf yang suci
Selamat idul fitri 1433 H
Minal aidin wal faizin

*****
Sejalan dengan berlalunya Ramadhan tahun ini
Kemenangan akan kita gapai
Dalam kerendahan hati ada ketinggian budi
Dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa
Dalam kesempatan hidup ada keluasan ilmu
Hidup ini indah jika segala karena ALLAH SWT
Kami sekeluarga menghaturkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H
Taqobalallahu minna wa minkum Mohon maaf lahir dan bathin

*****
Sama-sama dik. saya juga mohon maaf lahir dan bathin

*****

Tiada embun yang lebih bening selain beningnya hati
Tulusnya jiwa membuka pintu maaf
Minal Aidin wal faizin Mohon Maaf Lahir dan Bathin

*****

Suminten wonten pinggir margi sadean kupat bumbune santen
Puniko dinten Riyadi sadaya kalepatan nyuwun pangapunten
Taqobalallahu minna wa minkum

*****
Mata bisa salah lihat

Kuping bisa salah dengar

Mulut bisa salah bicara

Hati bisa salah sangka

Di hari yang fitri ini

Mohon maaf lahir dan bathin

*****
Jika aku tak memberi maaf
Bukan karena aku tak mau memberi maaf
Tetapi engkau tak punya salah
Maaf apa yang harus kuberikan?

*****
Jika aku memberi maaf
Bukan karena engkau meminta maaf
Tetapi karena sepenuh maaf aku berikan
Setulus hati, seikhlas niatku
Meski tanpa kau minta

*****
Jika aku meminta maaf

Bukan karena hari ini Lebaran

Tetapi karena Ridho Allah SWT

Yang telah membukakan pintu kejujuran hati nurani

Untuk mengakui segala khilaf dan alpa

Dengan segenap cemas dan sesal

Aku memohon maaf

****
Mangan sate sak gulene, sego megono bumbu kemiri
kapan wae lebarane, sugeng riyoyo idul fitri
tumbar merico kecap asing
nyuwun ngapuro lahir lan batin

****
Kapanpun lebarannya, ucapannya:
Taqaballahu minna wa minkum
minal aidzin wal faizin
mohon maaf lahir dan bathin

****
Untuk sobat dekat
Aku sadar memang bukan teman yang sempurna untuk kamu.
Kesalahan dan kekhilafan. Selalu saja ada diantara kita.
Terutama aku yang sering ngerepotin kamu.
Met puasa dan Maafkan Lahir Batin.


Karena KeagunganMu jua, tercurah hidayahMu kepada ummatMu yang sungguh-sungguh menjalankan ibadah untuk meraih kemenangan Ramadhan suci. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Kedamaian, kegembiraan, kerukunan. Saatnya mein.mbawa seluruh keluarga berkumpul. Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1433 H. Mohon maaf lahir dan bath (Anonim)

Saat berlebih, ingatlah mereka yang dalam kekurangan. Saat gembira ingatlah mereka yang berduka dan menderita. Dalam ketulusan, mari kita sebarkan senyum, saling memaafkan, sebagai bukti syukur kita kepadaNya. Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1433 H. Mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Ketika hati menjadi bersih, kebahagiaan hadir tanpa beban, tanpa syarat. Setelah sebulan penuh menahan hawa nafsu dan cobaan, lahirlah hati yang bersih dan suci. Dalam ketulusan, mari kita sebarkan senyum, saling memaafkan, sebagai bukti syukur kita kepada-Nya. Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1433 H. Mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Just to say “sorry” for all mistake thatr I ever done forgive me yaa? Hope you have a great idul fitri. (Anonim)

Sepatu baru ada, celana baru ada, baju baru ada, kopiah baru juga ada. Tapi, yang belum kupunya adalah maaf darimu… Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan bathin… (Anonim)

Hati kadang tak sebening XL. Tak secerah Mentari dan Fren. Aku mohon Simpati-mu untuk Bebaskan aku dari segala dosa. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan bathin!!! (Anonim)

Kala lebaran, betapa aku merasakan nikmatnya makan ketupat. Tapi akan lebih nikmat lagi, tentu ucapan memaafkan darimu, sobat! Selamat lebaran, mohon maaf lahir dan bathin… (Anonim)

Kita pernah bersama dalam canda dan duka, adakalanya idah salah berucap, mata salah memandanng, hati salah menduga. Maka di hari yang fitri ini, buka hati berikan maaf yang tulus. Maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Selamat! Anda telah memenangkan tiket ke syurga dengan syarat memaafkan kesalahanku. “Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan bathin…” (Anonim)

Satukan hati, bulatkan tekad, ‘tuk meraih kemenangan di hari yang fitri. Berikan aku sejuta maafmu. Met lebaran, ya?!! (Anonim)

Tiada kata yang lebih baik terucap di hari yang fitri selain “minal aidin wal faidzin” mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Bila ada kata merangkai dusta, ada ucap berbunga lara, dan ada langkah berbuah dosa, kumohon maaf yang sebesar-besarnya. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Seiring kumandang takbir di 1 Syawal, kumohon maaf darimu. Keikhlasan untuk memaafkan merupakan sesuatu yang indah. Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Ketika khilaf berlabuh di jiwa akal pun terombang-ambing, kesalahan koyakkan hati, pikiran beku dalam nafsu dan emosi. Selamat Idul Fitri, mooohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Jika hati sejernih air, jangan biarkan ia keruh. Jika hati seputih awan, jangan biarkan ia menendang. Jika hati seindah bulan, hiasi ia dengan iman. Maaf untuk semua kesalahan. SELAMAT IDUL FITRI, MINAL AIDIN WAL FAIDZIN. (Anonim)

Agungkan kebesaranNya.. Syukuri ampunannya.. Lapangkan hati di hari nan fitri.. Selamat idul fitri, mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Taqoballah mina wa minkum. Selamat hari raya idul fitri. Mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Hari kemenangan telah tiba.. Gema takbir pun dikumandangkan. Walau mata tidak saling menatap, tangan tidak berjabat, Dari lubuk hati yanng dalam mengucapkan: Selamat Idul Fitri, Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahirr dan bathin. (Anonim)

Andai tangan tak sempat berjabat, setidaknya kata-kata masih dapat terungkap.. Selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Tiada pemberian terindah selain dimaafkan dan tiada perbuatan termulia selain memaafkan, Selamat idul fitri 1433 H ya, mohon maaf lahir dan bathin… (Anonim)

Berharap pada di dalam lesung yang ada hanya rumpun jerami, harapan hati ingin berrtemu langsung yang terlayang hanya sms ini… Minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Seiring gema takbir berkumandang, terimalah niat suci ini untuk mengucap mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Wishing you the light of faith, the warm of home, the love of family… All the deepest joys of ied, minal aidin wal faidzin. (Anonim)

Hari kemenangan telah di pelupuk mata.. Izinkan hari memohon maaf dengan tulus atas segala salah dan khilaf.. Taqoballah minna wa minkum.. Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Dosa laksana lentera di samudera kegelapan. Hari kemenangan segera datang, maafkanlah segala khilaf dan dosa, agar bersih dalam menyambutnya. Minal aidin wal faidzin, maaf lahir bathin… (Anonim)

Memaafkan kesalahan seseorang tentu merupakan kebaikan. Aku mohonmoaaf lahir dan bathin atas segala khilaf selama ini. SELAMAT IDUL FITRI 1433 H… (Anonim)

For all bad things and mistake I’ve ever done, let me ask your forgiveness for those onres on a special day when joy and happiness are around… Happy Lebaran Day… (Anonim)

Selama sebulan kita berpuasa,, Sekarang telah datang hari kemenangan,, Apabila ada kesalahan yang kurang berkenan di hati mohon dimaafkan,, Minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir dan bathin. (Anonim)

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Tetapi manusia dinilai dari akal budi dan perilakunya. Di saat ia tabah melawan coba. Di saat kita ikhlas membagi hak pada sesama. Selamat Idul Fitri. (Anonim)