Selasa, 31 Desember 2013

Ulasan Film The Best Offer (La Migliore Offerta)



Seperti film besar inggris lainnya yang selalu dahsyat, rinci dengan detail yang memukau serta jalan ceritanya yang unik terlalu susah untuk dapat dilupakan,  maka  untuk kesekian kalinya menyaksikan Film produksi  Inggris, kini kembali terpukau di tempat duduk selama kurang lebih dua jam menyaksikan The Best Offer (La Migliore Offerta) dengan bintangnya yang oke punya, Geoffyey Rush, Jim Strugess, Sylvia Hoeks dan Donald Sutherland.  Film buah karya pemenang  Academi Award 2013 (Cinema Paradiso) Giuseppe Tonatore yang berkisah tentang profesi kurator dan lelang benda-benda seni terkenal diseling kisah  romansa  yang berkelidan memaniskan Film ini.

Terasa seperti Film drama misterinya Alfred Hitchcock namun dalam cetakan bercitarasa seni dari Giuseppe Tonatore. Cerita bergulir ketika seorang Virgil Oldman (Geoffrey Rush) pria gaek selain berprofesi penilai karya seni tinggi juga kurator pemilik banyak lukisan perempuan berwajah cantik yang disimpan dalam ruang rahasia di dalam rumah pribadinya, Pria lajang yang hidupnya  berkelas ini kadung jatuh cinta selama puluhan tahun terhadap seluruh lukisan perempuan cantik terutama yang mengandung nilai misteri di dalam penciptaannya. Ruang pribadinya dipenuhi dengan mahakarya lukisan bergambar perempuan bernilai tinggi tersebut, namun ternyata tidak ada apa-apanya ketika cpesona seorang perempuan muda, cantik namun  kehidupannya penuh misteri mampir di hatinya. Jalan cerita film terus mencuri perhatian baik di ruang lelang benda antik bernilai ribuan Euro, sampai penasaran untuk membuka tabir perempuan cantik pemilik benda-benda antik yang terlanjur menyeret ke dalam romansa kisah cinta yang belum pernah tersentuh oleh The old man.


Virgill Oldman  tiba-tiba  ditawari untuk menilai harta benda seni tersisa milik seorang wanita muda  Claire Ibbotson (Sylvia Hoeks), gadis  cantik tanpa sanak saudara penghuni rumah besar dengan harta benda seni di dalamnya ternyata mengidap  Agoraphobia, penderita  yang hanya merasa nyaman berada di kamarnya sendiri  di dalam rumah besar. Perasaan takut bertemu orang  lain menyebabkan sang kurator  Virgil Oldman  kesulitan untuk membuat katalog benda seni berharga yang ada di dalam rumah Claire, namun kendala ini justru berbuah daya pikat keinginan tahuan yang unik untuk mengungkap misteri sang gadis pemilik benda seni yang justru menarik perhatiannya. Misteri lambat laun terungkap seiring romansa beraroma pesona yang belum pernah menyentuh seumur hidupnya malah tumbuh subur berseri di taman hatinya.

Ungkapan yang lazim dalam dunia kurator dan penilai mahakarya seni bernilai tinggi terhadap segala daya upaya pemalsuan : Yaitu "Akan selalu ada bukti kelemahan dari setiap pemalsuan" menjadi daya pikat tersendiri menghiasi alur serita di film ini.
Setujukah dengan kalimat dahsyat tersebut? Lepas dari suka atau tidak suka ternyata ada orang dalam cerita film ini yang tidak sependapat dengan ungkapan penuh makna yang merupakan motto dari setiap penilai benda seni.

"Untuk itulah kenapa aku akan merindukanmu" ungkap suatu narasi yang terdengar dari benda seni serupa patung yang disisipi tape recorder. Misteri apakah gerangan di tengah kegalauan akibat hilangnya seluruh lukisan perempuan cantik koleksi pribadinya diikuti lenyapnya Claire. barangkali ulah lelaki yang biasa dimintakan tolong untuk memperbaiki benda seni atau justru Claire sendiri, tetapi nyatanya dibalik kanvas lukisan diri sang gadis yang dihadiahkan kepadanya terdapat pernyataan rasa rindu terhadap peristiwa yang tidak pernah akan dilupakannya.

Cerita film diakhiri dengan pensiunnya Virgill Oldman dari profesi  penilai dan kurator benda seni bernilai tinggi diiringi perasaan ikhlas atas  kehilangan seluruh koleksi dan seorang perempuan muda nan cantik yang sempat mencuri hatinya.

Film besar biasanya mempunyai penilaian yang besar serta pujian yang luar biasa dari penonton dan para kritikus film seperti yang di sampaikan oleh  Wachable Movie dan Great British Film.