Selasa, 17 November 2015

Teroris Bagaikan Perokok

Mencermati bertebarannya tulisan di media sosial maupun mainstream tentang terorisme berikut aneka komentarnya yang menghangat sehubungan berguncangnya Paris jantung kota  Perancis oleh serangkaian ledakan bom bunuh diri dan penembakan yang dilakukan oleh beberapa orang  yang menewaskan lebih dari 130 orang kemudian disusul dengan serangan pesawat tempur Perancis membombardir Suriah yang menyebabkan jauh lebih banyak lagi korban tewas dan luka-luka. Maka sekedar turut berpartisipasi meramaikan, tulisan satir ini terpublish.

Teroris itu seperti perokok saja, Ujar mang Samad sembari mengepulkan asap rokoknya pelan-pelan keudara seolah ia sedang mengenyam hidup tinggal sepanjang batang rokok yang sedang terbakar di ujungnya. 

Lho.. jadi Mang Samad juga teroris kalo begitu?

Bukan itu maksudnya, saya hanya sekedar menghayal saja mencoba sedikit berimajinasi, karena koo... rokok kan sudah diklaim oleh berbagai pihak baik pemerintah bahkan organisasi se dunia pun mengecam rokok sebagai biang kerok ajang untuk memperpendek umur manusia pecandunya sebagai perokok aktif, pun bisa memapar orang yang berada disekitarnya tetapi tetap saja rokok diproduksi secara besar-besaran oleh pabrikan, berbagai merek lagi, jadi jangan salahkan perokok yang memang sedang ingin merokok. Intinya rokok ada karena banyak orang yang ingin mengambil keuntungan dari rokok itu sendiri disamping karena memang banyak penikmatnya.

Coba akang tengok iklan rokok di televisi... Berbagai merek rokok dari berbagai produsen rokok ditampilkan untuk memancing minat, mereka juga bersaing secara wah...lalu mulai dari pedagang ketengan, toko swalayan, agen rokok sampai pabrik rokok sibuk melayani pelanggan belum lagi jika memperhatikan ladang-ladang tembakau yang diolah oleh perusahaan maupun perorangan. ujung –ujungnya selalu saja do it... Duit maksudnya. Penikmat sibuk mencari duit untuk beli rokok sedang pedagang, agen dan pabrik rokok serta saudagar dan petani tembakau sibuk jual, bikin dan menanam bahan baku rokok untuk cari duit...jadi begitulah rokok bagai teror..meneror isi kantong tetapi sedap untuk dinikmati sambil menghayal disamping bagi pihak tertentu dijadikan sebagai sarana untuk mengeduk duit dari penggemarnya..

Kini saatnya saya gantian berimajinasi.

Jadi teringat kenapa dalam iklan rokok tidak menggunakan seorang dokter sebagai model iklannya walaupun tentu saja ada juga dokter yang perokok, yang ditampilkan malah artis cantik dan ganteng lagi luwes, berani serta spektakuler atau paling banter seperti memasuki ke alam dunia lain yang aneh, hal ini bertolak belakang dengan yang ditampilkan di setiap label pada bungkusnya: tampak teroris sedang mengepulkan asap rokoknya yang dihembuskan oleh seorang pria sambil bawa anak kecil padahal perempuan juga banyak yang merokok sambil gendong bayi, kemudian ditampilkan juga paru-paru yang rusak seperti terbakar suatu kontradiksi tarik ulur yang ditampilkan bersamaan dalam satu format bungkus kemasan rokok, isi dan misi yang diembannya sangat bertolak belakang sehingga hal ini menjadikan Industri rokok dan matarantainya tetap saja eksis di dunia perokokan. Anehnya kabar tentang rokok dapat memperpendek umur penikmatnya tidak sepenuhnya benar kecuali terhadap perokok yang sensitif dan perokok pasif yang rentan terhadap asap rokok, hal ini biasanya terjadi pada anak-anak dan orang yang alergi terhadap asap yang tentu saja akan menyebabkan penurunan kondisi kesehatannya. 

Barangkali celotehan Mang Samad ada benarnya, bahwa: Mungkin saja dengan tidak merokok orang bisa menjadi kaya, bisa membeli mobil atau rumah yang asri jika diuraikan secara serius tetapi santai orat-oret diatas kertas koran bekas untuk sekedar mengkalkulasi harga dari setiap bungkusnya kemudian dikalikan perbulan, tahun sampai puluhan tahun. Ujar mang Samad, masih bersikap acuh tak acuh memandang kepulan asapnya yang membumbung ke udara. Ternyata tidak semulus begitu, kebanyakan tidak persis seperti itu. Dalam prakteknya bahwa untuk hidup banyak sekali onak-aniknya karena untuk alasan hidup itu sendiri, bagaimana itu setiap acara selalu saja membutuhkan duit apalagi dalam satuan waktu tertentu. Untuk setiap jumlah lembaran uang yang nangkring di saku atau dompet boleh jadi di bank karena rutin masuk ke rekening pripadi sebagai upah bulanan kumplit berikut ATM hasil jerih payahnya selama kerja sebulan penuh ternyata banyak sekali saluran pengeluarannya demi untuk hidup itu sendiri. Jadi bisa saja jika sudah dapat membeli mobil atau rumah, tidak disangka dan tidak dinyana ujug-ujug mobil dan rumah bagus idamannya tersebut jadi terbakar hangus. Mungkin karena memang peruntukannya untuk dibakar... ujar Mang Samad cuek bebek.

...ah hanya joke semata agar otot tidak tegang...