Banyak pula tingkah polah anak-anak dalam kehidupan
sehari-harinya dan biasanya berkaitan
erat dengan tokoh idola mereka, sang
idola bisa saja berupa peran-peran yang ada di sekelilingnya melalui
pengembaraan imajinasinya setelah mengamati acara atau film di TV. Kebiasaan
yang ditangkap oleh anak-anak perempuan ketika berkomunikasi dan
memainkan tokoh-tokoh imaginasinya tidak akan jauh-jauh mengambil peran, seorang Ibu, ayah, adik, kakak, teman-temannya
yang nakal maupun yang baik dan entah apalagi sehingga kalau sengaja diamati tingkah
laku mereka akan riuh dan nampak serunya. Biasanya saya tidak akan dengan
secara sontak, tiba-tiba saja membuyarkan alam imaginasinya dengan segala perangkat
media berupa boneka dan peralatan mainan perempuan lainnya, jikapun penting
banget maka biasanya ibunya seolah turut masuk juga kedalamnya, berkomunikasi
sebentar kemudian baru beralih ke tujuan yang diperlukan.
Kebiasaan anak perempuan kami bergaul dengan nama-nama yang aneh
dari tokoh-tokoh dalam alam imaginasinya akan mengalami pasang surut, tingkah
laku demikian akan mulai berkurang ketika menginjak kelas dua SD. Namun
sebaliknya dengan anak laki-laki justru umur sedemikian sedang seru-serunya. Anak
perempuan akan berangsur surut melakonkan tokoh beserta perangkat permainannnya
sebagai media untuk masuk kedalam alam imaginasinya, semuanya akan mulai
ditinggalkan ketika menginjak kelas tiga SD yang pada giliranmya boneka dan alat permainan
tersebut akan diperlakukan secara wajar apa adanya saja.
Film anak-anak di TV paling
dominan merasuk kedalam alam khayal
mereka, maka kalau dulu film Si Unyil yang kaya dengan pesan moral dan
mengangkat kehidupan sehari-hari di masyarakat maka anak-anak perempuan menjadi
tau bahwa Lurah itu adalah Pegawai Negeri sedang Kepala Desa dipilih oleh dan
dari rakyat, peran apa yang dimainkan oleh pak RT atau RW serta Kades sangat gamblang di amati oleh mereka,
pentingnya silaturakhmi, kebersihan dan keamanan lingkungan dengan segala
problemanya.
Lain lagi di jaman sekarang, anak-anak SD terkagum dengan
IPIN-UPIN film animasi produk malaysia, entah kenapa anakku yang laki-laki
bontot lebih menggandrungi Film animasi luar daripada dalam negerinya sendiri,
saya cenderung menilai karena kisahnya tidak asing lagi, sering ditemui di lingkungaan
nyatanya selain memang teknik penyampaiannya yang mengundang kagum sementara
reaksinya anak tersebut sepertinya biasa saja tidak se heboh ketika menonton
film yang berkisah sang jagoan bertema kepahlawanan, memang bawaannya adem ayem saja namun begitu
menginjak kelas tiga dan kenal dengan Film animasi baru BoboBoy yang disiarkan di
TV dan ditayangkan pada jam-jam tertentu kemudian dalam waktu luang ia bisa kapan saja mencari informasinya di
internet, ujung-ujungnya tingkah polahnya menjadi semakin aneh, sering
kedapatan sedang was-wes-wus memerankan tokoh idolanya, ia asyik berubah sebagai tokoh-tokoh pujaan dalam alam
imaginasinya dan seperti biasanya sayapun akan membiarkan saja selama tidak
membahayakan kepribadiannya. Yang menjadi pertanyaan besar selalu saja
berkecamuk dalam pikiran yaitu apakah perilaku demikian akan mempengaruhi kejiwaannya
terutama pada umur-umur sedemikian? tentu saja menyangkut dampak psikologinya
(karena saya minim pengetahuan Psikologi dan bukan psikolog pula).
Sepengetahuan saya pribadi, karena tentu saja dulu juga pernah menjadi anak-anak dan sangat gamblang
sampai sekarang bagaimana kebiasaan tingkah polah anak-anak saya tersebut, yaitu kebiasaan berimajinasi yang tokoh-tokohnya bisa diambil dari bahan
bacaan anak-anak dan film, baik film kartun maupun peran tokoh manusia biasa.
Kebiasaan tersebut menurut pengalaman saya pribadi justru sangat bermanfaat dalam menerapkan pola
belajar dalam menyerap materi pelajaran baik ketika sebagai siswa maupun
mahasiswa bahkan berguna sampai bekerja sekalipun, hal ini diketahui
justru ketika sudah mempunyai anak yang mulai bertingkah laku demikian. Manfaatnya
paling tidak menjadi terbiasa untuk fokus ketika membaca buku maupun memperhatikan peran
seseorang atau yang lainya apalagi menyangkut peran guru yang sedang memberikan
pelajaran, yang pada giliranya akan memudahkan untuk menyerap, mengerti bahkan
berimajinasi menghubungkan materi-materi yang disampaikan guru tersebut baik
berupa bentuk-bentuk, angka-angka, teory bahkan narasi yang panjang sekalipun mejadi
bangunan bahkan kisah cerita imaginasi
yang utuh, jika belum mencapai bangunan atau cerita imaginasi yang utuh yang dapat
dipahami secara nalar tentu ada yang kurang lengkap dan perlu ditanyakan secara
langsung kepada guru ybs atau mencarinya di buku-buku pelajaran. Semua itu
cukup menghemat energi belajar bahkan ketika musim ulangan atau ujian sekalipun
tinggal membacanya kembali secara ringkas, cepat dan tepat untuk
memanggil kembali imaginasi bangunan dan cerita yang sudah difahami
tersebut.
Kisah ini memang kelihatan aneh dan sulit untuk difahami tetapi
memang demikian adanya dan barangkali banyak yang senasib sepenanggungan
seperti saya. Banyak yang memperkuat keyakinan tersebut, bahwa pengagum cerita atau kisah
fiksi sekalipun yang sering membentuk alam
imajinasi dalam alam pikirnya justru
sangat berguna sekali dalam hal belajar dan menghasilkan ide-ide. Barangkali pendapat
saya akan berbeda dengan mereka yang kurang suka akan seni dan kisah fiksi. Pendapat
apapun yang berseberangan dengan tulisan
saya yang kurang suka dengan seni dan kisah fiksi tetap saya hormati.
Keyakinan saya tersebut memperkuat bahwa dalam membangun dan
mengembangkan alam imaginasi ke dalam dunia ide-ide yang pada gilirannya menghasilkan
karya yang bersifat nyata, menjadikan hal yang tiada menjadi ada justru dimulai
dari imajinasi, hal ini dapat diamati, paling mudahnya dapat di temui dari karya
arsitek piawai yang menciptakan bangunan
indah dan megah bahkan sampai menjulang tinggi menggapai langit. Bahkan
Einstein pun seiring menciptakan teory relativitas Ia juga pemuja Imajinasi, tetapi
Poemnya saya lupa di taruh dimana. Sayangnya dari semua yang diceritakan
tersebut diatas ternyata saya termasuk kedalam yang terlambat untuk mengagumi
apalagi terlibat ke dalam dunia fiksi dan Imajinasi.
*Hanya sekedar mengingatkan bahwa acara tayangan televisi bisa
mempengaruhi kehidupan seseorang apalagi anak-anak yang sedang haus-hausnya menyerap segala
macam informasi.