Selasa, 13 November 2012

#Postcardfiction: Sekumpulan bau dalam sekeranjang tengik

Alangkah suatu keniscayaan aku berada didekatmu
Padat itu memang terlalu banyak isi, kau kegerahan.
Kutinju kejamnya dunia teriak bersuara parau, seraknya masih tersisa bau alkohol
Tetap saja kesemuanya memuakan terutama panas mendekati 40 C dan 80 persen kelembaban udara, menyiksa kita.

Tarik saja seulas agar setiap detik dan gerak tidak berbuah resah.
Ada sekelumit cerita yang ingin berbagi denganmu hai si acuh tak acuh dan aku masih mereka-reka sendiri alur nya dimulai dari mana,  bisa saja tentang sesuatu yang menerbangkan kita berdua,
bahwa suatu saat dalam tempat dan kisah antah berantah
sekonyong-konyong kita berdua menjadi pemeran utamanya.
Kita memang bagian dari peluh yang tidak dipedulikan bersuara
aah shit lehermu koo rapuh, tidak kuat lagi menyangga kepalamu
matamu menguning menjelang redup, seribu kunang seperti menari disekitarmu
tidak lah dan aww jangan, tidak perlu tumbang disini nona, malu, tauk
lagian wangi itu diantara sekian bau bertubi-tubi, nyatanya kau masih mampu bersitegak

Kita lihat saja nanti, jika pada suatu hari ada kesempatan denganmu
Aku koo ingin sekali bercerita atau tepatnya mendongeng
Tetapi lebih enak kalau engkau sendiri yang terlebih dahulu mulai bertutur
Tentang apa saja, bisa dimulai dengan sekumpulan bau dalam sekeranjang tengik
Kita memang masih bagian dari itu bukan…?,
setidaknya saat ini, saat terjejal dalam padat memuakkan
Atau malah kita sudah membusuk, tanpa kita tau dan luput untuk tersadar.

Sudah sampai teriakmu.
Nanti dulu memang sejak awal kita punya tempat tuk dituju
Ah peduli setan, semuanya harus sudah berhenti disini
Satu persatu tubuh-tubuh beringsut menuju arah tertentu
Aku berusaha mengibas-ngibas hidung, seolah tidak yakin masih ada disitu
Tetapi, terkaget, entah dimana indra penting itu berada,
semuanya terlihat sama menjadi cairan lendir menjijikan, merayap,
kemudian tergilas roda raksasa dijalanan beraspal panas