Keberadaan Tuhan hanya dapat dilihat sebagaimana pikiran dan hati memandang dan memikirkanNya dengan kata lain Tuhan hadir sesuai dengan prasangka hambaNya, jika hambanya berprasangka baik kepadaNya maka Allah akan baik pula, jika mempunyai prasangka buruk maka akan buruk pula yang akan ditermianya dan bersiaplah untuk menerima azabNya.
Hadits Nabi “Allah berfirman : “Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku terhadapKu, dan Aku akan bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia menyebut-Ku didalam dirinya, maka Aku kan mengingatnya di dalam diri-Ku. Jika ia menyebut-Ku di tengah-tengah orang banyak, maka aku akan menyebutnya di tengah-tengah orang-orang yang lebih baik dari itu. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku kan datang kepadanya dengan berlari.” (HR.Muslim).
Andaikan segenap manusia dan jin bersatu padu guna ber tha’at kepadaKu, maka hal itu sama sekali tidaklah akan menambah keagungan KerajaanKu, walaupun hanya sebesar “dzarrah”. Andaikan semuanya bersatu padu dalam pelanggaran, perbuatan ma’shiat kepadaKu walau sebesar timbangan atom, sama sekali tidaklah akan mengurangi dari keagungan KerajaanKu. (Hadits Qudsi).
Firman Allah swt Barangsiapa yang berjihad¹, maka sesungguhnya jihad itu untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah SWT benar-benar maha kaya dari sekalian alam. ( Q.S. Al-‘Ankabut : 6)
Tuhan mutlak mengirim Utusan dan petunjukNya demi kecintaan dan kasih sayang kepada makhluknya yang memerlukan penuntun jalan menuju cahaya oleh umatnya sebagai Khalifah dimuka bumi ini.
Allah lebih dekat dari urat nadi yang ada dilehernya sekalipun sehingga segala yang dipikirkan dan tindakannya begitu nyata dapat menilai akan kemaha pengasih dan penyayangNya, segala sesuatu yang dilihat dan diperolehnya berdampak positif bagi diri dan lingkungannya, nikmat yang diberikan kepada diri dan sekelilingnya menjadi nikmat sebagai rahmat dan kasihNya. Sebagaimana yang tertera dalam syair lagu Bimbo².
Kesempurnaan hanya milik Tuhan, disisi lain kesempurnaan merupakan hal yang paling diinginkan dan dicita-citakan secara fitrah oleh manusia, bagi tiap orang berbeda- beda ke inginan yang hendak dicapainya, yang dicita-citakan malah hanya terkesan parsial saja sesuai dengan tujuan masing-masing yang hendak dicapai, jika yang diharapkan menjadi kaya maka dengan segenap kemampuannya akan diarahkan untuk menjadi kaya, bahkan kalau tujuannya hanya karena menjadi kaya semata maka segala tindak dan upaya hanya berorientasi bagaimana untuk dapat menjadi kaya kalau perlu secepat kilat, sim salabim segera tercapai sekelebat ketika dalam hati dan pikirnya terbersit dengan yang dicita-citakannya segera terkabul, maka tidak akan menutup kemungkinan yang dilakukannya akan secara instan pula, tidak peduli diperoleh dengan cara apapun dan dengan jalan bagai manapun, tidak peduli merugikan orang lain, mencederai bahkan menyengsarakan pihak lain, sekalipun nyawa-nyawa makhluk hidup disekitarnya meregang yang penting tujuannya tercapai.
Jika tujuannya hanya ingin mendapatkan dunia saja maka paling banter hanya dunia yang akan diraihnya, tetapi jika tujuannya akhirat maka dunia dan akhirat sekaligus akan digenggamnya, sebagaimana jika segala perbuatannya hanya ditujukan untuk memperoleh keridhoan Tuhan, maka setiap pekerjaan yang dilakukan akan memperoleh laba/upah sesuai yang dikerjakannya dan sekaligus mendapat pahala sebagai bekal di akhirat.
Sangat wajar jika segala sesuatu yang melekat pada tubuh ingin tampak sempurna, padahal Tuhan telah dengan presisi sempurna memberikan segala ke maha pengasih dan penyayangNya, hanya saja terkadang sebagai makhluk kerap kurang pandai bersyukur.
Ketika diri merasa kecil dan hina karena merasa berpendidikan dan berketerampilan rendah, ketika hanya mampu menjadi kuli bangunan saja misalnya, sebagai makhluk sangat wajar jika ingin berubah ke taraf yang lebih baik dengan meningkatkan keterampilan dibidang lain yang membutuhkan proses, tetapi pada saat posisi tersebut tersandang melekat dalam diri maka keterampilan sebagai buruh bangunan selain dijadikan untuk mendapatkan nafkah pribadi dan keluarga alangkah indahnya jika dibarengi dan diniatkan sebagai amal ibadah sesuai kehendak Tuhan serta membuang jauh yang dimurkaiNya demikian juga sebaliknya.
Meyakini saja dalam hati bahwa tidak mungkin semuanya untuk menjadi arsitek sehingga mustahil rancangan bangunan rumah bahkan gedung bertingkat akan berwujud nyata, jika semua ingin menjadi perancang bangunan tanpa melibatkan orang lain bahkan pengusaha pabrik dan penyedia bahan bangunan tentunya wujud bangunan mustahil dapat terbentuk. Jasa buruh untuk mendapatkan penghasilan dari bersusah payah menggali pasir, mengerjakan pembuatan bahan bangunan di pabrik-pabrik dan pekerja toko menjajakan bahan bangunan, mengangkutnya melalui jasa profesi transportasi, mengaduk campuran bahan bangunan, menggunakan jasa memasang dan mendirikan bangunan, memasang instalasi listrik, telepon, saluran air dsb, pendeknya setiap profesi nyatanya perlu disadari sebagai bagian dari amanah yang dibebankan kepada manusia sebagai makhluknya untuk mengarungi hidup. Sebagai makhluk sempurna yang telah diciptakanNya tentunya disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki oleh orang tersebut bahkan tanpa disadari justru diperlukan oleh orang lain, jika saja menyadari akan hal tersebut maka Sujud syukur sangat pantas hanya tercurah kepadaNya saja, tidak kepada makhluk lain.
Menurut tokoh sufi, Ibn Sina (Avicenna), ada tiga tingkatan di dalam kehidupan kontemplatif menuju Tuhan :
1. Kehendak (sebagai tingkat pertama) yang secara pasti “berjalan”, melatih jiwa melalui keyakinannya mengarah menuju Tuhan, menundukkan jiwa duniawinya sehingga mendapat kesenangan ketika Tuhan demikian sangat dekat dengannya.
2. Melatih diri sendiri (sebagai tingkat ke dua) untuk meninggalkan tiga hal :
- Menanggalkan segala sesuatu pilihan kecuali Tuhan
- Menundukan jiwa duniawinya kepada jiwa rasional, sehingga imaginasi dan olah pikirnya hanya tertarik dan berkonsentrasi kepada hal-hal yang tinggi lagi suci.
- kesadarannya menaruh perhatian kepada kewajiban, peringatan dan laranganNya.
3. Tingkat ke tiga Membebaskan Jiwanya dari nafsu duniawi, olah pikir dan tindak hanya memenuhi kepada hal yang baik saja, hanya memberikan cinta batiniah kepada yang hanya diperintah oleh Kekasih (Tuhan).
4. Tingkat ke empat, sufi melihat Tuhan dalam segala benda
5. Tingkat ke lima, Ia menjadi terbiasa dengan kehadiran Tuhan sebagai cahaya penerang, ia memperoleh pengetahuan langsung dan terus menerus dalam kebersamaan dengan Tuhan.
6. Sebagai puncak dari kontemplasi ketika sampai ke tingat ini berarti ia telah mencapai persatuan yang sempurna dengan Tuhan.(Menurut saya pribadi pada tingkat ke enam ini, bukan berarti mewujudnya Tuhan dalam diri, tetapi segala olah pikir serta tindaknya benar-benar telah adanya campur tangan Tuhan)
Note :
1. Berjihad : bersungguh-sungguh dalam kebaikan guna mencari ridha Allah swt.
2. Syair lagu Bimbo : Aku dekat, Engkau dekat/ Aku jauh, Engkau jauh/ hati adalah cermin/tempat pahala dan dosa berpadu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda