Hari Sabtu kemaren tanggal 26 September 2015 saya diundang
oleh pihak institusi dimana anak saya selama beberapa tahun menimba ilmu. Anak
ketiga dari empat bersaudara yang
merupakan anak ke dua dari yang paling bontot tersebut akan diwisuda.
Karena jaraknya yang sangat jauh dari yang paling akhir maka saya
merasakan bahwa anak perempuanku ini terkesan berperilaku sebagai
anak bungsu saja, agak manja dan butuh perhatian khusus dari orang tuanya... Setidaknya
itu menurut saya pribadi saja sebagai orang tuanya walaupun di kampusnya ternyata ia cukup mandiri dan aktif, terbukti
ia pernah mengikuti beberapa aktifitas non kurikuler yang disodorkan pihak
kampus yang bersifat sukarela, hanya mengedepankan sebagai ajang menimba
pengalaman di laboratorium uji bisnis yang tentu saja berhubungan dengan jurusan
yang dia ambil, disamping itu ia juga berkesempatan
ikut berperan dalam beberapa kegiatan non kurikuler lainnya yang disediakan oleh
kampus. Menghadiri acara wisuda di kampusnya yang mentereng dan luas
setidaknya untuk seukuran saya yang notabene berasal dari daerah tentu saja
merupakan pengalaman baru setelah menghadiri dua wisuda kakak-kakaknya sebelumnya yang menimba ilmu di institusi
pendidikan tinggi yang berbeda.
Jauh sebelum berdirinya Politeknik Negeri Bandung, Lokasi ini sebenarnya cukup
akrab dijelajahi bersama sepeda motor ketika saya remaja dulu sekitar tahun 1970an
sampai tahun 1985, karena dulu bersama orang tua tinggal di Cimahi dan daerah
ini diliputi oleh jalan Kabupaten dan Desa tidak terlalu lebar yang merupakan jalan
pintas untuk menghubungkan Cimahi dan sekitarnya dengan Jl Setiabudi Bandung
dan Lembang sekitarnya. Saat ini saya kembali hadir di daerah ini bersama 1500an
lebih keluarga wisudawan lainnya sehingga dengan 1500 kendaraan yang masuk dan keluar dari dan ke wilayah ini dalam waktu yang bersamaan belum lagi ditambah dengan kendaraan
lainnya yang melintas dapat dibayangkan laju kendaraan akan stagnan
kalau saja aparat keamanan tidak sigap dan sabar mengatasi situasi.
Alhamdulillah semuanya berjalan lancar dan terkendali.
Wisuda dalam pengamatan saya pribadi berkesan sangat sakral, melepas segala kegiatan ketat
yang rutin diwajibkan bagi setiap mahasiswa disamping itu momen ini sekaligus
mengharukan selain yang tertangkap secara umum tidak terlepas dari nuansa hiruk
pikuk kegembiraan yang terpancar dari wajah masing-masing wisudawan. Sebagai ajang selamat tinggal dalam nuansa kemahasiswaan dan problemanya yang tentu saja sarat suka dibanding dukanya. Wisuda dapat dikatakan sebagai ambang batas
antara beberapa tahun menimba ilmu mencurahkan segenap perhatian dan disiplin
yang harus digelutinya dengan dunia pekerjaan yang akan disambanginya kelak
yang tentu saja menuntut situasi dan kondisi yang barangkali sangat berbeda.
Setelah menempatkan kendaraan diantara ratusan kendaraan lainnya
di salah satu pelataran kampus yang diatur
secara tertib oleh beberapa mahasiswa berjaket biru, saya
dengan anggota keluarga bergegas menuju pendopo, suasana begitu hiruk-pikuk saking banyaknya
orang-orang yang berpakaian rapi dan resmi berjalan serempak ke satu arah yang
sama. Di sepanjang jalan menuju pendopo berjajar pedagang dadakan yang
menjajakan kuntum-kuntum bunga mawar yang cantik serta buket-buket rangkaian
bunga yang dikemas indah, juga disediakan segala keperluan lainnya. Bangunan pendopo yang luas merupakan tempat berlangsungnya acara
sakral tersebut bagi semua wisudawan dari berbagai jurusan.
Gadget istri saya tiba-tiba saja berdering dari salah seorang yang tidak dikenal mengirimkan pesan yang belakangan diketahui berasal dari salah satu panitia wisuda yang anggotanya berasal dari Mahasiswa Baru (Maba), salah satu panitia yang dipercaya mengatur segala aktifitas yang berhubungan dengan acara seremonial sakral tersebut. Ia menanyakan tentang posisi dan warna pakaian yang dikenakan istri saya dan berharap agar menunggu saja ditempat dimana saya berada sebelum mereka sampai menemui saya. Tidak berapa lama kemudian, beberapa mahasiswi berjaket biru menyapa dengan sopan bahwa ia yang akan mengantarkannya sampai ke gerbang pendopo dan memberikan informasi secukupnya bila diperlukan, ia menghubungkan dengan panitia seksi konsumsi dan menerangkan tentang lokasi toilet. Belakangan yang saya ketahui bahwa panitia yang berasal dari Maba tersebut memang memperlakukan hal yang sama dengan undangan lainnya.
Gadget istri saya tiba-tiba saja berdering dari salah seorang yang tidak dikenal mengirimkan pesan yang belakangan diketahui berasal dari salah satu panitia wisuda yang anggotanya berasal dari Mahasiswa Baru (Maba), salah satu panitia yang dipercaya mengatur segala aktifitas yang berhubungan dengan acara seremonial sakral tersebut. Ia menanyakan tentang posisi dan warna pakaian yang dikenakan istri saya dan berharap agar menunggu saja ditempat dimana saya berada sebelum mereka sampai menemui saya. Tidak berapa lama kemudian, beberapa mahasiswi berjaket biru menyapa dengan sopan bahwa ia yang akan mengantarkannya sampai ke gerbang pendopo dan memberikan informasi secukupnya bila diperlukan, ia menghubungkan dengan panitia seksi konsumsi dan menerangkan tentang lokasi toilet. Belakangan yang saya ketahui bahwa panitia yang berasal dari Maba tersebut memang memperlakukan hal yang sama dengan undangan lainnya.
Di dalam pendopo, beberapa mahasiswi berjaket biru berjajar
sampai ke ujung ruangan masing-masing mengacungkan selembar kertas tebal
bertuliskan salah satu jurusan ilmu, di depannya berjejer kebelakang kursi-kursi
tamu yang sebagian sudah terisi yang khusus disediakan untuk seluruh undangan agar dapat duduk beristirahat dengan
santai. Dihadapan kami yang sudah dalam
posisi duduk menunggu acara dumilai, berdiri layar lebar yang disediakan khusus
untuk menayangkan acara pelepasan wisudawan oleh Direktur Polban dan Ketua
jurusan masing-masing.
Selepas acara sakral tersebut para wisudawan mengikuti acara
santai di kampus jurusannya masing-masing, derai tawa dan canda bergemuruh di
luar ruangan, tangkai-tangkai bunga mawar yang dikemas cantik, beberapa
rangkaian aneka bunga yang disusun berseni
dalam buketnya, boneka-boneka lucu dan benda-benda souvenir saling
berpindah tangan mewarnai acara hura-hura, mereka saling memberi dan menerima
dan kami para orangtua wisudawan oleh
Maba diarahkan untuk mengikuti acara yang disediakan oleh jurusannya
masing-masing untuk mengikuti arahan Ketua jurusan dan menampung serta
memberikan jawaban dari orang tua mahasiswa yang bertanya diseputar kegiatan
akademis dan masa depan wisudawan.
Saya cukup mengamati
arahan Ketua jurusan dan beberapa pertanyaan Orang tua wisudawan
serta mencermati jawabannya. Arahan Ketua jurusan sebagaimana yang
disampaikan oleh Direktur Politeknik Negeri Bandung mengucapkan selamat kepada wisudawan dan orang tuanya yang telah mengantarkan anaknya menyelesaikan ilmu yang diraihnya
bahwa harapannya, para wisudawan sebagaimana alumni POLBAN lainnya mampu
mengembangkan profesionalismenya masing-masing dan siap berkarya dengan
orientasi mutu dan disiplin yang tinggi serta dapat bersaing secara global.
Acara dilanjut dengan diskusi antara orang tua wisudawan dan ketua jurusan yang
berlangsung santai, pada intinya mereka
menanyakan tentang masa depan wisudawan baik dari sisi pengembangan akademik
maupun bidang pekerjaan yang dapat
diambil sebagai upaya merintis karir, tentang perbedaan persepsi dari
perusahaan, industri maupun institusi pemerintahan dalam memandang lulusan perguruan tinggi berorientasi ilmu terapan yang selama ini dikembangkan berikut solusinya, bahwa
sejak beberapa lama Institusi pendidikan tersebut telah mengembangkan “Job Fair”
semacam sarana yang menjembatani antara lulusan dengan kesempatan pekerjaan yang
dibutuhkan oleh beberapa perusahaan,
industri maupun institusi pemerintahan yang
dapat mereka akses. Job Fair pengertiannya
semacam sarana yang menghubungkan masyarakat pencari kerja yang menghubungkan dengan kesempatan kerja , dalam
pengertian umum masyarakat menyebutnya sebagai Bursa Tenaga Kerja.
Saat ini banyak bertebaran Institusi pendidikan tinggi yang
berdiri bagai menjamur di musim penghujan disertai dengan orientasi unggulannya
masing-masing dan kemudahan yang di tawarkannya, ada diantaranya yang mengalami
disorientasi terseret mengarah kepada komersialisme pendidikan tinggi tetapi
tidak sedikit yang masih kukuh memegang idealisme sebagai institusi pendidikan
yang bertujuan menjawab tantangan jaman tanpa embel-embel. Semoga POLBAN tetap
memegang teguh idealisme yang selama ini dirawatnya tersebut sehingga tetap menjadi
harapan bagi pelajar daerah yang ingin meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Amin.
Selamat kepada anak saya yang telah berhasil menggapai cita-citanya.