Seperti film
besar inggris lainnya yang selalu dahsyat, rinci dengan detail yang memukau
serta jalan ceritanya yang unik terlalu susah untuk dapat dilupakan, maka
untuk kesekian kalinya menyaksikan Film produksi Inggris, kini kembali terpukau di tempat duduk
selama kurang lebih dua jam menyaksikan The Best Offer (La Migliore Offerta) dengan
bintangnya yang oke punya, Geoffyey Rush, Jim Strugess, Sylvia Hoeks dan Donald
Sutherland. Film buah karya
pemenang Academi Award 2013 (Cinema
Paradiso) Giuseppe Tonatore yang berkisah tentang profesi kurator dan lelang benda-benda
seni terkenal diseling kisah romansa yang berkelidan memaniskan Film ini.
Terasa seperti Film
drama misterinya Alfred Hitchcock namun dalam cetakan bercitarasa seni dari Giuseppe
Tonatore. Cerita bergulir ketika seorang Virgil Oldman (Geoffrey Rush) pria
gaek selain berprofesi penilai karya seni tinggi juga kurator pemilik banyak
lukisan perempuan berwajah cantik yang disimpan dalam ruang rahasia
di dalam rumah pribadinya, Pria lajang yang hidupnya berkelas ini kadung jatuh cinta selama puluhan tahun terhadap
seluruh lukisan perempuan cantik terutama yang mengandung nilai misteri di dalam
penciptaannya. Ruang pribadinya dipenuhi dengan mahakarya lukisan bergambar perempuan
bernilai tinggi tersebut, namun ternyata tidak ada apa-apanya ketika cpesona seorang
perempuan muda, cantik namun kehidupannya penuh misteri mampir di hatinya. Jalan
cerita film terus mencuri perhatian baik di ruang lelang benda antik bernilai
ribuan Euro, sampai penasaran untuk membuka tabir perempuan cantik pemilik
benda-benda antik yang terlanjur menyeret ke dalam romansa kisah cinta yang
belum pernah tersentuh oleh The old man.
Virgill Oldman tiba-tiba ditawari untuk menilai harta benda seni tersisa milik seorang wanita muda Claire Ibbotson (Sylvia Hoeks), gadis cantik tanpa sanak saudara penghuni rumah besar
dengan harta benda seni di dalamnya ternyata mengidap Agoraphobia, penderita yang hanya merasa nyaman berada di kamarnya sendiri
di dalam rumah besar. Perasaan
takut bertemu orang lain menyebabkan
sang kurator Virgil Oldman kesulitan untuk membuat katalog benda seni berharga
yang ada di dalam rumah Claire, namun kendala ini justru berbuah daya pikat
keinginan tahuan yang unik untuk mengungkap misteri sang gadis pemilik benda
seni yang justru menarik perhatiannya. Misteri lambat laun terungkap seiring romansa beraroma pesona yang belum pernah menyentuh seumur hidupnya malah tumbuh subur berseri di taman hatinya.
Ungkapan yang lazim dalam dunia kurator dan penilai mahakarya seni bernilai tinggi terhadap segala daya upaya pemalsuan : Yaitu "Akan selalu ada bukti kelemahan dari setiap pemalsuan" menjadi daya pikat tersendiri menghiasi alur serita di film ini.
Setujukah dengan kalimat dahsyat tersebut? Lepas dari suka atau tidak suka ternyata ada orang dalam cerita film ini yang tidak sependapat dengan ungkapan penuh makna yang merupakan motto dari setiap penilai benda seni.
"Untuk itulah kenapa aku akan merindukanmu" ungkap suatu narasi yang terdengar dari benda seni serupa patung yang disisipi tape recorder. Misteri apakah gerangan di tengah kegalauan akibat hilangnya seluruh lukisan perempuan cantik koleksi pribadinya diikuti lenyapnya Claire. barangkali ulah lelaki yang biasa dimintakan tolong untuk memperbaiki benda seni atau justru Claire sendiri, tetapi nyatanya dibalik kanvas lukisan diri sang gadis yang dihadiahkan kepadanya terdapat pernyataan rasa rindu terhadap peristiwa yang tidak pernah akan dilupakannya.
Cerita film diakhiri dengan pensiunnya Virgill Oldman dari profesi penilai dan kurator benda seni bernilai tinggi diiringi perasaan ikhlas atas kehilangan seluruh koleksi dan seorang perempuan muda nan cantik yang sempat mencuri hatinya.
Film besar biasanya mempunyai penilaian yang besar serta pujian yang luar biasa dari penonton dan para kritikus film seperti yang di sampaikan oleh Wachable Movie dan Great British Film.