Berhubung banyak sekali Adik-Adik lulusan SLTA yang kebetulan mendaftar sebagai peserta pengajuan PMDK ke Politeknik Negeri Bandung yang mencari informasi mengenai kelulusan, maka dengan demikian kami menyertakan Pengumuman resmi dari lembaga tersebut, berikut kami sertakan juga Link nya di sini, semoga bermanfaat. Terimaksih.
Hanya ingin arti hidup diberi warna, berusaha meraup mimpi melalui torehan kata yang kadang aneh tak bermakna.
Kamis, 28 Juni 2012
Selasa, 26 Juni 2012
Aku Jauh Engkau Jauh, Aku Dekat Engkau Dekat
Keberadaan Tuhan hanya dapat dilihat sebagaimana pikiran dan hati memandang dan memikirkanNya dengan kata lain Tuhan hadir sesuai dengan prasangka hambaNya, jika hambanya berprasangka baik kepadaNya maka Allah akan baik pula, jika mempunyai prasangka buruk maka akan buruk pula yang akan ditermianya dan bersiaplah untuk menerima azabNya.
Hadits Nabi “Allah berfirman : “Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku terhadapKu, dan Aku akan bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia menyebut-Ku didalam dirinya, maka Aku kan mengingatnya di dalam diri-Ku. Jika ia menyebut-Ku di tengah-tengah orang banyak, maka aku akan menyebutnya di tengah-tengah orang-orang yang lebih baik dari itu. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku kan datang kepadanya dengan berlari.” (HR.Muslim).
Andaikan segenap manusia dan jin bersatu padu guna ber tha’at kepadaKu, maka hal itu sama sekali tidaklah akan menambah keagungan KerajaanKu, walaupun hanya sebesar “dzarrah”. Andaikan semuanya bersatu padu dalam pelanggaran, perbuatan ma’shiat kepadaKu walau sebesar timbangan atom, sama sekali tidaklah akan mengurangi dari keagungan KerajaanKu. (Hadits Qudsi).
Firman Allah swt Barangsiapa yang berjihad¹, maka sesungguhnya jihad itu untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah SWT benar-benar maha kaya dari sekalian alam. ( Q.S. Al-‘Ankabut : 6)
Tuhan mutlak mengirim Utusan dan petunjukNya demi kecintaan dan kasih sayang kepada makhluknya yang memerlukan penuntun jalan menuju cahaya oleh umatnya sebagai Khalifah dimuka bumi ini.
Allah lebih dekat dari urat nadi yang ada dilehernya sekalipun sehingga segala yang dipikirkan dan tindakannya begitu nyata dapat menilai akan kemaha pengasih dan penyayangNya, segala sesuatu yang dilihat dan diperolehnya berdampak positif bagi diri dan lingkungannya, nikmat yang diberikan kepada diri dan sekelilingnya menjadi nikmat sebagai rahmat dan kasihNya. Sebagaimana yang tertera dalam syair lagu Bimbo².
Kesempurnaan hanya milik Tuhan, disisi lain kesempurnaan merupakan hal yang paling diinginkan dan dicita-citakan secara fitrah oleh manusia, bagi tiap orang berbeda- beda ke inginan yang hendak dicapainya, yang dicita-citakan malah hanya terkesan parsial saja sesuai dengan tujuan masing-masing yang hendak dicapai, jika yang diharapkan menjadi kaya maka dengan segenap kemampuannya akan diarahkan untuk menjadi kaya, bahkan kalau tujuannya hanya karena menjadi kaya semata maka segala tindak dan upaya hanya berorientasi bagaimana untuk dapat menjadi kaya kalau perlu secepat kilat, sim salabim segera tercapai sekelebat ketika dalam hati dan pikirnya terbersit dengan yang dicita-citakannya segera terkabul, maka tidak akan menutup kemungkinan yang dilakukannya akan secara instan pula, tidak peduli diperoleh dengan cara apapun dan dengan jalan bagai manapun, tidak peduli merugikan orang lain, mencederai bahkan menyengsarakan pihak lain, sekalipun nyawa-nyawa makhluk hidup disekitarnya meregang yang penting tujuannya tercapai.
Jika tujuannya hanya ingin mendapatkan dunia saja maka paling banter hanya dunia yang akan diraihnya, tetapi jika tujuannya akhirat maka dunia dan akhirat sekaligus akan digenggamnya, sebagaimana jika segala perbuatannya hanya ditujukan untuk memperoleh keridhoan Tuhan, maka setiap pekerjaan yang dilakukan akan memperoleh laba/upah sesuai yang dikerjakannya dan sekaligus mendapat pahala sebagai bekal di akhirat.
Sangat wajar jika segala sesuatu yang melekat pada tubuh ingin tampak sempurna, padahal Tuhan telah dengan presisi sempurna memberikan segala ke maha pengasih dan penyayangNya, hanya saja terkadang sebagai makhluk kerap kurang pandai bersyukur.
Ketika diri merasa kecil dan hina karena merasa berpendidikan dan berketerampilan rendah, ketika hanya mampu menjadi kuli bangunan saja misalnya, sebagai makhluk sangat wajar jika ingin berubah ke taraf yang lebih baik dengan meningkatkan keterampilan dibidang lain yang membutuhkan proses, tetapi pada saat posisi tersebut tersandang melekat dalam diri maka keterampilan sebagai buruh bangunan selain dijadikan untuk mendapatkan nafkah pribadi dan keluarga alangkah indahnya jika dibarengi dan diniatkan sebagai amal ibadah sesuai kehendak Tuhan serta membuang jauh yang dimurkaiNya demikian juga sebaliknya.
Meyakini saja dalam hati bahwa tidak mungkin semuanya untuk menjadi arsitek sehingga mustahil rancangan bangunan rumah bahkan gedung bertingkat akan berwujud nyata, jika semua ingin menjadi perancang bangunan tanpa melibatkan orang lain bahkan pengusaha pabrik dan penyedia bahan bangunan tentunya wujud bangunan mustahil dapat terbentuk. Jasa buruh untuk mendapatkan penghasilan dari bersusah payah menggali pasir, mengerjakan pembuatan bahan bangunan di pabrik-pabrik dan pekerja toko menjajakan bahan bangunan, mengangkutnya melalui jasa profesi transportasi, mengaduk campuran bahan bangunan, menggunakan jasa memasang dan mendirikan bangunan, memasang instalasi listrik, telepon, saluran air dsb, pendeknya setiap profesi nyatanya perlu disadari sebagai bagian dari amanah yang dibebankan kepada manusia sebagai makhluknya untuk mengarungi hidup. Sebagai makhluk sempurna yang telah diciptakanNya tentunya disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki oleh orang tersebut bahkan tanpa disadari justru diperlukan oleh orang lain, jika saja menyadari akan hal tersebut maka Sujud syukur sangat pantas hanya tercurah kepadaNya saja, tidak kepada makhluk lain.
Menurut tokoh sufi, Ibn Sina (Avicenna), ada tiga tingkatan di dalam kehidupan kontemplatif menuju Tuhan :
1. Kehendak (sebagai tingkat pertama) yang secara pasti “berjalan”, melatih jiwa melalui keyakinannya mengarah menuju Tuhan, menundukkan jiwa duniawinya sehingga mendapat kesenangan ketika Tuhan demikian sangat dekat dengannya.
2. Melatih diri sendiri (sebagai tingkat ke dua) untuk meninggalkan tiga hal :
- Menanggalkan segala sesuatu pilihan kecuali Tuhan
- Menundukan jiwa duniawinya kepada jiwa rasional, sehingga imaginasi dan olah pikirnya hanya tertarik dan berkonsentrasi kepada hal-hal yang tinggi lagi suci.
- kesadarannya menaruh perhatian kepada kewajiban, peringatan dan laranganNya.
3. Tingkat ke tiga Membebaskan Jiwanya dari nafsu duniawi, olah pikir dan tindak hanya memenuhi kepada hal yang baik saja, hanya memberikan cinta batiniah kepada yang hanya diperintah oleh Kekasih (Tuhan).
4. Tingkat ke empat, sufi melihat Tuhan dalam segala benda
5. Tingkat ke lima, Ia menjadi terbiasa dengan kehadiran Tuhan sebagai cahaya penerang, ia memperoleh pengetahuan langsung dan terus menerus dalam kebersamaan dengan Tuhan.
6. Sebagai puncak dari kontemplasi ketika sampai ke tingat ini berarti ia telah mencapai persatuan yang sempurna dengan Tuhan.(Menurut saya pribadi pada tingkat ke enam ini, bukan berarti mewujudnya Tuhan dalam diri, tetapi segala olah pikir serta tindaknya benar-benar telah adanya campur tangan Tuhan)
Note :
1. Berjihad : bersungguh-sungguh dalam kebaikan guna mencari ridha Allah swt.
2. Syair lagu Bimbo : Aku dekat, Engkau dekat/ Aku jauh, Engkau jauh/ hati adalah cermin/tempat pahala dan dosa berpadu.
Minggu, 17 Juni 2012
Komtemplasi
Pada Tahun 2012 ini, sejak tahun baru yang telah berlalu detik demi detik, menit, jam, hari, bahkan bulan demi bulan telah berlari meninggalkanku, tanpa terasa selama waktu yang hilang dan tidak mungkin kembali tersebut sudah dilaksanakan segala hal yang telah kulakukan dengan tuntas.
168 hari telah berlalu, 3010 jam telah ku jambangi, 180.600 menit telah kucapai atau 10.836.000 detik telah ku jangkau, disana tercatat ribuan kata, ratusan kalimat yang telah terlontar baik terucap maupun tertulis dan sudah tak terhitung perbuatan yang telah kulakukan.
Waktu yang telah kugunakan tersebut baik siang maupun malam tentunya telah menyibukkan para malaikat untuk mencatatnya secara bergantian dan kini semuanya telah tuntas terangkat keatas.
Dalam lembar-lembar catatanku, ter rekam sudah semua perkataan dan perbuatanku dan bumi yang kita pijak ini karena gaya gravitasinya yang masih setia mendekatkanku untuk melangkah, menjadi saksi atas segala yang telah dipijak selama itu. Langit menjadi saksi atas segala yang tercatat dan semua yang naik kepadaNya. Sedangkan matahari dan bulan juga sudah menjadi saksi dengan apa saja yang keduanya sudah disaksikan pada diriku melalui siang dan malamnya. Siapakan saksi yang maha menyaksikan. Cukuplah Allah sebagai saksi ! (1)
(1) Qur’an : S: Al-Fath :28.
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi
Rejekiku,
Senyatanya berupa Makanan dan minuman yang telah telah kunikmati, kini telah hilang digunakan untuk ber pikir, berjalan, bergerak, berkerja dan perbuatan lain yang menyita energi, sumbernya tentunya berasal dari makanan dan minuman tersebut, juga sebahagian nya terbuang ke kloset, berlalu, berjalan entah sampai dimana kini atau malah menumpuk di septic tank, menjadi bio gas, menjadi bahan cair dan bahan padat lain yang mudah terurai, entahlah, yang jelas semuanya telah menghilang dari sisiku.
Pakaian yang pada mulanya dibanggakan setidaknya oleh diriku, yang telah dikenakan sehari-hari maupun sewaktu-waktu ketika pada saat penting, ketika menghadap Mu atau ketika dikenakan dengan mematut-matutkan diri di depan cermin menjelang menghormat tamu atau mengunjungi sesama, ternyata lambat laun usang juga, tercampak, kemungkinan menjadi kain pel, serbet atau malah terbuang percuma, bahkan jika ada yang bersedia menerima, barangkali sudah disumbangkan serupa pakaian bekas.
Hanya satu yang menjadi catatan yang berguna terutama bagi diriku sendiri maupun sesama yaitu hanya Rejeki dari Mu yang telah disedekahkan. Itu yang tertulis dan akan kekal dihadapan Allah swt berupa pahala.
Sedang yang berusaha kutimbun demi berharap untuk kebaikanku dimasa yang akan datang, yang demikian itu ternyata hanya bersiap untuk menerima murka Nya saja.
Kemudian aku bertanya pada diriku sendiri, dimanakah kedudukanku disisi Allah swt ?
Kurenungi berdasar evaluasi diri, kutanyakan kepada yang mengetahui ternyata semua jawabanya kutemukan : dari hadits Qudsi
Hai Anak Adam ! Bahwasanya kedudukanmu di sisi Ku Cuma tiga faktor :
a. Satu untuk Ku
b. Satu untuk mu
c. Yang satunya lagi antara Aku dengan dirimu
Adapun yang untuk Ku adalah ”Ruh”mu
Dan yang untukmu adalah amal perbuatanmu,
Sedang yang antara Aku dengan mu ialah jika darimu “Do’a”,
maka Aku : Mengabulkan do’a mu
Oleh sebab itu ya Robb, ampunilah segala perkataanku, ucapan, kata-kata dan kalimat yang telah kutulis maupun segala perbuatanku yang berlumur dosa. Ampunilah semua dosa yang telah kulakukan selama kurun waktu yang telah berlalu di tahun 2012 ini maupun pada waktu-waktu sebelumnya.
Ya Allah kabulkanlah Do’a hambaMu ini. Amin.
Cianjur, 16 Juni 2012, Jam 02.00
Kamis, 07 Juni 2012
Album Original Photography Macro Adiabebah
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
adiabebah photo |
Rabu, 06 Juni 2012
Syukur dan Sabar Ternyata Merupakan Perpaduan yang Romantis
Pernahkan mengamati sepasang keluarga bahagia disekitarmu, setidaknya dilihat melalui pengamatan kaca mata pribadi sebagai seorang sahabatnya, teman dekatnya atau orang-orang memang mengenalnya terhadap kondisi pasangan tersebut. Mengenai hal ini justru ramai dibicarakan dalam pertemuan terbatas diantara aku dan beberapa temanku menjelang Jum’atan, tidak disangka pertemuan tersebut terjebak dalam obrolan santai sekedar berkelakar saat bercanda bareng, rileks sambil minum kopi nikmat dan sepiring kecil camilan penggugah selera, obrolan mengalir kesana-kemari sampai ke bahan bahasan mengenai kebahagiaan pasangan suami isteri.
Sebelumnya disepakati bahwa pasangan suami isteri yang bahagia adalah pasangan yang dikaruniai kenikmatan tiada tara yaitu Keluarga yang Sakinah Mawadah Warrokhmah, dapat terlihat dari ekspresi kedua pasangan suami isteri yang terlihat cerah, berbinar dan tidak melupakan senyum selalu terulas dibibir keduanya namun tanpa melepas akan beramal ibadah sesuai syariat bahkan tidak menutup kemungkinan suatu saat dapat memperlihatkan ekspresi luapan kegembiraan yang tidak dapat disembunyikan yaitu linangan air mata sampai menangis tersedu tanda kebahagiaan yang tiada tara.
Tidak terasa mengalir saja, obrolan masuk kedalam figur pasangan yang berbahagia tersebut, ketika suatu hari suaminya berada di kantor terlihat di ruangan aula ada acara pertemuan isteri-isteri pegawai, entah ada halangan apa justru ibu dari anaknya ternyata tidak terlihat dalam pertemuan rutin yang banyak dihadiri oleh hampir seluruh isteri-isteri pegawai dan karyawati di kantornya, “barangkali lupa” pikirnya tanpa memperpanjang masalah, namun ada sesuatu paling mendasar yang ingin disampaikan dan patut dikemukakan menyangkut pertemuan rutin tersebut di rumahnya.
Ada perasaan yang tidak dapat terbendung ketika sesampainya di rumah yang asri, di dalam rumah yang tertata rapi sang suami langsung mencari isterinya, nampak ia sedang menunggu kedatangannya dimeja makan dengan senyum semringah terulas dibibirnya yang mungil, dengan nada tersendat dan linangan air mata sang suami menceritakan kegiatan yang barusan dilihat di kantornya, bukan karena ketidak hadirannya yang membuat air matanya meleleh, atau menanyakan kenapa Mamah tidak bisa hadir dalam moment penting photo bersama isteri-isteri pegawai serta seluruh karyawati di perusahaan dimana suaminya bekerja, tetapi justeru beliau terharu sambil berucap Syukur karena baru pertama kali menyadari bahwa isterinya ternyata paling cantik.
Mendengar reaksi spontan dari sang suami yang tiba-tiba saja sesampainya di rumah ujug-ujug memeluk sambil berlinang air mata, keadaan tersebut membuat sang isteri juga menjadi larut, turut terharu betapa suaminya baru menyadari bahwa dirinya memang seorang perempuan yang paling cantik padahal ia sudah cukup lamabersabar mendampingi suaminya yang kondisinya dibawah rata-rata pria pada umumnya, peluk mesra kedua pasangan tersebut menyiratkan sisi romantic kebahagiaan rumah tangga.
Syukur dan Sabar ternyata merupakan perpaduan yang teramat indah dalam mahligai keluarga Sakinah Mawadah Warokhmah.
Resep pasangan berbahagia ternyata hanya pandai bersyukur dan pandai bersabar.
“Dua hal yang akan menghampiri orang-orang yang mengharapkan kebahagiaan yaitu harus Pandai bersyukur dan pandai bersabar “ ujar temanku serius di sela-sela seruput kopi hangat dan mengunyah camilan nikmat, dalam jeda ucapannya matanya menatap hangat tertuju kepadaku menunggu reaksi spontan yang akan terlontar dari bibirku.
“Lantas kenapa dengan dua hal tersebut” ujarku penasaran.
“Jawabanya ringan” pesannya sambil lalu ngeloyor menuju kasir membayar semua yang terhidang di meja ketika bersama-sama ngobrol bareng, “ kalau penasaran tanyakan saja pada paman goggle, disana banyak ulasan yang membahas ke dua hal tersebut di atas secara terperinci”.
Jikalau males untuk buka-buka Google, dibawah ini dicantumkan secara ringkas berdasar daya tangkap saya mengambil makna dari syukur dan Sabar :
Bersyukur tidak hanya sebatas kata-kata yang selalu diucapkan ketika mendapatkan kelapangan, Bersyukur esensinya jauh dari pada itu karena ada keterlibatan rasa terimakasih dan penghargaan yang mendalam terhadap pemberian Allah SWT kepada umatnya, walau apapun bentuk dan rupa pemberian tersebut.
Seperti biasanya kadang tanpa terperhatikan bahwa karunia dan nikmat Allah itu bertebaran di sekeliling kita, jangankan akan jaminan Allah yang akan memberikan rezeki ketika kita dengan sungguh-sungguh mencarinya, bahkan udara (oksigen) yang kita hirup pun demikian berlimpah tersedia disekeliling kita dengan gratis, seandainya ada waktu untuk tengok kondisi pasien di Rumah Sakit yang demikian susah payah sehingga pernapasannya tersenggal dan harus dibantu dengan tabung oksigen yang dibeli dengan harga yang relative mahal untuk ukuran orang yang hidupnya sederhana, jika selama sebulan saja pernapasan bergantung kepada tabung oksigen coba di kalkulasi nilainya tak terasa sudah demikian besar apalagi untuk keperluan selama hidup. Belum lagi ke masalah kesehatan lain yang telah diberikan Allah SWT kepada umatnya, jika dihitung per item saja agar fungsi tubuh ini dapat hidup berjalan normal, sudah tidak akan mampu menilai tentang ke Maha Pengasih dan Penyayangnya. Jadi Nikmat apa lagi yang kau ingkari. Bersyukur merupakan hal yang wajib bagi umat sebagai alat untuk pembuka pintu rezeki dan nikmat yang akan lebih berlimpah lagi sebagaimana dalam firmanNya :
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)
Sabar adalah: Menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengah dari iman. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan dengan jelas tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana dalam hadits-haditsnya.
Seorang Mukmin jika mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.
Dalam sebuah firman Allah SWT mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
Langganan:
Postingan (Atom)