Pernahkan mengamati sepasang keluarga bahagia disekitarmu, setidaknya dilihat melalui pengamatan kaca mata pribadi sebagai seorang sahabatnya, teman dekatnya atau orang-orang memang mengenalnya terhadap kondisi pasangan tersebut. Mengenai hal ini justru ramai dibicarakan dalam pertemuan terbatas diantara aku dan beberapa temanku menjelang Jum’atan, tidak disangka pertemuan tersebut terjebak dalam obrolan santai sekedar berkelakar saat bercanda bareng, rileks sambil minum kopi nikmat dan sepiring kecil camilan penggugah selera, obrolan mengalir kesana-kemari sampai ke bahan bahasan mengenai kebahagiaan pasangan suami isteri.
Sebelumnya disepakati bahwa pasangan suami isteri yang bahagia adalah pasangan yang dikaruniai kenikmatan tiada tara yaitu Keluarga yang Sakinah Mawadah Warrokhmah, dapat terlihat dari ekspresi kedua pasangan suami isteri yang terlihat cerah, berbinar dan tidak melupakan senyum selalu terulas dibibir keduanya namun tanpa melepas akan beramal ibadah sesuai syariat bahkan tidak menutup kemungkinan suatu saat dapat memperlihatkan ekspresi luapan kegembiraan yang tidak dapat disembunyikan yaitu linangan air mata sampai menangis tersedu tanda kebahagiaan yang tiada tara.
Tidak terasa mengalir saja, obrolan masuk kedalam figur pasangan yang berbahagia tersebut, ketika suatu hari suaminya berada di kantor terlihat di ruangan aula ada acara pertemuan isteri-isteri pegawai, entah ada halangan apa justru ibu dari anaknya ternyata tidak terlihat dalam pertemuan rutin yang banyak dihadiri oleh hampir seluruh isteri-isteri pegawai dan karyawati di kantornya, “barangkali lupa” pikirnya tanpa memperpanjang masalah, namun ada sesuatu paling mendasar yang ingin disampaikan dan patut dikemukakan menyangkut pertemuan rutin tersebut di rumahnya.
Ada perasaan yang tidak dapat terbendung ketika sesampainya di rumah yang asri, di dalam rumah yang tertata rapi sang suami langsung mencari isterinya, nampak ia sedang menunggu kedatangannya dimeja makan dengan senyum semringah terulas dibibirnya yang mungil, dengan nada tersendat dan linangan air mata sang suami menceritakan kegiatan yang barusan dilihat di kantornya, bukan karena ketidak hadirannya yang membuat air matanya meleleh, atau menanyakan kenapa Mamah tidak bisa hadir dalam moment penting photo bersama isteri-isteri pegawai serta seluruh karyawati di perusahaan dimana suaminya bekerja, tetapi justeru beliau terharu sambil berucap Syukur karena baru pertama kali menyadari bahwa isterinya ternyata paling cantik.
Mendengar reaksi spontan dari sang suami yang tiba-tiba saja sesampainya di rumah ujug-ujug memeluk sambil berlinang air mata, keadaan tersebut membuat sang isteri juga menjadi larut, turut terharu betapa suaminya baru menyadari bahwa dirinya memang seorang perempuan yang paling cantik padahal ia sudah cukup lamabersabar mendampingi suaminya yang kondisinya dibawah rata-rata pria pada umumnya, peluk mesra kedua pasangan tersebut menyiratkan sisi romantic kebahagiaan rumah tangga.
Syukur dan Sabar ternyata merupakan perpaduan yang teramat indah dalam mahligai keluarga Sakinah Mawadah Warokhmah.
Resep pasangan berbahagia ternyata hanya pandai bersyukur dan pandai bersabar.
“Dua hal yang akan menghampiri orang-orang yang mengharapkan kebahagiaan yaitu harus Pandai bersyukur dan pandai bersabar “ ujar temanku serius di sela-sela seruput kopi hangat dan mengunyah camilan nikmat, dalam jeda ucapannya matanya menatap hangat tertuju kepadaku menunggu reaksi spontan yang akan terlontar dari bibirku.
“Lantas kenapa dengan dua hal tersebut” ujarku penasaran.
“Jawabanya ringan” pesannya sambil lalu ngeloyor menuju kasir membayar semua yang terhidang di meja ketika bersama-sama ngobrol bareng, “ kalau penasaran tanyakan saja pada paman goggle, disana banyak ulasan yang membahas ke dua hal tersebut di atas secara terperinci”.
Jikalau males untuk buka-buka Google, dibawah ini dicantumkan secara ringkas berdasar daya tangkap saya mengambil makna dari syukur dan Sabar :
Bersyukur tidak hanya sebatas kata-kata yang selalu diucapkan ketika mendapatkan kelapangan, Bersyukur esensinya jauh dari pada itu karena ada keterlibatan rasa terimakasih dan penghargaan yang mendalam terhadap pemberian Allah SWT kepada umatnya, walau apapun bentuk dan rupa pemberian tersebut.
Seperti biasanya kadang tanpa terperhatikan bahwa karunia dan nikmat Allah itu bertebaran di sekeliling kita, jangankan akan jaminan Allah yang akan memberikan rezeki ketika kita dengan sungguh-sungguh mencarinya, bahkan udara (oksigen) yang kita hirup pun demikian berlimpah tersedia disekeliling kita dengan gratis, seandainya ada waktu untuk tengok kondisi pasien di Rumah Sakit yang demikian susah payah sehingga pernapasannya tersenggal dan harus dibantu dengan tabung oksigen yang dibeli dengan harga yang relative mahal untuk ukuran orang yang hidupnya sederhana, jika selama sebulan saja pernapasan bergantung kepada tabung oksigen coba di kalkulasi nilainya tak terasa sudah demikian besar apalagi untuk keperluan selama hidup. Belum lagi ke masalah kesehatan lain yang telah diberikan Allah SWT kepada umatnya, jika dihitung per item saja agar fungsi tubuh ini dapat hidup berjalan normal, sudah tidak akan mampu menilai tentang ke Maha Pengasih dan Penyayangnya. Jadi Nikmat apa lagi yang kau ingkari. Bersyukur merupakan hal yang wajib bagi umat sebagai alat untuk pembuka pintu rezeki dan nikmat yang akan lebih berlimpah lagi sebagaimana dalam firmanNya :
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)
Sabar adalah: Menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengah dari iman. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan dengan jelas tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana dalam hadits-haditsnya.
Seorang Mukmin jika mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.
Dalam sebuah firman Allah SWT mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda