Lontaran kata, hujaman rasa melantun jenuh
seiring irama dengus napas dan tatap nyala berkobar dibola matamu yang sembab
lembab membasah, aku hanya bisa memposisikan diri untuk duduk
bersahaja, hanya menangkap rasa tanpa sejengkalpun berniat untuk berjingkat
berkelebat, kuusahakan tidak hendak menangkap jilatan api matanya,
kuhindari disaat ini, saat api itu melekat erat di garangmu dan kau
tergerus rasa hingga melelehkankan kekesalan.
"Kenapa tidak memberi semampu kau dapat
curahkan", kucoba bertanya menyentuh langsung sisa jilatannya yang
kini sudah semakin mengerdil, "Sampai saat inipun bapakmu masih
sedang belajar memberi, memberi itu berada diatas, memohon selalu
memposisikan diri dibawah, berusaha memberi itu berkeinginan untuk
menjadi kaya, kaya harta, kaya jiwa dan kenapa tidak menjadi kaya
hati. Memberi itu tidak selamanya materi", kulirik sejenak kau sudah
terduduk menunduk, kuambil kesempatan ini. "memberi itu bisa
nasihat juga senyum ataupun do’a sekalipun serta sikap
keluasan hati untuk ikhlas mendulang amal, memberi itu belajar menjadi
kaya sekaligus menjadi kuat ketika segala keikhlasan amal hanya bersandar
kepada Nya. Maksudku, jika ada yang memberi kenapa tidak
kau terima selama tidak ada sesuatu dibaliknya, sebagai mana juga nama
Nya, sebagai Pemberi Nikmat, kenapa tidak kau ambil berkahnya".
"Meminta dan memohon kemurahan
sesama itu sumpek, miskin dan selalu tampak tidak berdaya walaupun nyatanya
kita memang tidak berkecukupan", tampak kau mulai bisa
merapatkan kelopak matamu menjelang pulas dikursimu yang
akhir-akhir ini jarang menghampiri sampai selarut malam memanggil-manggil
nyenyakmu.
"Pergilah tidur sehat ditempat istirahatmu
hingga esok subuh, ketika seberkas sinar mulai tampak diupuk timur,
setelah wajahmu tersiram air sejuk dan hanya kepadaNya kau merunduk bersujud
memohon, kau kembali menjadi bugar, tenang dan jernih hatimu akan
memancar kuat diaura mu, suatu saat nanti jikapun kau hanya
disebut sebagai mantan dan nyatanya kau mungkin telah sibuk dengan ladang
amal baru dipelukanmu, kau akan dikenang sebagai embun jernih pelepas
dahaga bukan sebagai sosok pengobar amarah membahana.