Heran sekali dengan Bapakku, ucap Anton ketika ngobrol bareng bersama temannya, seumur-umur yang gua tau, Beliau nggak pernah tuh tersenyum, memang militer sihh….
Barangkali kode etik militer
mengharuskan tidak boleh demikian Ton, Ujar Sumed menimpali, soalnya
pernah gua berpapasan dengan tetangga yang berseragam militer, dia gua
ajak senyum sambil manggut, eh malah dia liatin gua, tanpa ada tarikan
bibir yang berkesan membalas yang gua lakuin, jadinya seperti senyum –
senyum sendirian dehh…
Dia pikir aneh kali Med, senyum loo keliatannya seperti menyeringai, setengah mengejek, …hehehe..ucap Anton tertawa ngekek, senyum loo tidak ikhlas barangkali.
Gua nggak habis pikir ton, tetep, kenapa ya ada orang yang kuat seumur-umur membawa
bibir hanya digunakan untuk makan sama minum doang, sedikit bersedekah
kekk menyunggingkan senyum walau sedikit buat sesama….
Hahaha yang jelas senyum itu
menyesuaikan dengan situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan
jangkauannya sebatas mata memandang….ucap Anton sambil tersenyum, senyum
sehat itu hanya milik orang yang ikhlas koo.Ternyata senyum
bukan hanya sebuah ekspresi ceria yang ditandai dengan lengkungan
dibibir, senyum mempunyai banyak makna dan arti menyiratkan sebuah komunikasi sosial.
Tapi jangan salah Ton, karena
gua dasarnya memang suka senyam-senyum pada setiap orang, banyak sekali
pengalaman suka dan duka dengan sunggingan di bibir gua ini. Malasahnya gua udah bener-bener ikhlas dengan senyuman gua
di tambahin bonusnya dengan tatapan sendu lagi, eeh malah gua kena
bentak, menurut komentar temen gua ketika curhat dengannya, gua dianggap
ngaak punya tenggang rasa, tidak berperasaan, nggak berperikemanusiaan
….caape dehhh, padahal gua nggak neko-neko kooo,gua hanya tersenyum pada seorang
lelaki yang sedang dimarahin isterinya karena lalai menjaga anak
satu-satunya hingga terjadi kecelakaan fatal dan masuk rumah
sakit…setelah gua senyum malah dia berantem, gua yang bengong sambil terus senyum dibentak juga oleh kedua orang tersebut. Terus pengalaman gua selanjutnya….
Stopp…Stoppp, sudah, sudah… Kesimpulannya menurut Penulis Marianne LaFrance, yang diringkas oleh Mukti Effendi dari buku barunya ‘Lip Service’ menulis bahwa setiap senyuman merupakan
sebuah magnet sosial, parameter kepercayaan, sebuah perangkat penebar
kemarahan, alat tawar menawar, hingga alat menjaga ikatan sosial.
Meskipun tersenyum sering menandakan kebahagiaan, ekspresi ini juga menyampaikan berbagai emosi mulai dari menghibur, rasa malu, penipuan hingga menghina.
Studinya menyebut, ada perbedaan cara tersenyum pria dan wanita. Wanita rata-rata lebih banyak tersenyum ketimbang pria. Salah satu alasannya, kata LaFrance, adalah alasan biologis.
Para peneliti menemukan otot senyum utama, yang dikenal sebagai zygomaticus lebih besar dan tebal pada wanita daripada pria. Kedua, area kerja wanita kebanyakan membutuhkan sosialisasi yang lebih banyak dibanding pria. Dan, umumnya wanita lebih cenderung memiliki keinginan bersosialisasi.
“Wanita sering berperan mengatur kegiatan sosial, mengurangi konflik, dan peduli kehidupan emosional orang lain,” tambah LaFrance.
Meskipun senyum biasanya memperlihatkan ekspresi positif ada sisi gelap dalamnya. Seperti tersenyum saat menyembunyikan perasaan atau bersikap sinis. “Senyum merupakan sebuah topeng yang besar,” kata LaFrance.
“Senyum adalah sebuah pendekatan paling mudah saat pendekatan lain tidak bekerja,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda