Rindu itu telah lama beku menjadi
batu menjadi fosil
menjadi hidup tanpa larik, tanpa
musik, tanpa syair untuk bernyanyi
bersidekap diantara deru dan badai
terkesiap setiap lirik memindai
akrabmu adalah badai topan
candamu ombak bergulung tinggi
kemudian ganas menghempas
saat
sebelumnya rindang mampu melindungi terik diteduhnya
kau malah berlari, menjauh
dari dekap dan lambainya
berkelebat yang tidak terduga
sebelumnya
saat semilir itu mengabarkan
tentang sebuah rindu yang lelah
yang menunggu tanpa batas tanpa
syarat
tanpa ada sesuatu pun dapat
menghalangi, tanpa perlu dibayar meski dengan janji
terlihat senja masih
menyimpan teduh
membawamu ke suasana lunglai luruh
derai tawamu pun terbata menyimpan
tangis berlabuh rindu
gerimis tak
tertata luber menghapus dahaga yang lama kemarau
dalam rukuk sujudmu mebasahi
jemari kaki yang telah renta
yang ditelapaknya tersimpan maaf
sedalam, seluas samudra
Suaramu lirih menyebut satu kata
pelebur dosa penghapus nista
IBU…