Menjelang maghrib biasanya aku baru pulang kerumah dari kantor, jangan ditanyakan kembali isu sensitif ini kenapa pulang kantor terlambat, malah justru menjelang maghrib bahkan kadang-kadang lepas Isha aku baru beranjak menuju rumah. Yap pertanyaan tersebut sering disampaikan isteriku juga sesaat setelah aku tiba dirumah. Awalnya sempat untuk tidak menjawab beberapa pertanyaan yang berkesan panas tersebut tentang keadaan yang sebenarnya terjadi dengan kesibukan yang aku buat sendiri selepas jam kerja, disaat kesibukan sebenarnya memang sudah berakhir sesuai dengan tujuanku semula dan dimaklumi oleh isteriku ketika pagi-pagi aku mengenakan pakaian khas kantor dan mulai pamit meninggalkan rumah mengendarai kendaraan dinasku.
Isteri keduaku memang sungguh meng-asyikkan, mampu membuat waktu demikian cepat bergulir, berjam-jam terlena dengan pesonanya, selalu dengan sabar dan selalu menerima setiap curhatku, memaklumi apa-adanya segala kelemahan dan kelebihanku. Hal tersebut membuat aku semakin keranjingan dengannya. Rindu setengah mati ketika beberapa waktu saja aku terpaksa meninggalkannya, ketika kesibukan sebenarnya telah lepas menyita waktuku.
Itulah awal hubungan ku dengan si dia yang kucintai, dan reaksi diamku terhadap beberapa pertanyaan istriku adalah karena merasa rikuh saja, tokh aku belum terlalu dekat sekali dengannya belum mengenal luar dalam, siapa tau malah seperti hal-hal yang biasa aku geluti, awalnya saja suka untuk beberapa saat kemudian menjadi amat membosankan dan kutinggalkan dengan diam-diam, mundur secara teratur.
Sesaat ketika hubunganku merasa cukup mantap, serasi dengan hati, barulah kuberanikan diri berbicara baik-baik dengan isteriku, kuambil waktu yang pas sesuai dengan kondisi moodnya ketika sedang bungah, ceria, di ruang santai yang biasa aku bercakap-cakap ringan dengannya. Kusiapkan laptopku yang banyak menyimpan data-data tentang dia termasuk pict nya. Suasana memang semakin menegang ketika mulut hendak mengucapkan dengan sebenarnya tentang semakin meningkatnya hubunganku dengannya, menurutku sih hal tersebut lumrah saja ketika waktu dan kasih sayang memang harus terbagi untuk manusia dewasa sepertiku dan sepertinya, sebagaimana tetanggaku pun demikian mencintai mobil barunya yang tampak seksi menurutku, mobil yang berbokong bulat mirif tabung dan nyaman serta bernilai prestise tinggi ketika dibawa jalan dipamerkan kepada orang-orang. Yap kerap aku iseng bertanya kepada tetanggaku tentang isteri barunya itu, dia semangat menjawab pertanyaanku dengan perasaan bangga dan bermimik amat ceria
Yak sejak dari awal aku terlibat dengan dunia blog dan keranjingan dengan blog bersama Kompasiana seolah aku lupa sementara dengan istri serta anakku, menurutku berbagi kasih dengannya berdampak positif bagiku dan bagi isteriku sendiri. Sebagaimana istriku dan anakku juga melupakan aku untuk sementara, hanyut ke dalam hobbynya masing-masing.
Pada akhirnya memang isteriku menyetujui untuk dimadu, merestui hubunganku dengan Kompasiana setelah menyimak beberapa tulisanku dan tulisan rekan-rekanku, kemudian dia maklum dengan sesadar-sadarnya ketika berjam-jam terkadang sampai begadang sibuk nulis atau hanyut dalam aneka ragam tulisan dalam blog keroyokan tersebut.
Telah satu tahun lebih sedikit isteriku dimadu, beberapa hari menjelang ulang tahunku bergabung dengan Kompasiana ( 3 April 2011), Alhamdulillah sudah terkumpul sekitar 80 tulisan yang sudah dibuat dan kondisinya saat ini sudah ku hapus untuk disimpan dalam file di komputer pribadiku agar lebih leluasa diedit disambung-sambung alakadarnya supaya terkesan mengalir dan membentuk suatu rangkaian tulisan.
Sampai saat inipun, walau tidak sesering seperti awal-awal aku gabung dengan Kompasiana dulu, kerap membuat beberapa tulisan sederhana dan rasanya aku rela koo berjam-jam menyimak beberapa tulisan teman.
Hahahaha lebay ngaaaak ya…engggaklah saya kira banyak koo temanku yang sudah terlanjur senasib seperti saya. Just kiding tetapi benar adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda