Kakinya masih diletakan
leluasa diatas meja bulat, bundar, ketika Jhoni menghadap kepadanya dalam
kondisi tubuh babak belur, darah masih mengucur di dahi, sebelah matanya
tertutup lebam biru, praktis hanya satu mata saja yang dapat berfungsi untuk memperhatikan
Rahadian yang sedang duduk santai dihadapannya, dua orang anak buahnya memapah Jhoni kehadapannya, sementara Rahadian memicingkan mata, senyum kecut
tersungging dari bawah kumis tipis penghiasi bibirnya.
“Letakan tangan dibelakang” teriak anak buah Rahadian
seraya mendorong Jhoni untuk mendekati sang Boss..
“Setoranmu kurang dua minggu terakhir ini, ada apa denganmu,
kau telah menyia-nyiakan kepercaanku” Ujar Rahadian acuh tak acuh, rokok yang
terselip dibibir dihisapnya kuat-kuat. Rahadian berdiri pelan mendekati Jhoni, menghembuskan
asap yang keluar dari dalam tenggorokan ke wajahnya yang kuyu..
Jhoni hanya mampu
terdiam merasakan kepulan asap mengerubuti wajah yang berdenyut sakit, ia berusaha
untuk memejamkan matanya yang hanya tinggal sebelah, menghentikan sementara
kinerja pernapasan agar asap rokok tidak mengganggu patu-paru dan matanya, namun sia-sia Jhoni
terbatuk untuk kemudian berusaha menengadahkan wajah memperhatikan sang Boss.
“Ada apa denganmu Jhon”
ujar Rahadian, masih bernada datar sambil membalikan badan, mengambil langkah
ke posisi agak menjauh, menjaga jarak antara diri dengan anak buahnya yang
tidak berdaya kemudian berhenti, menengadahkan kepalanya ke langit-langit ruang.
“Gank baru
mengacak-acak wilayahku “ ujar Jhoni terbata-bata.
Mendengar suara Jhoni
terucap singkat, Rahadian cepat sekali membalikan badan “Dan kau hanya menghindar, kau telah
nyata-nyata meremehkan kemampuanku, kau banci tengik, kau telah merendahkan
martabatku didepan anak buah gank bau kencur, dasar ayam sayur brengsek”, ucap
Rahadian membahana, intonasi suaranya meninggi, kepala tengadah ke langit-langit ruang, pupul matanya membesar
seperti ingin menelan bulat-bulat lelaki tak berdaya yang berdiri tertunduk dihadapannya.
“Jawab pertanyaanku,
kenapa kau tidak menghubungi rekanmu, atau aku”.
“Ehm ..ehm..telepon
genggamku… “ belum sempat Jhoni menyelesaikan ucapannya, sebuah dorongan telapak
tangan kuat menghentak wajah, Jhoni terjengkang, tersungkur dilantai
dingin tanpa bergerak sedikitpun, darah segar dari hidungnya merembes membasahi lantai rumah Rahadian yang
mewah.
“Kau urus brengsek
pencuri penghasilanku ini, masukan ke Rumah sakit, sekalian berikan penghasilan bulan ini kepada keluarganya” pemerintahnya
singkat kuat, anak buahnya menggangguk takjim, tidak menyangka kejadiannya begitu cepat bagai
kilat.
===o0o===
Pesta itu demikian
meriah, suara tawa berbaur alunan musik mendayu-dayu mengantarkan pelantai
dansa asyik masyuk dalam dekapan pasangannya masing-masing, gelas- gelas berisi minuman bertaburan
dimana-mana, ruang pesta temaram hanya sinar kerlap-kerlip yang menuntun Rahadian
berjalan mantap menyeruak diantara keramaian pesta, memhampiri satu-satunya
orang yang dituju.
“Kau telah merusak
ruang pestaku dan aku kesini untuk mengobrak-abrik kecerianmu”, suara Rahadian
berbisik pelan dekat ditelinga seorang
lelaki yang sedang duduk asyik bercengkerama
dengan beberapa perempuan cantik.
Tubuh lelaki tersebut
masih dalam posisi semula seolah
mengacuhkan tamunya yang sudah berani lancang mengancam kewibawaanya, moncong
senjata colt yang dingin menempel di pelipisnya.
Kejadian tersebut serentak
memancing keributan anak buah lelaki
tersebut, terkesima sesaat kemudian mencabut pistol masing-masing, bergerak
mengepung Rahadian yang dingin membeku, wajah Rahadian tidak bergeming, tidak menampakan
rasa gentar sedikitpun fokus ke obyek bidikannya.
Tanpa ada perintah
sedikitpun, seolah keluar dari kegelapan, segerombolan anak buah Rahadian memasuki ke ruang pesta, menodongkan pistol-pistolnya
di kepala anak buah sang lelaki.
Kepala lelaki tersebut bergerak perlahan, matanya menyelusuri
wajah sang penggenggam senjata yang setiap waktu dapat membuyarkan isi
kepala.
Lelaki dengan wajah sedingin es menatap
tajam, Rahadian masih dalam posisi siap
siaga, sinar matanya beradu satu sama lainya, tidak bergeming sedikitpun selama beberapa saat, terdiam seolah saling menjajagi kekuatan masing-masing.
“Aaaah kau Romi rupanya”,
kapan keluar dari penjara, keduanya saling berpelukan.
“Koo tanpa
menghubungi aku, pesta ini memang layak untuk kita rayakan bersama hahahaha”
Cut…cut…cut…cukup sudah
adegan hari ini, besok dilanjut lagi ujar seorang perempuan seksi yang sedari
tadi berada duduk didekat kamera sambil bertepuk tangan meriah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda