Cinta memang unik, cinta datang mengikuti getaran
hati setelah melalui suatu proses pandangan mata kemudian otak menilai
dan hati menimbulkan rasa yang aneh tetapi benar-benar ada, getaran nya
sering menimbulkan kerinduan ketika beberapa waktu saja tidak bersua,
perasaan ingin selalu hadir bersamanya, larut menikmati keindahan dan
merasakan dentam debaran jantung membuat raut wajah sekaligus senyum ter
ulas berbunga-bunga, jujur dan alami, ratio memang kadang terabaikan
ketika hati sudah terlanjur jatuh ke dalam pesona nya.
Dalam hidup menggapai cinta, kadang terabaikan
sesuatu momen untuk saling memberi, meminta lebih menguasai perasaan
dari pada berfikir untuk menyedekahkan sesuatu yang positif bagi
kekasih.
Ketika dengan tiba-tiba saja aku duduk-duduk di
sebuah kafe kecil bersama seorang teman paling akrab, ingin mendambakan
rasa itu bergetar dalam hati, di sebuah kafe kecil setelah selesai
jalan-jalan di tebaran ruang sibuk penuh dengan orang-orang
disekitarnya, aku memilih rehat di suatu tempat yang agak sepi, hanya
ada beberapa orang tua disekeliling muda-mudi yang asyik bercengkrama,
menikmati beberapa panganan ringan dan masing-masing secangkir besar
minuman dingin, kuacuhkan saja teman satu nasibku, yak mereka sama
sepertiku sama-sama dalam kondisi jomblo.
Menikmati camilan ringan dan minuman dingin
sungguh amat menyegarkan tubuh diterik panasnya matahari menjelang sore,
udara yang panas sisa-sisa tengah hari tadi imbasnya masih meninggalkan
gerah membuat badan sedikit berkeringat dan kulit wajahku
agak kemerahan. Kuperhatikan sekitarku, tempat duduk serta meja yang
lain sudah terisi semua, pengunjung lainnya juga bernasib sama
sepertiku, sedikit tercekam cuaca membuat tubuh terasa
tidak nyaman, dua orang remaja sedikit dibawah umurku sedang asik
bercengkrama entah sedang membicarakan apa, masing-masing secangkir
minuman dingin nampaknya mampu
menetralisir ketidak nyamanan tubuhnya, mimiknya
kadang tersenyum memperhatikan lawan bicaranya, kemudian dengan
tiba-tiba saja tertawa cekikikan dan aku serasa semakin kesepian saja
diantara pasangan pasangan sibuk dengan keceriaannya masing-masing.
Kunikmati saja apa yang ada dihadapannku,
tiba-tiba saja seorang pemuda bertampang dan berfostur sesuai dengan
anganku, lewat persis didepanku berlenggang bak peragawan, berperawakan
khas, ramping dan tinggi menghampiri seorang ibu yang berada tepat
sedikit berada dihadapanku, kemudian duduk menyamping melapangkan ruang
pandangku untuk sekedar menikmati gerak-geriknya. Proses pesonaku
berlangsung mengalir, kunikmati saja moment penting ini.
==o0o==
Kini perjaka tersebut hampir setiap hari selalu
bersamaku baik ketika berangkat sekolah maupun mengantarnya pulang
ketika tanda bel telah berdentam, dia memang satu SMA denganku dan satu
tingkatan pula semenjak enam bulan yang lalu dia terdaftar di satu
sekolah yang sama denganku.
“Hubungan kita Off dulu ya Leony,tulisnya dalam
wall Fb, pikiranku lagi tersumbat dan aku tidak tau apa yang harus
kulakukan agar kebersamaan kita tidak mengalami suatu yang justru
mendatangkan hal yang tidak diinginkan bersama”, begitulah status
facebooknya yang tertera di dinding account pribadiku, aku bener-bener
buntu apa yang kau inginkan, sambil merenung penuh tanda tanya.
“ kau tidak menyadari ya, bahwa tulisan yang
terpublish di fb akan tersebar kemana-mana akan termonitor juga oleh
rekan-rekan kita satu sekolah” ujarku dalam tulisan chat.
“aku sudah memperhitungkannya, sudah
dipikirkan dengan matang dan saya kira tulisan yang terpublish tersebut
benar-benar hasil dari olahan rasaku yang sudah direnungkan dengan
matang”, Fadly membalas pertanyaanku “. Aku benar-benar tidak tau apa
yang kau pikirkan tentang hubungan kita selama ini sehingga dengan
tiba-tiba saja tulisan tersebut muncul dan membuat galau perasaanku.
Hubungan aku dan Fadly menjadi semakin renggang
akhir-akhir ini, setidaknya sudah beberapa hari tidak saling terkoneksi
satu sama lain dan keadaan tersebut memposisikan diriku semakin terpuruk
saja, menggantung dengan keputusan sepihak, padahal informasi tersebut
sudah tersebar kemana-mana mungkin sudah menjadi bahan gosip
rekan-rekanku dan sampai saat inipun aku tidak habis pikir dengan jalan
pikirannya.
“Jika kau berkehendak untuk mengakhiri hubungan
kita kenapa dengan cara yang tidak elegant demikian, kenapa tidak
membicarakannya baik-baik” pikirku dalam hati yang semakin tidak pernah
kumengerti ada peristiwa apa yang menimpa otaknya. Sebetulnya pernyataan
Fadly tersebut sudah diperkirakan sebelumnya, bahwa berakhirnya
hubungan kita berdua cepat atau lambat pasti akan terjadi, aku teramat
mengetahui karakter Fadli yang sangat patuh dan hormat kepada Ibunya,
Ayahnya sudah beberapa tahun meninggal, sehingga Fadly sebagai seorang
anak laki-laki tertua dikeluarga tersebut dirasakannya mempunyai peranan
penting menurutku.
Kuperhatikan reaksinya ketika suatu saat aku ingin
sekali berkunjung kerumahnya, masih tersimpan beberapa pertanyaan yang
belum terjawab dari mulut Fadly ketika itu, perasaan risih yang pernah
dialami sebelumnya seolah menguatkan ketika Fadly sepertinya enggan
mengajak aku untuk dikenalkan kepada anggota keluarganya.
==o0o==
Aku sudah berusaha mengenakan pakaian yang tidak
mengganggu penglihatan orang tuanya dengan memakai baju paling sopan
ketika suatu waktu yang paling dinantikan terucap dari mulutnya
menyebabkan aku sanggup berlama-lama didepan cermin mematut diri, Fadly
berkesempatan mengajaku untuk bertandang kerumahnya.
Sekalipun merupakan pertemuan yang pertama dengan
Ibunya Fadly, kesan silaturakhmi perdana tersebut meninggalkan suasana
hambar dihati, tidak ada keramahan dan respon yang menyenangkan walaupun
aku berusaha semampunya untuk menarik perhatiannya, entah parameter apa
yang dipakai ketika beliau menilai seseorang terutama teman perempuan
anaknya untuk menentukan layak atau tidak layak sebagai kekasihnya.
Bersambung...
10-10-2011
Alibukbrax.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda