Lontaran kata, hujaman rasa melantun jenuh seiring irama dengus napas dan tatap nyala berkobar dibola matamu yang sembab lembab membasah
aku hanya bisa memposisikan diri untuk duduk bersahaja, hanya menangkap rasa tanpa sejengkalpun berniat untuk berjingkat berkelebat
kuusahankan tidak hendak menangkap jilatan api matanya, kuhindari disaat ini, saat api itu melekat erat di garangmu dan kau tergerus rasa hingga melelehkankan kekesalan
kenapa tidak memberi semampu kau dapat curahkan, kucoba bertanya menyentuh langsung sisa jilatannya yang kini sudah semakin mengerdil
sampai saat inipun bapakmu masih sedang belajar memberi, memberi itu berada diatas, memohon selalu memposisikan diri dibawah
berusaha Memberi itu berkeinginan untuk menjadi kaya, kaya harta, kaya jiwa dan kenapa tidak, menjadi kaya hati
memberi itu tidak selamanya materi, kulirik sejenak kau sudah terduduk menunduk dan kuambil kesempatan ini untuk meyiram baranya hingga lenyap, senyap dan dingin melingkupi hatimu
memberi itu bisa nasihat juga senyum ataupun do’a sekalipun, serta sikap keluasan hati untuk ikhlas mendulang amal
memberi itu belajar menjadi kaya sekaligus menjadi kuat ketika segala keikhlasan amal hanya bersandar kepada Nya
maksudku, jika ada yang memberi kenapa tidak kau terima selama tidak ada sesuatu dibaliknya, sebagai mana juga nama Nya, sebagai Pemberi Nikmat, kenapa tidak kau ambil berkahnya
meminta dan memohon kemurahan sesama itu sumpek, miskin dan selalu tampak tidak berdaya walaupun nyatanya kita memang tidak berkecukupan
tampak kau mulai bisa merapatkan kelopak matamu menjelang pulas dikursimu yang akhir-akhir ini jarang menghampiri sampai selarut malam memanggil-manggil nyenyakmu
pergilah tidur sehat ditempat istirahatmu hingga esok subuh, ketika seberkas sinar mulai tampak diupuk timur, setelah wajahmu tersiram air sejuk dan hanya kepadaNya kau merunduk bersujud memohon, kau kembali menjadi bugar, tenang dan jernih hatimu akan memancar kuat diaura mu
Dan suatu saat nanti jikapun kau hanya disebut sebagai mantan, dan nyatanya kau mungkin telah sibuk dengan ladang amal baru dipelukanmu, kau akan dikenang sebagai embun jernih pelepas dahaga bukan sebagai sosok pengobar amarah membahana.
Alibukbrax
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda