Gambar di ambil dari Google image
Matahari sudah semakin panas bersinar diatas ubun-ubun, seolah garangnya
sudah sedemikian mendekat kepermukaan bumi, terpanggang dalam bara
konsumerisme, panasnya membuat tingkah dan laku menjadi hilang pedoman,
berteriak, mengganas, mengumpulkan dunia yang dirasa terus semakin
berkurang saja, menapikan segala hal yang halal dan mengejar ketakutan akan kehilangan
sesuatu yang haram. Aku terjebak kemurtadan dalam penyembahan akan
Tuhanku, membiaskan antara tuntunan dengan rujukan.
Tidak pernah menghakimi atas keterpurukan dengan mengkambing hitamkan sesuatu diluar diri, cenderung memaklumi akan tapak hasil perjalanan yang kutempuh sebagai refleksi dari kebodohanku.
Barangkali
terperangkap oleh dalil hukum ekonomi pasar: “Dengan modal
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya”
inilah yang disinyalir sebagai cikal bakal dan akar dari jalan pintas
untuk sukses dengan cara mudah, lumrah marak dilakukan di suatu negeri
antah berantah.
Cenderung
mengambil jalan pintas untuk sukses meraih materi dan kedudukan tanpa
mengharap usaha di balut tetesan keringat, memiskinkan ide-ide dan
rencana kedepan sehingga kinerja menjadi tumpul.
Alam terlalu berbelas kasihan dengan karunianya bahkan dukungan sekitarku memberikan kemudahan meluluskan setiap keinginanku.
Ingin makan tinggal disuapi
Ingin jalan-jalan tinggal digelindingkan bahkan dipangku agar dapat melihat-lihat gebyar dunia yang semakin gemerlap.
Ingin ini-itu tinggal bilang saja dan uluran tangan-tangan tanpa kasih akan membopong ketingkat ketidak berdayaan
Bahkan sampai sejauh ini pun untuk menyandang tas pribadi serta membuka pintu saja, tak mampu.
Idealnya
mengejar suatu tujuan yang dicita-citakan, berusaha meraih mimpi itu,
adalah dengan menggerakkan seluruh potensi diri dan lingkungan untuk
mendapatkan keuntungan bagi diri dan lingkungan dengan sebaik-baiknya,
berbuat banyak untuk menghasilkan sebanyak-banyaknya kemaslahatan.
Kenapa
harus merencanakan usaha dengan mencari jalan pintas, jalan mudah
tetapi diluar batas-batas koridor tuntunan, kenapa harus banyak
merencanakan usaha yang tidak baik. padahal merencanakan usaha untuk
mencapai tujuan dengan cara yang baik saja pun sering berhadapan dengan
kesalahan dan pelanggaran.
Sejatinya
setiap individu ditakdirkan untuk bergerak, seperti awal kejadiannya,
dinamis, hijrah dari pasif ke wilayah aktif. Awal kejadiannya adalah
dari bertuk lendir yang menjijikan, kemudian ribuan sel-sel didalamnya
berupa sperma berlomba-lomba bergerak menuju satu tujuan, tidak lain untuk
perubahan, untuk hijrah ke dalam bentuk yang lebih baik menyongsong
sang ratu telur yang telah menunggu dengan anggun pada tempatnya yang
sakral, bahkan dalam kejadian menunggu pun, sel telur sebenarnya telah
melalui serangkaian proses perubahan.
Penyatuan,
peleburan dan pemeliharaan didalamnya adalah atas kehendak Nya,
pertemuan antara satu sel sperma dengan sel telur berlangsung dalam
rongga yang terlindung, hasil perjuangan ribuan sel pada
awalnya, kemudian menjadi hanya satu sel sperma saja yang dapat bertemu
dengan sel telur untuk menghasilkan perubahan di tempat yang hangat,
tempat yang nyaman untuk ber metamorphosa, berubah wujud menjadi bentuk
sempurna.
Fenomena gerakan dinamis menuju perubahan membentuk wujud sempurna, berasal dari cairan lendir sperma yang jika diam diluar tempatnya konsistensinya
pun hanya berupa lendir saja, lengket, keruh, cenderung menjijikan,
tetapi ketika bergerak dalam saluran yang benar, sel-selnya
berlomba-lomba mencapai tujuan, hanya satu saja yang menjadi pemenangnya yang lainnya musnah, suatu bentuk perjuangan sempurna.
Gerak dinamis pada mulanya, kejadian yang menuntut untuk hijrah menuju bentuk wujud sempurna itu kini telah berkembang, telah tumbuh sebagai aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda