Lembaran Acak
Kepada hurup yang tersangkut dalam ingatan
kertas putih bersih diletakan dirapi-rapi
memungut kembali lembaran kehidupan
merambat sekencang cahaya mentari
suatu saat terjerembab di kamar sempitku yang kusam
tiba-tiba berada di teras rumahmu yang temaram
dengan bulan separuh bergantung diatasnya
separuh lagi riang tertinggal dalam debaran.
Dulu dan kini hanya sekelabatan bayangan acak
kertas putih bersih diletakan dirapi-rapi
memungut kembali lembaran kehidupan
merambat sekencang cahaya mentari
suatu saat terjerembab di kamar sempitku yang kusam
tiba-tiba berada di teras rumahmu yang temaram
dengan bulan separuh bergantung diatasnya
separuh lagi riang tertinggal dalam debaran.
Dulu dan kini hanya sekelabatan bayangan acak
--==o0o==--
Terima Saja
Walaupun sebagai usaha Individu dan kelompok
suatu waktu menyatakan sebagai kehendak Tuhan
itu bagus, jadi terimalah...
Kini juga sebagai usaha individu dan kelompok
tetapi bersungut dan bersumpah bahkan berani memalingkan kuasa Tuhan
patut disesalkan, maka bersungutlah terus atau terima...
--==oo0oo==--
Aku sudah tidak bilang Norak lagi
Aku sudah tidak bilang norak lagi, sumpah...
sudah kusampaikan permintaan maafku kepada tanah yang ku pijak
pada tempatku bersemedi merapal mantera adiluhung
bumi semakin gonjang-ganjing, melebihi panasnya wedus gembel
bahkan kata maafku tidak dapat menanggung gejolak alam
munajatku sudah kuterjemahkan dengan bahasa sastra
bahkan dengan kromo inggil aku bersimpuh
namun tetap sang adidaya telah memberangus
meringkus
kini, dinginnya ruang ber jeruji besi kurasakan
barangkali itulah penghapus dosa yang setimpal
Itu baik untukku, ucap beberapa punggawa
agar semuanya menjadi lega
agar nyawa tidak terancam
Walau aku tidak dapat merapal manteraku lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda