Minggu, 02 November 2014

Fenomena Sinetron Karya Seniman Indonesia.

Sering  terkagum dengan cerita, seting maupun akting dari para artis dan aktor di film sinetron atau film lepas yang kadang saya tonton di televisi. Jangan tanya jalan ceritanya secara keseluruhan karena pada kenyataannya saya kurang suka dengan sinetron yang bersambung panjang beberapa efisod, selain nggak sabaran nunggu cerita berikutnya juga nampak latar belakang ceritanya cukup asing di pandangan mata disamping memang jarang nongkrong kelamaan di depan TV, meskipun film yang katanya di import dari Taiwan, Hongkong, China, Korea, Thailand, India ataupun Jepang  bahkan dari daratan Amerika atau Eropah  yang menurut penilaian teman atau kerabat sangat bagus. Namun demikian jika sempat tengok sekilas, untuk film Asia sepertinya masih agak janggal kiranya jika pemeran utama di filmnya tetap menggunakan busana dan assesoris yang  chik walaupun sedang sibuk menyiapkan makanan di dapur,  selanjutnya saya berpikir lagi bahwa dapur mereka memang beda dengan kondisi dapur yang pada umumnya ada di dalam rumah-rumah di Indonesia yang kebanyakan kotor, berantakan dengan segala macam peralatan tersemat dimana-mana, istilahnya kebanyakan masih menggunakan dapur kotor berbeda dengan mereka yang rapi  karena dapurnya sudah  menggunakan dapur bersih.

Kekaguman saya bukan sebatas segala sesuatu yang berhubungan dengan film saja tetapi juga perlu di acungkan jempol tinggi-tinggi karena film-film mereka sudah diakui oleh dunia internasional, merambah  pasar global. Lalu ketika sempat melirik sinetron karya sutradara dan rumah produksi di Indonesia... alamakjam kurang kerjaan sekali, walaupun ada setitik diantaranya yang sangat bagus yang mengangkat karakter dan budaya bangsa, tetapi kebanyakanan aduh... mama sayange’e...ancoor.

Belum lagi masalah isu plagiarisme yang melanda Industri film sinetron Indonesia dengan menjiplak plek film-film terkenal dari luar negeri, sungguh memalukan sekali selain banyak yang beranggapan bahwa pekerja seni film sinetron di Indonesia minus kreatifitas, maunya mendompleng numpang terkenal melalui film yang sudah lebih dahulu bersinar.

Ternyata banyak sekali kasus plagiarisme sinetron tanah air yang diambil dari film ataupun drama luar negeri, seperti yang kami ambil dari sumber dibawah ini.
http://whatanews.net/inilah-daftar-sinetron-indonesia-yang-diduga-plagiat/

Padahal kurang apa coba, keanekaragaman budaya Nusantara yang kaya raya ini,  merupakan bahan inspirasi yang tidak akan habis di eksplorasi, tidak akan usang dimakan jaman  atau jika mandek untuk membuat cerita yang baik sekalipun  saya kira novelis dan cerpenis Indonesia karyanya tidak kalah dengan kisah dalam film luar negeri.


Di Indonesia yang kita cintai ini cukup melimpah ruah karya novelis, cerpenis maupun cerbungis yang saya kira penulisnya  tidak keberatan untuk di filmkan. Barangkali karena kekurangan pekerja seni yang ahli untuk dapat mentransfer karya novel dan cerpen ataupun cerbung sekalipun  ke dalam script  skenario yang mumpuni sehingga tertuang apik dalam audio visual yang mengesankan pemirsa sehingga mempunyai anggapan sinemator kita kalah sebelum bertanding. Fenomena ini yang mencoba penulis kemukakan bahwa karya cipta  cerita asing masih dianggap terlalu superior dan karya yang berlatar belakang Indonesia masih inferior kalau tidak dikatakan ketinggalan jaman, maka tidak terlalu berlebihan kiranya bahwa faham modernitas harus tumbuh subur di bumi pertiwi ini dari pada menjungjung tinggi nilai-nilai luhur martabat dan budaya Nusantara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda