Sering terkagum dengan cerita, seting maupun akting
dari para artis dan aktor di film sinetron atau film lepas yang kadang saya
tonton di televisi. Jangan tanya jalan ceritanya secara keseluruhan karena pada
kenyataannya saya kurang suka dengan sinetron yang bersambung panjang beberapa
efisod, selain nggak sabaran nunggu cerita berikutnya juga nampak latar
belakang ceritanya cukup asing di pandangan mata disamping memang jarang
nongkrong kelamaan di depan TV, meskipun film yang katanya di import dari Taiwan,
Hongkong, China, Korea, Thailand, India ataupun Jepang bahkan dari daratan Amerika atau Eropah yang menurut penilaian teman atau kerabat sangat
bagus. Namun demikian jika sempat tengok sekilas, untuk film Asia sepertinya
masih agak janggal kiranya jika pemeran utama di filmnya tetap menggunakan
busana dan assesoris yang chik walaupun
sedang sibuk menyiapkan makanan di dapur, selanjutnya saya berpikir lagi bahwa dapur
mereka memang beda dengan kondisi dapur yang pada umumnya ada di dalam rumah-rumah
di Indonesia yang kebanyakan kotor, berantakan dengan segala macam peralatan
tersemat dimana-mana, istilahnya kebanyakan masih menggunakan dapur kotor
berbeda dengan mereka yang rapi karena
dapurnya sudah menggunakan dapur bersih.
Kekaguman
saya bukan sebatas segala sesuatu yang berhubungan dengan film saja tetapi juga
perlu di acungkan jempol tinggi-tinggi karena film-film mereka sudah diakui
oleh dunia internasional, merambah pasar
global. Lalu ketika sempat melirik sinetron karya sutradara dan rumah produksi
di Indonesia... alamakjam kurang kerjaan sekali, walaupun ada setitik
diantaranya yang sangat bagus yang mengangkat karakter dan budaya bangsa,
tetapi kebanyakanan aduh... mama sayange’e...ancoor.
Belum
lagi masalah isu plagiarisme yang melanda Industri film sinetron Indonesia
dengan menjiplak plek film-film terkenal dari luar negeri, sungguh memalukan
sekali selain banyak yang beranggapan bahwa pekerja seni film sinetron di
Indonesia minus kreatifitas, maunya mendompleng numpang terkenal melalui film
yang sudah lebih dahulu bersinar.
Ternyata banyak sekali kasus plagiarisme sinetron tanah air yang
diambil dari film ataupun drama luar negeri, seperti yang kami ambil dari
sumber dibawah ini.
http://whatanews.net/inilah-daftar-sinetron-indonesia-yang-diduga-plagiat/
Padahal
kurang apa coba, keanekaragaman budaya Nusantara yang kaya raya ini, merupakan bahan inspirasi yang tidak akan
habis di eksplorasi, tidak akan usang dimakan jaman atau jika mandek untuk membuat cerita yang
baik sekalipun saya kira novelis dan
cerpenis Indonesia karyanya tidak kalah dengan kisah dalam film luar negeri.
Di
Indonesia yang kita cintai ini cukup melimpah ruah karya novelis, cerpenis
maupun cerbungis yang saya kira penulisnya tidak keberatan untuk di filmkan. Barangkali karena
kekurangan pekerja seni yang ahli untuk dapat mentransfer karya novel dan
cerpen ataupun cerbung sekalipun ke
dalam script skenario yang mumpuni sehingga
tertuang apik dalam audio visual yang mengesankan pemirsa sehingga mempunyai anggapan
sinemator kita kalah sebelum bertanding. Fenomena ini yang mencoba
penulis kemukakan bahwa karya cipta
cerita asing masih dianggap terlalu superior dan karya yang berlatar
belakang Indonesia masih inferior kalau tidak dikatakan ketinggalan jaman, maka
tidak terlalu berlebihan kiranya bahwa faham modernitas harus tumbuh subur di
bumi pertiwi ini dari pada menjungjung tinggi nilai-nilai luhur martabat dan
budaya Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda