Dalam kondisi menggigil basah kuyup karena wajah dan rambutmu kehujanan ia datang menghadap kepada ku ,“ternyata kita sejauh ini telah mengerjakan sesuatu pekerjaan yang sama” ujarnya sambil mengembangkan senyumnya yang khas, “mubadzir keringat kita tercurah karenanya “ kataku pelan engkau malah tersenyum lembut , ” tidak ada yang sia-sia dalam setiap perbuatan yang pernah kita lakukan sebatas memang itu sesuai dengan koridor yang telah di tetapkan” katamu tenang sambil senyumnya terus saja menghiasi wajah kuyunya, tetes sisa –sisa bekas air hujan masih terimbas dari rambut dan wajahmu, tetapi senyum itu tetap saja menghias diwajahmu yang ceria.
“Ayo kita selesaikan permasalahan kita dengan parameter yang umum”, katanya mengajak diskusi, “siapa yang lebih dulu menerima pesan pekerjaan tersebut, siapa diantara kita yang lebih dulu melakukan pekerjaan dan seberapa jauh kita sudah melaksanakannya” dan sambil tertawa engakau merasa kalah dari berbagai sisi, tetapi senyum itu terus saja berkembang.
Itulah pertama sekali aku takjub kepadamu, sesosok yang dalam kondisi tidak prima sekalipun engkau masih mengejar hal-hal yang aku sendiri tidak tau memaknainya. Engkau hanya menyelesaikan solusinya sambil tersenyum sembari melaksanakan setiap pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsinya, bahkan lebih pikirku dalam hati, aku sering melihatmu bahkan sempat bercakap denganmu pada saat-saat orang lain mungkin sedang asyik beristirahat di kursinya yang nyaman menonton TV sambil menikmati camilan ringan pengantar malam atau tidur pulas diranjangnya yang empuk, tetapi engkau masih saja berkejaran dengan waktu meraih sesuatu untuk dibawa pulang dan dinikmati bersama dengan keluarga yang sedang menunggumu dirumah.
“Taukah kau saudara-saudaraku” ujarku dalam suatu kesempatan ngobrol antar sesama rekan yang lain di warung kopi yang biasa kita singgahi, “Dia adalah seseorang yang biasa saja, tidak ada seorang pun yang memandang dia istimewa, sosoknya, cara berpakaiannya, jenis pakaiannya, tingkah lakunya bahkan keberadaan harta bendanya pun menampakan hal-hal yang biasa-biasa saja bahkan sangat sederhana dibanding yang lainya menurutku, sehingga dia hanya dipandang oleh kita sebagai temannya atau orang lain adalah sosok yang serba biasa-biasa saja , sebagai sosok yang banyak dijumpai disekitar kita, dia tidak menonjolkan diri, tidak berkesan sombong atau tinggi hati, kesimpulannya dia itu tidak suka menarik perhatian orang lain apalagi kondisinya sedang mengidap penyakit tahunan yang sangat kronis tetapi dia tidak menampakan keluhan akan kondisi sakitnya” ujarku terheran, tampak teman-temanku mengamini semua perkataanku.
Jika ditilik lebih jauh, dia hanya melaksanakan kehidupannya tanpa hadir ditempat-tempat yang tidak ada manfaatnya sekalipun bahkan menimbulkan dosa baik yang disengaja maupun tidak disengaja, ketika sudah terlanjurpun, dia sudah berada disekitar itu maka dengan sopan dan tanpa meninggalkan jejak sedikitpun, dia akan menghindar tanpa ketahuan. Perilakunya tanpa dibuat-buat, baik ketika sedang mengerjakan amal soleh atau beribadah kepadaNYa sekalipun, dia terlihat selalu paling depan dan khusu apalagi dilingkungan rumahnya.
Akhir-akhir ini setelah hanya selang dua hari dari pertemuan kita yang terakhir saya mendapat kabar engkau semalaman sudah dibawa ke rumah sakit untuk kemudian beberapa jam selanjutnya kondisimu tidak sadarkan diri, dan semuanya yang hadir tepat disisinya menjadi sedemikian paniknya, walaupun ketika keesokan harinya engkau kembali bercengkrama diantara kita-kita, sebagai teman engkau tetap selalu memperlihatkan diri dengan senyum berhias diwajahmu dan keriangan-keriangan yang diperlihatkan saat itu sangat tidak biasanya, seolah-olah engkau tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Subuh itu, setelah dua menjelang ketiga hari engkau berada dirumah sakit, serasa tersentak kaget pikir ini, teringat kemarin siang dengan kerianganmu, kini engkau telah mengejutkan kita semua.
Innalillahi Wainnailaihi Rojiun, engkau telah dipanggil kehadiratNya dengan tenang, senyummu masih terulas dijasad fanamu.
Sebagai seorang biasa dipandangan orang, aku terkejut ketika yang hadir men Sholatkan engkau dimesjid terdekat dengan rumahmu begitu banyak tidak terkirakan demikian juga yang mengantar memberi penghormatan terakhir ke kuburmu jumlah yang hadir demikian banyaknya.
Selamat tinggal teman, sebagai sosok orang biasa tetapi ternyata engkau amat luar biasa, mudah-mudahan sama dipandangan Allah SWT. Amiiin
Engkau telah mendahului kita sebagai temanmu dan orang-orang terdekat denganmu, Aku malah bertanya-tanya sampaikah aku menjadi orang yang luar biasa saat akhir khayatku, dan pertanyaan itu membuat mata ini berkaca-kaca sobat, selamat tinggal kawan, semoga Allah SWT ridho atas segala amal ibadahmu .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda