Bukan
saja karena alamnya terlihat asri di temaram malam, desiran angin pun
menerpa lembut, menyibak gerai rambut sebahuku, alunan angin terus
saja membelai sekujur tubuh, kemeja hem putih tipis tangan panjang kesukaanku bagian lengannya
kugulung sampai ke siku serta celana panjang pantaloon abu-abu
berkelebat menyiratkan selalu ada yang kurang tanpa kehadiranmu disisi,
kelebatnya memanggil-manggil seolah ingin menerbangkan seluruhnya,
melucuti apa yang kupakai tanpa terkecuali membiarkan hanya bulan saja
yang mengintai di antara gulungan awan dan mengamati setiap lekuk detail sekujur tanpa busana. Butiran
pasir putih bak perak terhampar luas terperangkap diantara gundukan
karang berstruktur keras, tersapu sinar rembulan menghiasi seluruh bibir
lautan luas, ombaknya berlari berkejaran dan ketika sampai di pantai,
melandai menerpa kaki-kaki yang selalu riang menyapa ketika lama tidak mengunjungi ke pantai kerinduanku.
Digundukan
karang itu, di dekatnya tumbuh sebuah pohon yang ranting-ranting
kerontangnya menjulur menguluk salam, selalu saja ditempat itu kita
berdua duduk diam mengamati pantai, tempat yang amat romantis. Kau
selalu terbiasa mengikatkan selendang warna beige di ujung ranting,
kelepaknya menari, berkelebat bagai ular naga meliuk melambai-lambai.
Hampir
lima menit kau bermain pasir putih disana, dijarak delapan langkah dari
aku duduk santai memandang laut lepas digundukan karang ini. Kau malah
terlalu asik membangun bentuk-bentuk dari bahan dasar pasir putih, lalu
merobohkannya dengan kaki jenjangmu hingga rata, kemudian tawamu pun
pecah diantara suara rintih angin dan deburan ombak.
Duduklah
di sini, lihat pucuk-pucuk ombak bergeliat berkejaran tak pernah lelah,
merayu rembulan untuk turun menari bersama memainkan irama tanggo.
Kau pun berlari, berjingkat diantara butiran pasir dan ketika sudah tinggal sedepa dari jarakku kau melompat bagai kilat menubruk dadaku kemudian duduk disebelahku melingkarkan sebelah tangannya dan membiarkan menggantung dibagian dileherku.
Bulan
itu baru beberapa hari yang lalu bulat sempurna, sisanya masih
menampakan bentuk yang tidak kalah indah, gumanku pelan, kau malah
memperhatikan kelebat selendangmu, melambai-lambai dipermainkan angin.
“Bagaimana kalau malam ini kita bersatu”
“Bersatu
kita teguh, bercerai gua tinju idung luu” gumannya acuh tak acuh,
perhatiannya tetap tertuju kepada selendang warna beige yang melambai
menari.
“sepertinya lucu ketika dua tubuh bersatu membentuk satu badan, tubuh kita seolah terbagi dua dari bagian atas sampai ke bawah, sebelah kiri bagian loo sebelah kanan gua” ujarku mengajak bercanda
Husss
bercanda tidak lucu, loo jangan ngomong macam-macam di pantai ini,
kenapa nggak membahas hubungan kita kedepan saja, tempat ini menurut
cerita turun temurun dari nenek moyang gua, menyiratkan bahwa setiap
ucapan yang keluar ditempat ini ketika disaksikan bulan purnama dan
deburan ombak pantai akan menjadi kenyataan…
Tahayul,
klenik, kujitak pelan kepalanya, hanya mengingatkan bahwa isi kepala
itu jangan melulu diisi dengan pikiran yang gaib, irasional. Kenapa
nggak diisi dengan hal-hal yang indah-indah kek…
Kurapatkan
tubuhku sehingga tubuhnya seolah bersatu dengan tubuhku, kuperhatikan
ombak dari kejauhan meninggi, berlari menuju pantai, semakin mendekat
semakin membesar, aku terpana memperhatikan tanpa bergerak sedikitpun,
ombak itu semakin mendekat bertambah membukit lalu menggunung berlari
kencang menghampiri, ketika kita mulai ketakutan dan hendak berlari
menghindar, gunungan ombak tersebut dengan kecepatan kilat sudah
mengubur kita berdua.
Sesak dada ini untuk beberapa saat, ketika tersadar amukan ombak tersebut sudah mereda, kuperhatikan
sekelilingku, kau sudah menghilang dari sisiku, ku berlari
memanggil-manggil namamu, pandangannku menyapu ke setiap penjuru pantai,
tapi kau tidak ada dimana-mana.
Tubuhku
terasa aneh, seolah ringan menapak di pasir putih dan otaku pusing tak
karuan. Tiba-tiba saja tangan kiriku memukul dada sebelah kananku
berkali-kali, ada guman aneh dari tubuh sebelah kiriku.
Apa
gua bilang, pantai ini pantai keramat, cerita turun-temurun tersebut
benar adanya, aku terkaget mendengar ucapannya, kuraba dada sebelah
kananku, ada rasa yang ganjil disana, sepertinya aku pernah merasakan
hal yang ganjil tersebut tetapi lupa entah kapan dan dimana…
Tangan
kiriku sepertinya bergerak-gerak menyusuri bagian tubuh kiriku,
meraba-raba jauh sampai kebawah pinggang, tiba-tiba ada yang memekik
histeris, suara tersebut berasal dari tubuh bagian sebelah kiriku, lalu
menangis, meringis, sesekali bergidik, menggetarkan bahu sebelah kiriku
beberapa kali.
Aku malah bingung tak habis pikir, tangan kiriku menemukan apa dibagian sana…?
Selalu
saja yang dominan yang menonjol, gumannya memberi penjelasan, jika yang
positif lebih dominan dari negative kalau dijumlahkan pastilah hasilnya
menjadi positif, jika angka nol ditambahkan dengan angka satu pastilah
nilainya menjadi satu, gumannya, tangannya ditarik cepat, kini beralih memukul-mukul dada bagian kananku sambil menangis histeris.
Aku masih bingung dengan ucapannya…………….@##&’;
Halaaaagh
cape ngetiknya lain kali saja kalau inget di sambung lagi, untuk
sementara silahkan berimaginasi enaknya bagaimana kelanjutannya ….?
Alibukbrax
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda