Selaras-Sakti:
Semisal serapahmu kau labeli aku denganbebal. ...: Semisal serapahmu kau labeli aku dengan bebal. Nyebelin, belagu ataupun bego Walaupun merek itu dipasung kuat dalam keningku ya...
Entri Baru
Hanya ingin arti hidup diberi warna, berusaha meraup mimpi melalui torehan kata yang kadang aneh tak bermakna.
Kamis, 17 November 2011
Semisal serapahmu kau labeli aku dengan bebal
Semisal serapahmu kau labeli aku dengan
bebal. Nyebelin, belagu ataupun bego
Walaupun merek itu dipasung kuat dalam
keningku yang garisnya tampak jelas berlipat
Kala mata memicing memperhatikan tingkah
lakumu kegerahan tidak nyaman
Tetap saja takan merubah kenesmu, ayumu dan
senyummu membayang seperti logo.
Kusimpan saja lengkung dibibir ini agar kau geram, kekhi, jengkel ataupun rusuh
walaupun kau bermanis sendu mengalihkan laku
agar aku tidak menerormu
tetap saja belum sadar bahwa matahari terbit
setiap pagi menerangi bumi
tidak peduli ketika siang meninggi teriknya
membuat gerah kala tak terpayungi.
Dan ketika matahari lengser tergantikan
gelap, lambat laun senyap menyelinap
lindap dalam suasana hening tinggal irama horror
dan desir angin merajam rasa
bukankah cahaya dan gelap itu menerormu
setiap saat,setiap siang dan malam
tetapi dia tetap setia, sadar akan
keberadaannya, menyentak, menyelinap karena cinta
Alibukbrax
Kamis, 10 November 2011
Sang Pengibas Malam
Gambar dari mbah google
Aah gambarnya nggak nyambung
Motor
ini tetap tidak mau kompromi, gerutu Sumed ketika sedikit lagi tanjakan
terakhir ditaklukannya sebelum jalan itu akan menurun, tenaga mesin si
kuda besi ini hampir habis padahal baru minggu kemarin di
service, dasar motor tua gumannya masih menyiratkan kejengkelan, padahal
hari sudah semakin malam dan kabut dingin menyelimuti batas pandangnya.
Motor
tersebut masih dipacunya walau jalannya tersendat dan terseok, akhirnya
sampai juga di puncaknya, kini jalan menurun nan mulus menghadangnya
didepan. Sumed tidak se khawatir sebelumnya ketika setapak demi setapak
jalan menanjak dilaluinya dengan susah payah, rasa was-wasnya justru
cuaca sudah tidak mau diajak kompromi, hujan rintik-rintik mulai turun,
Sumed akhirnya mulai mengantisifasi kondisi langit yang semakin gelap, bisa
saja sewaktu-waktu hujan deras tiba-tiba akan mengguyurnya. Dia perlu
untuk meminggirkan kuda besinya, membuka perlengkapan yang sudah
dipersiapkan, sebuah jas hujan yang selalu siap menemani kemanapun dia
pergi bersama kendaraan kesayangannya kini mulai dikenakan.
Namun
untuk kedua kalinya dia harus menepikan tunggangannya, memilih untuk
istirahat saja dipinggir jalan diantara guyuran hujan deras, keremangan
malam serta lintasan sinar lampu mobil bergerak cepat berlalu lalang
menyilaukan pandangan, dia hanya ditemani seseorang yang
berdiri setia menentang hujan sambil mengibaskan tongkat kerlap kerlip
memberikan tanda kepada pengguna jalan yang melintas didepannya.
Limaratus ribu rupiah plus bonusnya yang molek, celetuk
pengibas tongkat menyala ketika jalanan sepi sementara dia duduk tidak
jauh dari Sumed, Sumed hanya bengong sendirian mendengar jawaban dari
pertanyaan isengnya tersebut, uang sebegitu dalam beberapa jam saja itu
sama nilainya dengan sisa uang yang dipengangnya saat ini yang akan
diberikan kepada keluarga untuk menyambung hidup seminggu kedepan, pikir
Sumed.
Mahal sekali ya, ujarnya menimpali
Yang
sedang juga tersedia, tarifnya tiga ratus ribu rupiah, berminat..? Ujar
sang pengibas sambil matanya tetap memperhatikan jalanan yang semakin
sepi
Kalau yang seratus ada nggak…? pertanyaan iseng Sumed cukup mengagetkan sang pengibas tongkat menyala.
Alibukbrax
Selasa, 01 November 2011
Lengkungan di Bibir Menyiratkan Sebuah Komunikasi Sosial
Heran sekali dengan Bapakku, ucap Anton ketika ngobrol bareng bersama temannya, seumur-umur yang gua tau, Beliau nggak pernah tuh tersenyum, memang militer sihh….
Barangkali kode etik militer
mengharuskan tidak boleh demikian Ton, Ujar Sumed menimpali, soalnya
pernah gua berpapasan dengan tetangga yang berseragam militer, dia gua
ajak senyum sambil manggut, eh malah dia liatin gua, tanpa ada tarikan
bibir yang berkesan membalas yang gua lakuin, jadinya seperti senyum –
senyum sendirian dehh…
Dia pikir aneh kali Med, senyum loo keliatannya seperti menyeringai, setengah mengejek, …hehehe..ucap Anton tertawa ngekek, senyum loo tidak ikhlas barangkali.
Gua nggak habis pikir ton, tetep, kenapa ya ada orang yang kuat seumur-umur membawa
bibir hanya digunakan untuk makan sama minum doang, sedikit bersedekah
kekk menyunggingkan senyum walau sedikit buat sesama….
Hahaha yang jelas senyum itu
menyesuaikan dengan situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan
jangkauannya sebatas mata memandang….ucap Anton sambil tersenyum, senyum
sehat itu hanya milik orang yang ikhlas koo.Ternyata senyum
bukan hanya sebuah ekspresi ceria yang ditandai dengan lengkungan
dibibir, senyum mempunyai banyak makna dan arti menyiratkan sebuah komunikasi sosial.
Tapi jangan salah Ton, karena
gua dasarnya memang suka senyam-senyum pada setiap orang, banyak sekali
pengalaman suka dan duka dengan sunggingan di bibir gua ini. Malasahnya gua udah bener-bener ikhlas dengan senyuman gua
di tambahin bonusnya dengan tatapan sendu lagi, eeh malah gua kena
bentak, menurut komentar temen gua ketika curhat dengannya, gua dianggap
ngaak punya tenggang rasa, tidak berperasaan, nggak berperikemanusiaan
….caape dehhh, padahal gua nggak neko-neko kooo,gua hanya tersenyum pada seorang
lelaki yang sedang dimarahin isterinya karena lalai menjaga anak
satu-satunya hingga terjadi kecelakaan fatal dan masuk rumah
sakit…setelah gua senyum malah dia berantem, gua yang bengong sambil terus senyum dibentak juga oleh kedua orang tersebut. Terus pengalaman gua selanjutnya….
Stopp…Stoppp, sudah, sudah… Kesimpulannya menurut Penulis Marianne LaFrance, yang diringkas oleh Mukti Effendi dari buku barunya ‘Lip Service’ menulis bahwa setiap senyuman merupakan
sebuah magnet sosial, parameter kepercayaan, sebuah perangkat penebar
kemarahan, alat tawar menawar, hingga alat menjaga ikatan sosial.
Meskipun tersenyum sering menandakan kebahagiaan, ekspresi ini juga menyampaikan berbagai emosi mulai dari menghibur, rasa malu, penipuan hingga menghina.
Studinya menyebut, ada perbedaan cara tersenyum pria dan wanita. Wanita rata-rata lebih banyak tersenyum ketimbang pria. Salah satu alasannya, kata LaFrance, adalah alasan biologis.
Para peneliti menemukan otot senyum utama, yang dikenal sebagai zygomaticus lebih besar dan tebal pada wanita daripada pria. Kedua, area kerja wanita kebanyakan membutuhkan sosialisasi yang lebih banyak dibanding pria. Dan, umumnya wanita lebih cenderung memiliki keinginan bersosialisasi.
“Wanita sering berperan mengatur kegiatan sosial, mengurangi konflik, dan peduli kehidupan emosional orang lain,” tambah LaFrance.
Meskipun senyum biasanya memperlihatkan ekspresi positif ada sisi gelap dalamnya. Seperti tersenyum saat menyembunyikan perasaan atau bersikap sinis. “Senyum merupakan sebuah topeng yang besar,” kata LaFrance.
“Senyum adalah sebuah pendekatan paling mudah saat pendekatan lain tidak bekerja,”
Langganan:
Postingan (Atom)