Hanya ingin arti hidup diberi warna, berusaha meraup mimpi melalui torehan kata yang kadang aneh tak bermakna.
Selasa, 28 Oktober 2014
Puisi, Petrichor dan Tarian Hujan
Dengan bahasa apa
bisa aku katakan ketika hujan baru mulai, bau tanah menguar ke udara, terhisap
pelan oleh indera pernapasan dan ranting-ranting pohon mulai menggigil terbawa
kibasan daun-daunnya yang basah tersapu angin.
Ouch...
Ingatkah kau akan
tarian itu, ketika hujan pertama menabur kita berdua, kesaung bambu pinggir
jalan kita terburu-buru, suara rintiknya diatas genting
mencipta melodi sunyi, dan dipelatarannya yang mulai basah tergenang, diam-diam engkau
malah sengaja menyongsong deraiannya, wajah tengadah menatap langit
seolah menelisik muasal butiran, ketika menunduk sebentar, kau mulai
mengibaskan rambutmu yang basah, menciptakan jipratan horisontal laksana ombak
merayu pantai, kepalan tangan kirimu kausimpan dibelakang pinggang sedang
tangan kanan menjulur seolah hendak memeluk alam, lima menit sudah kau telah
mencitakan koreografi tari paling sunyi. Di saung itu, aku hanya bisa terpaku di
balai-balainya tanpa suara tanpa mantera.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bagus gan Puisi nya
BalasHapusjangan lupa kunjungi blog ane balik ya gan
Puisi Cinta Terbaur