Media sosial akhir-akhir ini koo diramaikan oleh debat mengenai tokoh Sangkuriang dan Roro Jonggrang, sebuah legenda, cerita rakyat turun temurun yang asalnya di tuturkan dari mulut kemulut, ditulis oleh anonim kemudian di ceritakan kembali kepada anak cucu cicit bahkan dulu, dulu sekali masuk kedalam kurikulum pelajaran Bahasa indonesia sebagai bagian dari mata pelajaran sastra Indonesia, entah sekarang.
Perdebatan memanas ketika salah seorang tokoh PKS melontarkan pendapat tentang pengumpulan data berindikasi bermasalah dalam Pilpres yang baru berlalu dan sekarang sedang digarap di sidang Mahkamah Konstitusi.
Sebetulnya inti dari perdebatan tersebut berkisar tentang seorang Lelaki Jomblo yang berperan sebagai pemborong yang gagal menyelesaikan proyek bendungan dilengkapi dengan perahu sebagai sarana berlayar memadu asmara dengan perempuan idamannya, sedang yang satunya lagi menceritakan tentang kegagalan proyek pembuatan sumur beserta seribu candi sebagai penghias negeri dan pusat peribadatan agama sebagai pengejawantahan rasa cinta dari seorang ksatria linuih terhadap putri yang di idamkannya.
Kalau di tilik dari materi perdebatan tersebut ternyata mempunyai persamaan dan perbedaan;
a. Sama-sama berkisar tentang sebuah legenda. Perbedaannya, legenda yang satu berasal dari daerah Jawa-Barat sedang yang lainnya dari Jawa-Tengah.
b. Sama-sama menceritakan tentang Bandung. Perbedaannya, yang satu menceritakan tentang lokasi proyek gagal untuk membuat bendungan sehingga akhirnya berujung kepada amblasnya harapan untuk membentuk danau beserta sebuah perahu sebagai sarana memadu kasih yang lokasinya berada di seputaran Bandung Jawa-Barat sedang yang lainya menceritakan tentang tokoh sentral dalam legenda tersebut yang bernama Bandung Bondowoso.
c. Sama-sama menceritakan tentang seorang lelaki perkasa yang gagal menyelesaikan proyek sebagai syarat diterima atau ditolaknya perasaan cintanya oleh seorang perempuan cantik idaman. Perbedaannya, yang satu berhubungan dengan siasat seorang perempuan yang ternyata adalah ibu dari lelaki perkasa tersebut, sedang yang lainnya menceritakan tentang siasat seorang putri yang merasa sakit hati karena justru lelaki perkasa tersebut telah membunuh ayah kandungnya.
d. Sama-sama terbentur permasalahan tenggat waktu penyelesaian proyek, yaitu berakhir pada batas ketika sinar matahari menerangi ufuk timur. Perbedaannya, tindakan penyelesaian ketika proyek tersebut gagal di capai, yang satu menendang bagian dari proyek yang gagal tersebut menjadi gunung Tangkuban Perahu, sedang yang lainya mengutuk putri yang dikaguminya menjadi sebuah patung (arca) terindah yang menggenapi seribu candi buatannya.
e. Sama-sama diperdaya oleh seorang perempuan yang di cintainya dengan menarik waktu terbitnya matahari pagi, perbedaanya, yang satu dengan cara membangunkan ayam-ayam jantan hingga mengeluarkan bunyi kukuruyuk sebagai tanda pagi sudah tiba, yang lainnya mempengaruhi penduduk wanita agar membunyikan alu menumbuk padi serta membakar jerami di sebelah timur sehingga tampak seperti matahari telah terbit di ufuk timur.
Dengan demikian ramainya perdebatan yang ber muara dari salah ucap salah seorang tokoh sentral PKS tersebut secara langsung ataupun tidak langsung telah memancing dan menyadarkan untuk menggali kembali informasi tentang legenda yang telah memperkaya khasanah budaya daerah sebagai cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun.
Hikmahnya dari sisi legenda tersebut adalah:
1. Bahwa perbuatan bohong yang tujuannya merupakan siasat atau manuver politik dari salah satu pihak tetap saja akhirnya hanya berupa kebohongan yang tidak dapat diterima dan menimbulkan perasaan sakit hati dari pihak yang lainnya.
2. Mari sama-sama kita pelihara budaya leluhur yang memperkaya khasanah daerah, terlepas dari perdebatan sisi moral dari isi cerita yang melegenda tersebut.
Selamat malam, salam sejahtera dari sempadan sungai Cianjur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar Anda