Senin, 15 November 2010

Dunia Khayal






Awan itu seolah ingin diraihnya, tangannya liar menyapu menggapai diatas pelupuk mataku, sinar matanya berbinar untuk kemudian berubah sekejap – sekejap berbalur sendu, mengeliat-geliat mengikuti irama lagu yang diciptakannya sendiri, tangannya masih sajabergerak lembut sejengkal demi sejengkal kemudian sedepa memenuhi hasrat hati, terus saja ia menggerakan raganya kembali, berputar menghentak-hentak seolah membiarkan dirinya terbang ke awan putih, suaranya kini terdengar lirih berguman tidak jelas, setengah berteriak tetapi tidak sedang melampiaskan amarah , untuk kemudian sinar matanya kini berganti meredup, dengan tiba-tiba saja tersedak seolah takut terlihat rasanya yang mengaduh .

Semilir lembutnya angin yang sempat tadi terasa membelai mesra, kini mencekik selubung sukmaku, sedang aku terbuai menikmatinya karena ia terlihat bagai belahan jiwa, perhiasan hidupnya sebelum terdengar pecahan porselen putih terhempas, suaranya gaduh tetapi lembut membuat jari-jemariku terhenti menari-nari diatas keyboard laptop, yak… aku sedang asyik menghayal merangkai kata dalam bangunan cerita. Sebelum gaduh kecil tersebut terdengar dan peristiwa tersebut justru menarik perhatianku.

Sejenak kemudian gadis kecil berumur kira-kira lima tahun tersebut terdiam, terperanjat dengan kecerobohannya sendiri..dipandangnya lekat-lekat yang berserakan dilantai taman, seolah tak percaya bahwa tangannya sendiri yang telah menghabisinya.

“Tidak apa-apa nak”  Seorang  bapak sedang berusaha menentramkan hatinya, “nanti bisa beli lagi di toko sebelah”.
“Tidak ada…Pak, tidak mungkin ada yang sama”,
“Kan pabriknya sama nak, pasti bentuk dan coraknya juga sama”,
“Dia temanku… tidak mungkin sama rupanya maupun baiknya..namanya memey, dan kini pergi berserakan “.

Gadis kecil tersebut tampak sendu, yang tadinya terlihat hanya beberapa butiran keringat bersinar dikeningnya kini matanya juga sembab beserta tetesan air mata yang sudah tak terbendung lagi.

Porselen berbentuk piala mungil tersebut barangkali sudah dianggapnya sebagai teman istimewa,  sering menemaninya bermain-main menuntun menuju alam indah di taman penuh pohon dan bunga yang tertata apik dengan kupu-kupu dan burung-burung serta sungai kecil seolah mengalir di pelupuk matanya bahkan ada makhluk makhluk mungil hidup sejahtera didalamnya, semua nya mengerti dengan bahasanya, mudah untuk diajak bercengkrama dengan pohon, bunga, kupu-kupu, burung, makhluk-makhluk mungilbahkan dengan sungai kecilnyapun, kini porselen mungil tersebut telah pecah berantakan.

Mari kita semayamkan dengan baik-baik di bawah kerindangan 
pohon bunga melati jenis hutan ini…nak, disini dibagian taman ini,… seperti kakek yang telah berbaring tenang dipusaranya. 
Dan gundukan tanah itu telah terbentuk disudut taman yang teduh lagi harum.

Bapak Tersebut kini berjalan memapahnya menuju rumah yang tidak seberapa jauh dari lokasi taman tersebut, terdengar bercengkrama sedikit menghibur bahwa nanti akan hadir memey-memey lain yang lebih cakep dan lebih lembut perangainya.
Gadis kecil tersebut tidak menjawab, seiring langkahnya sesekali ia menolehkan pandangan kebelakang…seakan tidak rela melepas gundukan tanah tersebut.
====)(====
Keesokan harinya, pagi-pagi ketika matahari baru muncul sepenggalah, aku lewat didepan rumahnya, Tampak gadis kecil tersebut terduduk ditangga masuk pintu rumahnya sedang asyik berceloteh dengan boneka bantal miliknya.


:)) Gambar diambil dari Shutterstock Image.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda