Kamis, 10 November 2011

Sang Pengibas Malam


 Gambar dari mbah google
Aah gambarnya nggak nyambung

Motor ini tetap tidak mau kompromi, gerutu Sumed ketika sedikit lagi tanjakan terakhir ditaklukannya sebelum jalan itu akan menurun, tenaga mesin si kuda besi ini hampir habis padahal baru minggu kemarin di service, dasar motor tua gumannya masih menyiratkan kejengkelan, padahal hari sudah semakin malam dan kabut dingin menyelimuti batas pandangnya. 

Motor tersebut masih dipacunya walau jalannya tersendat dan terseok, akhirnya sampai juga di puncaknya, kini jalan menurun nan mulus menghadangnya didepan. Sumed tidak se khawatir sebelumnya ketika setapak demi setapak jalan menanjak dilaluinya dengan susah payah, rasa was-wasnya justru cuaca sudah tidak mau diajak kompromi, hujan rintik-rintik mulai turun, Sumed akhirnya mulai mengantisifasi  kondisi langit yang semakin gelap, bisa saja sewaktu-waktu hujan deras tiba-tiba akan mengguyurnya. Dia perlu untuk meminggirkan kuda besinya, membuka perlengkapan yang sudah dipersiapkan, sebuah jas hujan yang selalu siap menemani kemanapun dia pergi bersama kendaraan kesayangannya kini mulai dikenakan.

Namun untuk kedua kalinya dia harus menepikan tunggangannya, memilih untuk istirahat saja dipinggir jalan diantara guyuran hujan deras, keremangan malam serta lintasan sinar lampu mobil bergerak cepat berlalu lalang menyilaukan pandangan, dia hanya ditemani seseorang yang berdiri setia menentang hujan sambil mengibaskan tongkat kerlap kerlip memberikan tanda kepada pengguna jalan yang melintas didepannya.

Limaratus ribu rupiah plus bonusnya yang molek, celetuk pengibas tongkat menyala ketika jalanan sepi sementara dia duduk tidak jauh dari Sumed, Sumed hanya bengong sendirian mendengar jawaban dari pertanyaan isengnya tersebut,  uang sebegitu dalam beberapa jam saja itu sama nilainya dengan sisa uang yang dipengangnya saat ini yang akan diberikan kepada keluarga untuk menyambung hidup seminggu kedepan, pikir Sumed.

Mahal sekali ya, ujarnya menimpali
Yang sedang juga tersedia, tarifnya tiga ratus ribu rupiah, berminat..? Ujar sang pengibas sambil matanya tetap memperhatikan jalanan yang semakin sepi

Kalau yang seratus ada nggak…? pertanyaan iseng Sumed cukup mengagetkan sang pengibas tongkat menyala.

Oh ada, ada, ukuran ruangannya hanya 1,5 X 2 M, didalamnya tersedia selembar handuk mungil, sebuah ember berisi air bersih, beberapa buah poster gambar hot dan tak ketinggalan sebuah sabun mandi nan wangi, bonusnya kalau melebihi batas waktu 10 menit yang sudah ditentukan akan terdengar suara ketukan sampai tendangan sepatu dipintu diiringi teriakan : cepat, cepat waktunya habis, self service aja ko lama, ujar sang pengibas tongkat menyala sambil ngeloyor  melanjutkan pekerjaan malamnya...

Alibukbrax

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda