Jumat, 10 Oktober 2014

Inseminasi Buatan Dalam Praktek

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan peningkatan pendapatan masyarakat maka permintaan akan daging dan susu menunjukan gejala peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging dan susu tersebut maka yang perlu diperhatikan adalah penangan reproduksi ternak penghasil susu dan daging dengan tanpa mengesampingkan  hal lainnya seperti  pengendalian dan pencegahan penyakit hewan dan managemen pemeliharaan ternak. Menyikapi hal tersebut, salah satu upaya untuk meningkatkan  populasi dan produktivitas ternak sapi dapat dilakukan melalui kawin suntik yang dalam bahasa ilmiahnya adalah Artificial Insemination atau Inseminasi Buatan (IB). Hal tersebut adalah sebagai salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak, sehingga dapat menghasilkan keturunan/ pedet dari bibit pejantan unggul yang sekaligus untuk mencapai program swasembada daging dan susu.

Permasalahan yang dihadapi dalam bidang peternakan di Indonesia antara lain adalah masih rendahnya produktifitas dan mutu genetik ternak. Keadaan ini terjadi karena sebagian besar peternakan di Indonesia masih merupakan peternakan konvensional, dimana mutu bibit, penggunaan teknologi dan keterampilan peternak relative masih rendah. Inseminasi buatan merupakan teknologi alternatif yang sudah lama dikembangkan dalam usaha meningkatkan mutu genetik dan populasi ternak sapi di Indonesia disamping embrio transfer. Inseminasi Buatan (IB) adalah Salah satu metode untuk meningkatkan produktivitas biologik ternak lokal Indonesia melalui teknologi pemuliaan yang hasilnya relatif cepat dan cukup memuaskan serta telah cukup meluas dilaksanakan di seluruh Indonesia dengan cara mengawinkan melalui teknik Inseminasi Buatan yang sperma jantannya diambil dari bibit ternak unggul impor.




Tujuan Inseminasi Buatan

Tujuan utama  inseminasi Buatan  (IB) adalah untuk peningkatan populasi dan perbaikan genetik sapi potong di berbagai wilayah di seluruh Indonesia yang berdasarkan data memungkinkan untuk dilakukannya hal tersebut, selain beberapa tujuan lain yang menguntungkan peternak diantaranya:
  1. Efisiensi waktu, dimana untuk mengawinkan sapi, peternak tidak perlu lagi mencari sapi pejantan (bull), mereka cukup menghubungi inseminator di daerah mereka dan menentukan jenis bibit (semen) yang mereka inginkan.
  2. Efisiensi biaya, dengan adanya inseminasi buatan peternak tidak perlu lagi memelihara pejantan sapi, sehingga biaya pemeliharaan hanya dikeluarkan untuk indukan saja.
  3. Memperbaiki kualitas sapi, dengan adanya inseminasi buatan sapi lokal sekalipun dapat menghasilkan anak sapi unggul seperti Simmental, limousine dan charolise.
  4. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
  5.  Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
  6.  Keuntungan IB lainnya :
o   Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
o   Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
o   Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
o   Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
o   Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
o   Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
o   Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.




Pengertian Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan pada sapi potong adalah usaha manusia memasukkan sperma sapi potong dari jenis yang di inginkan (unggul) ke dalam saluran reproduksi  sapi potong betina  dengan menggunakan peralatan khusus. Tindakan Inseminasi Buatan dikatakan berhasil bila sapi induk setelah dilakukan IB menjadi bunting sampai melahirkan anaknya.
Tingkat keberhasilan IB sangat dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya yaitu, pemilihan sapi akseptor (sapi betina yang akan di inseminasi, biasanya sapi betina yang sedang birahi/ estrus), pengujian kualitas semen pejantan unggul oleh lembaga yang berwenang, akurasi deteksi birahi (estrus)sapi betina indukan oleh para peternak  yang merupakan saat terbaik dilakukannya IB dan ketrampilan inseminator (petugas inseminasi ). Dalam hal ini inseminator dan peternak merupakan ujung tombak pelaksanaan IB sekaligus sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap berhasil atau tidaknya program IB di lapangan.

Teknik Inseminasi Buatan
Pada dasarnya teknik inseminasi hanyalah menghantarkan semen ke dalam rahim induk sapi betina. Semen yang mengandung sel sperma jantan harus dihantarkan melewati cervix induk sapi betina. 









Bahan dan Peralatan Inseminasi Buatan

Alat yang digunakan untuk menghantarkan semen ini disebut dengan gun inseminasi. Berikut ini bahan dan peralaran inseminsai buataan selengkapnya:
1.    Straw, berupa pipet (semacam sedotan teh kotak dalam bentuk lebih kecil dan lebih panjang) sebagai kemasan tempat semen sapi jantan unggul tersimpan dengan aman.

2.    Container dan Termos straw (bisa juga dengan termos air ukuran kecil), digunakan inseminator untuk membawa bibit yang telah di kemas kedalam straw ke lokasi ternak sapi yang akan dikawinkan lengkap terisi N2 cair sebagai bahan pendingin yang berfungsi untuk membekukan sperma dalam straw tersebut.

3.    N2 Cair, Nitrogen cair yang berfungsi sebagai bahan untuk membekukan sperma dalam Straw dengan suhu beberapa derajat dibawah nol. Container dengan canister atau wadah straw, harus tetap dijaga  berisi Nitrogen cair. Volume nitrogen dalam Container harus selalu diperhatikan dengan jalan mencelupkan batang pengukur yang terbuat dari kayu ke dalam Nitrogen air . Volume N2 cair di dalam container tidak boleh kurang 3 inci (10 cm) dari dasar container.  Apabila terjadi sesuatu keadaan dimana N2 cair di dalam container tinggal setinggi 3 inci (± 10 cm), maka penambahan N2 cair harus segera dilakukan dalam waktu 12 jam. Nitrogen cair cadangan untuk menambah volume harus selalu tersedia. Jika Container tiap hari dibuka satu kali untuk mengambil straw, maka biasanya penambahan nitrogen cair dilakukan 3 minggu sekali.

4.    Gunting, sebaiknya gunting yang digunakan adalah gunting steril, gunting digunakan untuk memotong ujung straw semen beku.
5.    Artificial Inseminasi Gun, ini merupakan alat utama untuk menghantarkan semen beku ke dalam uterus sapi betina.
6.    Plastic Glove, sarung tangan dari plastik digunakan untuk melindungi tangan dari kotoran sapi, selain itu untuk menghindari penyakit menular baik yang zoonosis sekalipun.
7.  Plastic sheet, plastik perupa pipet (semacam sedotan limun) yang digunakan untuk membungkus batang gun inseminasi yang telah diisi dengan straw yang berisi semen beku.
8.    Pinset, digunakan untuk mengambil straw dari dalam termos
9.   Air dalam ember kecil, sebaiknya air bersih hangat digunakan untuk mencairkan semen beku.
1.   Kertas tissue, untuk membersihkan straw dan vulva.








Kunci Keberhasilan Program IB
Kunci keberhasil program IB tergantung dari 4 unsur yaitu:


1.  Kinerja inseminator, 
Kinerja  Inseminator sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan program IB dilapangan, untuk itu seorang inseminator perlu menjiwai tugas dan tanggung jawabnya  yaitu;
(a). melakukan identifikasi akseptor IB (sapi betina produktif) dan mengisi kartu peserta IB; (b). membuat program / rencana birahi ternak akseptor berdasarkan siklus birahi  (kalender reproduksi)   di wilayah kerjanya; (c). melaksanakan IB pada ternak; (d). membuat pencatatan (recording) dan laporan pelaksanaan IB dan menyampaikan kepada pimpinan Satuan Pelayanan IB melalui pemeriksaan kebuntingan  (PKB) setiap bulan; (e). melaksanakan pembinaan kelompok tani ternak atau Kelompok Peternak Peserta Inseminasi Buatan  (KPPIB) dan kader inseminator; (f). membentuk kegiatan pengorganisasian pelayanan IB./ Unit Pelayanan Inseminasi Buatan (ULIB) (g).berkoordinasi dengan petugas Pemeriksa Kebuntingan (PKB)  dan Asisten teknis Reproduksi (ATR)

2.  Kondisi Akseptor

Agar program kawin suntik atau Inseminasi Buatan (IB) dapat berhasil dengan baik, kondisi Akseptor (sapi betina produktif peserta IB) perlu diperhatikan. Adapun kondisi akseptor yang baik adalah:
-   Sehat, Fisik besar dan kuat,
-   Ambing besar dan elastis,
-    Puting sempurna (4 bh) dan letaknya simetris dan agak panjang.
-   Perut besar
-  Tulang pinggul lebar
-   Vulpa besar, licin. Mengkilat, cembung dan tidak berbulu,
-   Umur minimal 18 bulan
Untuk sapi yang berbadan kecil seperti sapi bali, IB  sebaiknya  dilakukan setelah  kelahiran anak pertama hasil perkawinan  secara alami.
Untuk sapi yang telah melahirkan, perkawinan selanjutnya dilakukan setelah 2-3 bulan kemudian.

3. Peternak
Untuk mendukung terlaksananya program IB, peran para peternak sapi  sangat dibutuhkan terutama dalam hal :
-  deteksi birahi / pengenalan terhadap tanda-tanda birahi
- sistim pelaporan yang tepat, terutama laporan birahi kepada inseminator
-  perawatan akseptor dan pedet hasil IB

4.  Kelompok Peternak Peserta IB (KPPIB)

Keberadaan KPPIB dalam pelaksanaan program IB sangat diperlukan guna mempermudah arus informasi dan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana IB seperti Kandang penanganan (kandang jepit) dan lain sebagainya.
Saat ini kegiatan kawin suntik pada ternak sapi telah banyak dilakukan secara swadaya, sehingga untuk mendapatkan pelayanan kawin suntik pada ternak sapi, peternak dapat membiayai sendiri. Sedangakn untuk mendapatkan informasi pelayanan kawin suntik pada ternak sapi dapat menghubungi inseminator yang berada di wilyah setempat, dan apabila tidak ada inseminator dapat meminta informasi baik kepada dokter hewan/mantri hewan/ penyuluh pertanian setempat maupun ke dinas peternakan kabupaten /kota atau dinas yang membidangi peternakan.

Untuk memudahkan petani peternak mengetahui ternak sapinya birahi dan segera dapat melaporkan ke inseminator atau penyuluh untuk mendapat pelayanan kawin suntik secara tepat , ada beberapa tanda-tanda birahi yang perlu diketahui oleh peternak antara laiin: (a) sering menguak; (b) gugup dan agresif; (c) menaiki sapi lain; (d) kurang nafsu makan dan kurang menghasilkan susu; (e) lebih awal bangun dari sapi-sapi lainnya; (f) alat kelamin betina basah, bengkak, merah, hangat (Abuh, Abang, Angat yang disingkat 3 A)  dan mengeluarkan lendir yang transparan. 

Dalam mewujudkan keberlanjutan kegiatan kawin suntik pada ternak sapi yang lebih menguntungkan dan penanganan khusus peranakan sapi unggul, selain diperlukan peran aktif inseminator dan petugas Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi Peternakan dalam pembinaan kelompok tani ternak diperlukan juga peran aktif para penyuluh pertanian sebagai mitra petani.


Disarikan dari beberapa sumber referensi diantaranya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda