Rabu, 27 Juli 2011

Handphone Jadul

                                                             Image from Shutterlock.com

Ketika subuh sudah berlalu dan matahari mulai menampakan dirinya, indah dengan sinarnya menerangi alam sehabis semalaman tidur lelap diiringi hujan rintik, kemudian gelap.dengan tiba-tiba saja menyergap karena wilayah kita terkena giliran pemadaman oleh yang punya perusahaan listrik negara.

Memang bagi masyarakat sebagai konsumen tetap perusahaan tersebut kadang-kadang harus sabar dan nrimo saja ketika pemadaman listrik mampir ke wilayah tempat kita, tanpa bisa kompromi walau saat itu sedang sangat membutuhkan pasokan energi tersebut. 

Kondisi terang dan gelap adalah dua sisi fenomena alam yang tidak terpisahkan dengan siklus kehidupan makhluk yang sangat dibutuhkan dan bergantung dengan keberadaannya. 

Siang lazimnya terang adalah waktu untuk menyambut aktifitas, mencari sebakul nasi beserta lauk-pauknya sehingga dapat disantap oleh seluruh anggota keluarga pada hari esok atau hari-hari berikutnya.
Jika ada uang lebih jangan lupa ditabung, kebiasaan baik tersebut dapat untuk  nambahin beli rumah atau kendaraan, bahkan bila perlu apa yang ada didunia ini boleh ditukar dengan benda ajaib tersebut jika ada duitnya. Ujar teman saya seolah ngelantur.

Yak…tentunya yang halal, yang haram mah kagak ada untungnye , rugi belipet kali akan didapatkan di dunia maupun di akherat, ujar Pak Ustadz ketika subuh tadi sempat ngobrol sehabis bubaran dari mesjid. Orang yang menafakahkan keluarganya dengan mencari rizki dengan cara yang haram sama saja dengan meracuni dirinya beserta keluarganya sendiri.

Lhooo kok, yaa begitulah, kata Bang Arief sambil ngucek kupi agar pahit dengan manis bercampur merata,  gimana kagak ngeracunin, keluarganya saja kagak ngingetin koo, Cuma bersenang-senang saja ketika berbelanja sana-sini, beli sesuatu agar terlihat berpenampilan tidak ketinggalan jaman, dia hanya mikir bagaimana caranya ngabisin duit sebegitu banyaknya, sampai tidak surut walau tujuh turunan..hehehe
lha ketika ketahuan ama aparat hukum,  habis deh,  photo diri ama namanya dipampang gede di media, kalo dia normal, malunya kagak mau ditinggal, melekat tuh ke seluruh anggota keluargga, udah habis-habisan, habis karena harga dirinya dan nama baik keluarganya jatuh ke dasar yang paling hina,  mau pindah rumah juga dunia ini rasanya seperti sempit, tiap ketemu orang dimana saja, walau belum tentu orang tersebut kenal sama dirinya, pikirnya semua orang  sudah terlanjur memberikan cap......nah kan, apa kagak nyap-nyap tuh,  belum lagi diakherat kelak. Wah…

Makanya jangan lupa  buat tabungan di akherat,  beramal sholeh dengan rejeki yang di jemput dengan cara halal jika ingin untungnya mau berlipat–lipat, ketika ikhlas menyertainya. Ujar pak Ustadz  menimpali.
Ketika malam menjelang selayaknya memang harus digunakan untuk istirahat, setelah siangnya menyambut hidup dengan segala problemanya. Tapi koo  dari malam menjelang sampai mendekati tengah malam, aku asik-asik saja nulis yak, nulis apa saja yang terlintas dibenak , nah  itulah kalau melaksanakan dengan suka cita, aneh juga yaaa,  paling hanya sedikit ngantuk,  untuk kemudian segera memanjakan tubuh  dengan selonjoran akhirnya tertidur pulas. 

Mati listrik ketika malam-malam memang menjengkelkan, apalagi ketika hujan turun rintik-rintik, lama lagi.
Nah dalam suasana demikian, teringat akan cerita seorang teman saya, kurang tau apakah pernah diceritakan olehnya kepada orang lain atau tidak. Saya mohon mafhum saja.
Sebuah cerita ketika teman saya  menunggu detik-detik isterinya  menjelang melahirkan dimalam yang gelap gulita lagi, hanya diterangi lampu tempel karena kebetulan listrik sedang padam.
Malam gelap, hujan rintik-rintik di rumah bersalin yang hanya dikomandani  oleh seorang Bidan desa, hal tersebut boleh di sebut sebagai  peristiwa menunggu yang  mendebarkan jantung, gugup tridak tahu apa yang harus dilakukan.

Dia mencoba berkomunikasi menggunakan telepon genggam miliknya untuk menghubungi saudaranya, namun hanya Ibunyalah yang sempat datang ketempat tersebut, Ibunya kurang dapat informasi  bahwa  listrik di tempat bersalin tersebut sedang mengalami giliran pemadaman. Jadinya alat penerangan minimal seperti lampu senter tidak dipersiapkan.

Teman saya gugupnya minta ampun ketika menghadapi peristiwa saat paling mendebarkan menjelang persalinan itu berlangsung dalam suasana gelap gulita hanya diterangi lampu tempel alakadarnya.
Persalinan tersebut berlangsung dengan susah payah ditolong Bidan Desa dengan bantuan teman saya sebagai seorang suami bersama dengan ibunya dalam suasana remang-remang. Alhamdulillah terlaksana dengan sukses, kini dia beroleh satu anak perempuan lagi. Dia tetap saja berucap syukur  karena persalinan tersebut dapat berlangsung dengan selamat walau ada sedikit permasalahan karena ada yang perlu di jahit sedikit katanya, kini anaknya menjadi dua orang perempuan yang melengkapi kehangatan keluarga.

Suasana persalinan tersebut beranjak tenang ketika lampu listrik sudah menyala, dunia kini terasa benderang kembali. Alat komunikasi yang sempat dia gunakan pada saat-saat genting tiba-tiba saja  berdering, Dia kembali merasakan kegugupan yang tak terkira, rasanya seperti lebih gugup ketika menjelang isterinya melahirkan tadi. telepon genggamnya yang terus menerus memanggil diselusurinya,  akan tetapi benda tersebut tidak juga ditemukan dimana diletakannya, dikantong celana maupun jaket nihil adanya, Dia berusaha mengamati disekitarnya, memasang telinganya lebar-lebar mencari  lokasi asal dari bunyi dering tersebut, namun usahanya kini sia-sia karena ternyata bunyinya sudah berhenti. Mukanya temanku tambah pucat, keringat dingin mulai menyergap. Alhamdullilah ketemu gumannya seolah hatinya bersorak , tergeletak ditempat tidur persalinan rupanya, terlindung diantara kain dan tubuh Istrinya yang kepayahan sehabis melahirkan....
Walaupun Hand phone jadul kalau dijual juga mungkin tidak ada yang minat, ternyata dalam situasi darurat tetap saja sangat  berguna walau hanya sekedar  dimanfaatkan sebagai alat penerangan untuk membuat lebih jelasnya pandangan mata Bidan Desa saat  sedang sibuk-sibuknya melaksanakan tugas berat menolong melahirkan satu  bayi lagi yang hadir kedunia dengan selamat.

Kegugupan yang luar biasa dari teman saya tersebut disebabkan karena  rasa khawatirnya yang mendalam, seandainya telepon genggam jadul miliknya yang tadi  digunakan sebagai alat komunikasi sekaligus juga berfungsi sebagai alat penerang yang cukup sukses membantu kelancaran proses melahirkan,  ketinggalan di kantung yang lain, di lokasi yang sudah dengan susah payah dan menanggung derita rasa sakit yang amat sangat dirasakan  oleh isterinya. 

Wooow………Alhamdulilah Ucapku….memberi selamat kepada temanku karena mempunyai momongan baru lagi...hahahaha

Selasa, 19 Juli 2011

Apartemen / Rusunami, Tentang program 1000 Tower, Ooh hunian kota...

   kfk.kompas.com

Kebutuhan akan Sandang, Pangan dan Papan merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat, karena tidak dapat dipungkiri bahwa pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan prasarat primer yang keberadaannya sangat penting sebagai masyarakat kaum beradab, salah satu saja dari kebutuhan tersebut tidak dimiliki maka tentu saja akan menghambat proses kenyamanan dalam beraktifitas hidup sehari-hari.
 
Sejak beberapa tahun terakhir pemerintah gencar untuk mempasilitasi kebutuhan dasar tersebut dengan berbagai program melalui institusi yang membidanginya, tidak terkecuali dengan semakin mendesaknya kebutuhan akan papan sebagai sarana tempat tinggal warga masyarakat baik di daerah maupun dikota-kota besar dengan berbagai alternatif pilihan untuk mendapatkan perumahan yang layak huni sesuai dengan kemampuannnya.

Dikota-kota besar yang sebagian masyarakat urban hidup didalamnya dengan berbagai permasalahannya ternyata kebutuhan  tempat tinggal yang layak huni ini sudah sedemikian mutlak dan dirasakan sangat mendesak, dikota besar banyak sekali masyarakat pekerja baik disektor pemerintah maupun swasta yang memerlukan tempat tinggal.

Permasalahan muncul ketika harga tanah dikota besar menjadi sedemikian melambung karena dipengaruhi oleh Hukum ekonomi pasar,  banyak permintaan maka harga akan semakin menjulang, dengan demikian untuk mendapatkan sebidang tanah dikota besar yang diperuntukan untuk tempat berpijak pembangunan rumah-rumah penduduk sudah  tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat perkotaan.
Permasalahan lain ketika masyarakat urban menyerbu peluang kerja ke kota-kota besar, maka jika tempat tinggalnya jauh dari pusat perkantoran akan tejerat dengan phenomena  hidup dikota metropolitan yang serba sibuk,  sangat akrab dengan kemacetan dimana-mana, pengguna kendaraan bermotor baik pribadi maupun umum sudah semakin tidak seimbang dengan keberadaan kapasitas jalan  untuk menampungnya, lambatnya pembangunan jalan baru dibanding dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor  sudah sedemikian tidak sebanding dengan penambahan sarana prasarana jalan, akibatnya kemacetan menjadikan hal yang lumrah dihadapi diruas-ruas jalan yang sibuk, kondisi jalan menjadi overload, kemacetan sudah merupakan santapan sehari-hari dan merupakan resiko yang harus dihadapi oleh sebagian besar yang hidup dan bekerka di kota-kota besar. Kondisi ini akan diperparah dengan dampak yang ditimbulkannya, penyakit masyarakat dikota-kota besar tidak jauh dari kebiasaan dan pola kehidupan sehari-hari, stress,  penyakit jantung, darah tinggi, penyakit disekitar alat pernapasan dan penyakit lain yang berhubungan dengan kemacetan  sudah sedemikian akrab ditelinga yang  menggenapi penyakit-penyakit lain yang umum diderita oleh masyarakat.
Program pemerintah yang dicanangkan oleh Kementrian Perumahan Rakyat untuk mengatasi kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat yang hidup dan bekerja di kota besar sudah semakin mendesak keberadaannya, hal ini sebenarnya telah direspon selain dengan berbagai upaya yang betujuan untuk menghindari kemacetan yang semakin meluas diberbagai ruas jalan diantaranya adalah dengan menggulirkan program apartemen bersubsidi (rusunami) yang dapat terjangkau oleh masyarakat perkotaan dengan penghasilan antara Rp. 2.500.000 – Rp. 4.000.000 perbulan. Program dari kementrian perumahan rakyat ini yang digembar-gemborkan mulai pada tahun 2007  pada umumnya disambut baik oleh masyarakat yang hidup dan bekjerja di kota besar dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut :

1. Harga tanah dikota besar sudah sedemikian tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh sebagian besar masyarakat perkotaan.
2. Bertempat tinggal di rusunami yang  harganya relatif murah ini akan memberi solusi untuk menghindari terjebak kemacetan yang membuat stress,  akibat sebagian waktu bekerja efektifnya tersita oleh antrian panjang yang sebenarnya merupakan kejadian  diluar dari kondisi internalnya, sebagai respon dari ketidak seimbangan antara penambahan ruas jalan dengan jumlah kendaraan yang semakin meningkat. Rusunami dianggap merupakan jalan aman untuk menghemat waktu, biaya transportasi dan berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat yang memilih alternatif untuk tingggal rumah susun , karena sebagian besar rumah susun dibangun dipusat-pusat kota yang letaknya bisa dipilih berdasarkan  kedekatan dengan tempat beraktifitas dan berkerja.
3. Karena pada umumnya apartemen  bersubsidi tidak luas cenderung mungil dengan demikian banyak sekali bajet yang dapat dihemat termasuk didalamnya adalah penggunakaan penerangan halaman rumah, pemeliharaan pekarangan rumah, biaya kebersihan rumah karena bentuknya yang mungil, penghematan penggunaan air dan biaya online internet karena dapat ditanggung renteng dengan sistem  Wifi.
4. Masyarakat perkotaan dan kaum urban kemungkinan besar banyak yang tertarik dengan program ini, karena untuk memenuhi segala kebutuhan fasilitas hidupnya dapat tersedia dengan mudah dilingkungan yang dekat  didaerah sekitarnya, seperti : sekolah, pusat perbelanjaan, tempat bermain anak-anak dan rumah sakit.

Dengan melihat berbagai keuntungan tersebut diatas tentunya banyak masyarakat yang diuntungkan dan memilih untuk tingggal di rumah susun tersebut, walaupun pada umumnya kebiasaan untuk hidup di lokasi yang tersentralisir dalam suatu ruang hunian bersama memang membutuhkan  proses adaptasi yang tidak ringan,  dalam budaya sebagian masyarakat Indonesia pada waktu di munculkannya program pembangunan 1000 towers dikota-kota besar di Indonesia ini dirasakan masih terkendala dengan kebiasaan hidup masyarakat pada umumnya yang masih menganggap hunian layaknya berhubungan dekat dengan tanah.
Keberadaan Program pembangunan apartemen bersubsidi ( Rusunami ) yang dicanagkan oleh Kementrian Perumahan Rakyat  saat ini sudah mulai kehilangan gaungnya, walaupun  pembangunannya di beberapa kota besar  saat ini masih berlangsung.  Kendala dari harapan masyarakat untuk memiliki hunian layak di apartemen dikota besar tersebut menurut REI terkendala dengan subsidi dana dan suku bunga yang dijanjikan oleh pemerintah kepada pengembang sejak permulaan dicanangkannya program tersebut, akibatnya saat ini harga hunian di apartemen sudah tidak terkena subsidi lagi, harga hunian apartemen kembali menjadi harga komersial.

Namun perlu untuk dicermati, barangkali berguna bagi masyarakat yang berminat untuk memiliki apartemen atau paling tidak rumah susun di kota anda yang menjadi idam-idaman anda, hati-hati dengan oknum pengembang petualang yang menjanjikan iming-iming yang menggiurkan, periksa bonafiditas pengembang, terdaftar di organisasi pengembang yang dapat dipercaya atau bisa saja terdaftar sebagai anggota REI, Jangan mudah tergiur oleh bujuk rayu serta promosi yang besar-besaran periksa kelengkapan perizinannya dan periksa lokasi serta harganya apakah cocok dengan harapan anda .

Mudah-mudahan pada tahun yang sedang dituju Tahun 2011, Masyarakat Urban merasa patut untuk mengatakan selamat tinggal hunian mahal diperkotaan, selamat tinggal kemacetan dan selamat untuk hidup hemat dipemukiman yang nyaman serta  sehat.


Tulisan ini pernah ditayangkan di Kompasiana pada tgl : | 31 December 2010 | 18:2 yang dihapus untuk  disimpan oleh penulis dalam pile komputer pibradi,  ditayangkan juga di Selaras ini, di reposting kembali  karena permasalahan Program Pemerintah dengan Pembangunan 1000 Tower, ternyata kurang menyentuh masyarakat Pekerja Urban  di kota besar yang berpenghasilan menengah ke bawah.

Minggu, 17 Juli 2011

Poligami membutuhkan keberanian dari berbagai pihak


Sekedar urun rembug masalah polygami diharapkan siapapun tidak gusar menyimaknya, ini hanya pendapat pribadi.



Polygami akhir-akhir ini menjadi topic yang cukup hangat untuk dibicarakan dan didiskusikan secara santai dikalangan para pria yang normal, pastinya ada yang pro dan kontra, saya rasa itu lumrah dan manusiawi berdasarkan pertimbangan rasional tidak berdasar nafsu belaka, sehingga masalah poligami menjadikan topic pembicaraan dan diskusi yang menjadikan enak dan sejuk untuk di dengar dan dicermati bahkan bisa menjurus kepada situasi yang lucu . Ya ..karena ada maunya …kali …bagaimana tidak, seorang yang berstatus suami dari istrinya dan ayah bagi anak-anaknya memandang perempuan lajang dengan segala kelebihan meberikan semangat dan cipta rasa greget bagi Pria.

Awalnya dari kesengajaan atau dengan tiba-tiba saja ketika pertemuan dengan perempuan idaman lain itu terjadi, kemudian berlanjut ke kisah pertemanan, saling kontak , sharing berbagai hal sehingga saling mengetahui kelebihan masing-masing. Situasi kembali berbunga-bunga setiap keduanya sempat saling curhat dan bercengkrama, saling mengagumi .
Kebalikannya perhatian terhadap istrinya sendiri yang sudah bergaul lahir batin sekian lama dalam satu rumah dalam satu ranjang , tempat tidur bersama bahkan telah dikaruniai beberapa putra dan putri, semakin besar menginjak kedewasaan sang anak akan mempertanyakan bahkan bisa protes terhadap perilaku ayahnya yang berubah total dan telah tega menyakiti hati ibunya sendiri , pada gilirannya akan timbul perasaan yang paling ditakuti olehsemua ayah yang normal ketika timbul anti pati dan pemberontakan batin dari jiwa sang anak tersebut terhadap bapaknya sendiri.

Dalam kondisi seorang Suami mabuk cinta dengan seorang perempuan idaman lain, ketika memandang perempuan yang notabene Istrinya sendiri dapat teramati dengan jelas, melihat detil kekurangannya, demikian fasih dan rinci setiap jengkal fostur fisiknya yang konon kabarnya telah berubah, sedikit sekali memperhatikan penampilannya dibandingkan ketika pertamakali dia pernah mencintainya dengan sepenuh jiwa,  larut dalam proses pacaran memadu kasih sekian lama. Kehidupan keduanya seolah tidak ada yang lebih indah dipandang mata. Hubungan suami-istri berasa tidak normal lagi, fantasi seorang suami tersita dengan bentuk fisik perempuan yang berparas cantik dan molek menurut ukuran kacamata pandangnya. Dan belum lagi ketika mengkalkulasi ala perhitungan matematika, bagai mana sikap seorang istri ketika melayani dan menggaulinya lahir batin dalam hidup dan berkehidupan selama kurun waktu hidup bersama .

Ada beberapa komponen ketika pria atau perempuan memandang seorang yang pantas dikatagorikan sebagai pasangan yang cocok sebagai pendamping hidupnya, yaitu berdasar kepada agamanya dan pelaksanaan real menjalankan ibadah sesuai dengan ketakwaan yang diyakininya, Bentuk fisiknya yang sedap dipandang, Harta kekayaannya dan kepribadiannya serta kedalaman pengetahuannya yang membuat nyaman dan tenteram untuk bercengkrama sehingga timbul semangat dan tumbuh harga dirinya sebagai seorang pria yang patut di sejajarkan dengan hero bak peran utama sebuah film jagoan yang merasa patut untuk melindungi segenap jiwa raga pasangannya dan keluarganya . Suatu perpaduan  antara anak manja yang butuh kasih sayang  dan sosok dewasaa yang ingin dianggap matang dan bertanggung jawab.
Tidak adil dirasakan oleh pihak istri ketika suaminya hanya melihat dan memandang istrinya dari sudut kelemahannya saja dengan menapikan Kelebihannya yang selama ini mereka rajut bersama-sama, dari mulai  saat ketika  proses pacaran  berlangsung (kalau memang itu ada) dan dalam kurun waktu sekian lama pengabdiannya, pencurahan kasih sayangnya terhadap suami yang dicintainya. Sudah kenyang rasanya menempuh onak duri , pasang surut serta naik turun dinamika kehidupan bersama yang dikecap rasa manis ranum mekarnya bunga cinta kasih sehingga beroleh anak-anak yang ganteng dan cantik yang paling dicintainya. Ketika sesaat kemudian ketakutan yang  dirasakan oleh sang istri bahwa bekas kekasihnya yang kini menjadi pendamping hidupnya suatu waktu  terbagi rasa kasih sayangnya antara suami dan anak-anak yang disayanginya, tapi kemudian toh kenyataan yang  dirasakannya sebagai karunia yang tak terhingga selama ini di cecapnya .
Dunianya yang disulam pelan tapi pasti sehingga membentuk suatu gambar hasil lukisan bersama yang tertata apik selama ini, seolah hilang tanpa bekas terbakar oleh bayang-bayang siluet yang terbersit dalam angan-angan fantasinya. Ya …memang kolaborasi dan kerja bareng selama kurun waktu tersebut saat ini beroleh buah hati dan kemapanan yang lazim sebagai hiasan dunia yang paling dicintainya, pelan-pelan terasa kabur warnanya, harumnya kini menjadi memudar.
sehingga seorang pria berdasarkan hasil  perhitungan yang matang merasa memandang polygami merupakan jalan keluar yang patut dilakukan karena sesuai dengan syariat.

Ketika menyangkut hak-hak kaum perempuan yang merasa terdholimi. Penghianatan komitmen bersama sewaktu memadu kasih sebelum melangsungkan perkawinan, menjadi hal yang sangat mendasar untuk direalisasikan secara serius. Bahkan kini ada yang berpendapat dan mendesak agar pada saat akad nikah terucap hendahnya diikrarkan pula point tidak akan melakukan polygami dari pihak calon suami yang dituntut oleh pihak perempuan, jika syarat-syarat istri telah terpenuhi, seperti :  kondisi fisik dalam keadaan sehat lahir batin, mendapatkan keturunan yang diidamkan dan tidak ada satu hal pun yang memberatkan seorang pria untuk menerima hak-haknya sebagai seorang suami yang normal. Seperti layaknya Fatimah Al Zahra anak kandung Nabi Muhamad Saw yang tidak pernah dimadu seumur hidupnya oleh Sayidina Ali bin Abu Thalib Ra suaminya, atau Siti Khodijah istri Nabi Muhamad Saw walaupun dinikahinya dalam keadaan status janda tetapi juga tidak pernah dimadu sampai beliau wafat.

Polygami kini menjadi momok yang menakutkan bagi istri-istri yang normal dengan tanpa mempertimbangkan alasan apapun yang tidak masuk diakalnya, Istri yang tidak mau dipolygami  dianggapnya bahwa seorang istri, tidak mau berbagi (Sharing) dengan wanita manapun sehingga menggangu semua yang telah didapat bersama demgan suaminya dalam kurun waktu mengarungi bahtera kehidupan rumah tangganya.

Polygami pada dasarnya adalah keberanian dari seorang suami untuk berbagi tentang segala sesuatu yang dimilikinya selama ini, kesehatan dan hasrat biologisnya, harta kekayaan, kasih sayangnya dan anak-anak yang paling dicintainya dengan perempuan lain yang memenuhi syarat sah baik agama maupun Negara dengan seadil-adilnya sesuai tuntutan Nash.

Keberanian dan keadilan menjadi topic perdebatan yang seolah tidak berujung kepada kesimpulan yang melapangkan bagi kedua belah pihak yang hendak berpolygami, pihal Suami atau pihak istri.
Berbeda dengan konsep polygaminya Nabi yang sejuk ketika kita membacanya dalam suatu riwayat yang sempat tercerna oleh kacamata awam seperti saya ini.  Karena Beliau adalah Nabi dalam bimbingan Alloh SWT, Seorang Nabi yang diakui cemerlang dalam segala hal, strategi dan politiknya . Beliau juga seorang panglima perang yang tangguh dimedan pertempuran dan banyak kelebihan lainnya selain perilakunya dan buah pikirnya begitu mencerahkan pada jamanNya saat kejadian tersebut berlangsung, akan tetapi juga diyakini hikmahnya menembus ke era lain yang kita tidak dapat mengetahui dan memahaminya, sehingga panji-panji Islam berkibar sampai dengan saat ini bahkan sampai kiamat nanti.
Konsep Keberanian dalam kontek poligami adalah keberanian untuk harsrat berbagi antara istrinya tersebut diatas dengan perempuan lain diluar anggota keluarganya , untuk kemudian menuju jenjang perkawinan sah secara agama dan hukum Negara dengan berlaku seadil-adilnya sesuai tuntutan Nash.

Keberanian tersebut seyogyanya selain harus dimiliki oleh pihak suami juga dituntut dengan ikhlas dan ridho dari pihak istri secara sadar tidak ada tekanan apapun dan dari manapun. Karena paradigma berbagi (sharing) ini akan berimbas kepada pola hidup kedua belah pihak, terutama akan lebih berat dirasakan oleh pihak istri dibanding sang suami normal yang tentunya happy- happy aja.
Ya ….memang masuk akal, karena pihak istri harus menanggung keberanian dengan hati yang ikhlas dan ridho untuk kemudian melayani segenap kemampuannya dengan  jiwa yang  tercabik-cabik pada saat berbagi dengan perempuan lain. Berbagi tentang hasrat biologis suami bahkan mungkin sekujur tubuh seutuhnya dari sang suami, kasih sayangnya , harta kekayaan dan anak-anaknya yang paling dicintainya yang merasa khawatir akan terkurangi jatah rezekinya. Ya memang semuanya menyangkut perhiasan dan keindahan dunia yang tiada bandingannya sebagai pelengkap dari hidup dan berkehidupan. Pada gilirannya akan menghasilkan keberanian polypalent dari dinamika hidup dan berkehidupan sebagai seorang suami yang berpolygami dengan segala resiko dan tantangan yang harus dilaluinya, selayaknya tidak melulu masalah kenikmatan dan fantasi seksual dengan mengumbar nafsu syahwat belaka.

Konsep keadilan, ya…keadilan itu menurut saya adalah hak prerogatif Alloh SWT semata, tidak ada rasa keadilan yang hakiki dapat memenuhi kepada berbagai pihak secara adil selain Keadilan dari Alloh itu sendiri. Tidak ada yang sama detailnya, sifatnya, nasibnya bahkan matinya dari setiap diri manusia yang diciptakan oleh Alloh, bahkan yang kembar identikpun akan ada perberdaannya jika konsep keadilan itu adalah penyamarataan. Barangkali yang paling rasional adalah keadilan berdasar pendekatan proporsional. Sesuai dengan kemampuannya untuk memikul beban dan fungsi kehidupannya didunia. Keadilan sebenarnya adalah ketika kita sebagai umat dihisab dihadapanNya , menurut amal baik dan segala dosa yang pernah dilakukan selama kita hidup mengisi waktu di dunia ini. Konsewensinya adalah surga atau neraka.
Ya.. Persoalan Ridho dan ikhlas dalam berbagi terhadap masalah keduniawian ini adalah masalah persepsi Jiwa , Jiwa yang berserah diri hanya kepada Alloh Swt sajalah sang pencipta setiap diri dan bumi dengan segala isinya yang menentramkan ketika beroleh cobaan yang berakibat berlipat gandalah amal solehnya, yak….karena perempuan adalah makhluk yang diciptakan Alloh dengan ladang amalnya yang tak ternilai banyaknya ketika ridho dan ikhlas melahirkan anak-anaknya, melayani dan berpartner memimpin keluarga. Bahkan wafatnyapun terhadap isteri yang sakinah mawadah wa rokhmah demikian itu, tanpa proses hisab yang menilik kepada timbangan baik buruk setiap langkah dalam perilaku kita sehari-hari. demikian keterangan yang saya dapat selama ini  dalam suatu kesempatan menyimak beberapa referensi yang saya dapat.
Tanpa Hisab Yaitu suatu kondisi derajat tertinggi yang diberikan Alloh Swt kepada isteri yang mempunyai karakteristik demikian yang membikin iri para syuhada yang telah rela mencari kematian dimedan pertempuran yang ganas dalam membela panji-panji Islam .
bagi perempuan yang terlanjur dipolygami Ya…lebih baik ikhlas dan ridho saja dari pada berkeluh-kesah untuk mencoba memahami dunia dan melampiaskan hawa nafsunya yang tidak terkendalikan sehingga berujung kerugian kedua kali.

Jangan ditanyakan kepada saya dengan pertanyaan ”berminatkah anda untuk Berpolygami”…karena saya merasakan diri masih sebagai suami pecundang yang belum mampu bersikap adil sempurna  untuk bisa berbagi terhadap apa yang selama ini kami miliki. Ya…karena ala kadarnya saja yang saya punya.(Demikian pendapat sahabat saya seorang Pria sekaligus seorang Suami dari istrinya dan Bapak bagi anak-anaknya)…
Tamat.

Mohon agar dimaafkan kalau ada salah-salah kata.

Sabtu, 16 Juli 2011

HJC ke 334 Cianjur Dalam Kirab Budaya Jawa Barat Wilayah Priangan II

Dalam Ranngka hari jadi Kabupaten Cianjur yang ke 334, Wakil Gubernur Jawa Barat H. Dede Yusuf Efendi, Rabu (13/7)   melepas Peserta Helaran Seni Budaya Tradisi dalam rangka Hari Jadi Cianjur ke 334 tahun 2011, bertempat di Lapang parkir Hypermart, dihadiri Wakil Bupati Cianjur dr.H.Suranto,MM, Unsur Muspida, Ketua DPRD dan Anggota, para Kepala OPD, utusan dari Kabupaten/Kota yang ikut Helaran serta sejumlah undangan lainnya. Wakil Gubernur Jawa Barat dalam sambutannya mengucapkan selamat Hari jadi bagi kabupaten Cianjur, dan mengucapkan terimakasih kepada seluruh warga masyarakat dan pemerintah kabupaten Cianjur atas terselenggaranya kegiatan Helaran ini serta semoga di tahun-tahun mendatang, kegiatan seperti ini terus ditingkatkan.
Sementara Wakil Bupati Cianjur dr.H.Suranto,MM dalam sambutannya mengemukakan, dengan hari jadi Cianjur yang ke 334 ini, marilah kita tingkatkan pengabdian kita terhadap pembangunan di Kabupaten Cianjur serta adanya kegiatan helaran ini bisa menambah hasanah budaya kita dan diharapkan helaran ini menjadi agenda tahunan di Kabupaten Cianjur.
Sementara itu ketua panitia Helaran Administratur Perum Perhutani /KPH Cianjur Ir.Hezlisyah Siregar.MF.MBA. Dalam laporannya mengemukakan,jumlah peserta yang mengikuti kegiatan helaran sebanyak 8 kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kota Bogor dan Kabupaten Cianjur, yang masing-masing mengirimkan 3 jenis kesenian tradisional, diantaranya Kabupaten Bandung mengirimkan seni dog-dog reak, badawang dan benjang, kabupaten Bandung Barat mengirimkan seni bangkong reang, sasapian dan mamanukan, Kota Cimahai mengirimkan keprak sayap cimahi membangun, seni keprak, keprik dan kepruk serta seni chima, kabupaten Purwakarta mengirimkan betok,genje dan ngarak dalem sumeren, Kabupaten Sukabumi mengirimkan seni topeng cepet, tebar tukik, srikandi midang pasundang hudang, Kota Sukabumi mengirmkan seni raja patih goah, bola leungeun seuneu, betok pusaka, kota Bogor mengirimkan seni patok jajar, genta adipura,awi sadana dan kabupaten Cianjur mengirimkan seni rengkong kenteng, kuda umpal dan seni pelung manggung serta diakhiri dengan arak-arakan dari tiap-tiap kecamatan yang ada di kabupaten Cianjur.(wn).

Sumber : Cianjur Cyber city
sumber: cianjurkab.
Sumber Photo :Cucum Kulsum



Rabu, 06 Juli 2011

Penerimaan PNS, Pemborosan Anggaran Negara


Sumber Gambar : poskota.co.id

Permasalahan PNS merupakan isu yang kompleks, bukan hanya masalah pemborosan anggaran atau jumlahnya yang overload. Ada berbagai macam variabel yang harus dilibatkan dalam menganalisis masalah PNS ini. Sebagaimana prinsip dalam menulis dan berpendapat: akurat, akurat dan akurat, maka tidak sepantasnya menilai masalah PNS ini hanya dari pendekatan subyektif. Paradigma “pokoknya salah” adalah paradigma yang harus dijauhi.

Mari kita lihat fakta berikut:

1. Dari analisa pendekatan anggaran Pemerintah pusat: jumlah APBN 2011 berjumlah 1.229 Trilyun. Dari jumlah tersebut belanja operasional PNS sebesar Rp.180.6 Trilyun atau mendekati persentase 15%. Sementara belanja modal (untuk pengembangan infrastruktur dan sebagainya) hanya Rp.121,7 triliun atau hanya sebesar 10%. Dana operasional PNS lebih besar daripada belanja modal. Ini jelas tidak sehat. Menkeu menyadari betul hal ini dan pernah mengatakan beban PNS sudah overload, dan menawarkan opsi pensiun dini. Hal ini agar belanja oeprasional PNS dapat ditekan dan dapat dialihkan ke belanja modal agar pembangunan infrastruktur jalan dan sebagainya dapat lebih banyak.

2. Analisa pendekatan anggaran Pemerintah Daerah: belanja operasional PNS umumnya menghabiskan 60% APBD. Sementara jumlah ideal adalah harus tidak lebih dari 40% APBD.

3. Analisa pendekatan jumlah PNS ideal: total jumlah PNS di akhir 2010 adalah 4.5 juta jiwa atau sebesar 2% dari total penduduk. Jumlah ini masih berada di angka wajar, karena idealnya adalah memang 2%. Permasalahannya bukan di situ, tetapi sebarannya tidak merata. PNS mayoritas berada di pulau Jawa, dan umumnya banyak yang meminta mutasi dari pulau-pulau yang “jauh dari peradaban” atau daerah terpencil ke k0ta-kota besar. PNS yang berada di daerah terpencil sebetulnya masih sangat kurang, tetapi entah kenapa mereka banyak yang memilih di kota-kota besar.

4. Analisa pendekatan budaya: di pedesaan, umumnya status PNS dapat menjadi kebanggaan tersendiri. Ada pandangan stereotif masyarakat desa, bahwa PNS adalah strata tertinggi dari masyarakat. Pokoknya setiap orang berlomba-lomba untuk jadi PNS, karena persepsinya kerjanya tidak terlalu susah, dapat pensiun hingga meninggal dunia. Ini akan terus menambah angka jumlah PNS di daerah. Jika tidak diatasi secara dini, maka dana APBD tidak akan lagi maksimal untuk mensejahterakan rakyat.

5. Analisa pendekatan fungsi: pegawai sipil di mana pun negara jelas harus ada, karena sebagai SDM untuk melayani masyarakat. Permasalahannya bukan di fungsi tapi karena di daerah jumlah PNS tidak berimbang, maka banyak PNS yang tidak melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat secara maksimal. Anda sudah tahu semua bagaimana gejala-gejala yang menunjuk kepada hal ini.

6. Analisa pendekatan politis: jelas PNS sering menjadi target tujuan politik, apalagi pada saat pemilu. Dengan mendekati corong PNS di pusat, maka otomatis akan menguasai suara 4,5 juta orang. Satu angka yang tidak bisa disepelekan.

7. Analisa pendekatan ekonomis: yang ini sudah sangat jelas, gaji PNS sangat diandalkan oleh keluarga untuk menghidupi isteri dan anak. Apalagi gaji PNS sekarang sudah tinggi (berada di atas UMR dan UMP). Secara ekonomis, PNS terhitung mapan. Karena selain gaji, juga mendapat tunjangan kesehatan, dana pensiun, dsb).

Di DPR sendiri masalah PNS dan non-PNS merupakan isu yang mengendap. Disebut mengendap karena tidak muncul di permukaan tetapi masalah itu nyata dirasakan. PNS agaknya cemburu kepada Tenaga Ahli (TA) seperti kami karena gaji TA umumnya 2x lipat gaji PNS. Tenaga ahli umumnya merasa geram juga diperlakukan seperti itu. Bahkan dari PNS Setjen DPR sempat terang-terangan bicara di media massa bahwa Tenaga Ahli tidak ada kerjaan. Itu sungguh satu penilaian yang over generalisir. Tenaga Ahli juga menilai yang sama, justru PNS yang lelet kerjanya. Semua masalah sangat birokratif sehingga mengurasi waktu kerja. Kalau masalah honor, Tenaga Ahli mendapat honor lebih besar karena pegawai fungsional keahlian, dan tidak mendapat tunjangan apapun. Semua sudah include di gaji. Tidak ada tunjangan kesehatan, tidak ada tunjangan jabatan, dan tunjangan-tunjangan lain seperti yang diperoleh PNS. Jika dihitung sebenarnya gajinya sama. Tetapi tetap saja kecemburuan itu ada. Saya pernah mengatakan, jika memang cemburu mari kita tukar tempat, PNS jadi tenaga ahli dan saya yang jadi PNS, tapi tidak mau juga mereka.

Kembali ke masalah PNS, dari pendekatan-pendekatan di atas, sebetulnya masih banyak lagi pendekatan yang dapat digunakan. Namun secara umum itulah tujuh hal yang terkait dengan masalah PNS ini. Pertanyaannya: lantas harus diapain PNS?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tidak bisa didekati dengan cara yang destruktif dan subyektif. Analoginya, jika ada tikus di rumah jangan sampai dibakar rumahnya, tetapi kejar tikusnya. Atau jika ada nyamuk jangan ditembak dengan meriam karena hasilnya akan percuma, nyamuknya tetap ada rumahnya akan hancur.

PNS harus tetap ada itu harus dipegang. PNS-PNS nakal ini yang harus diatasi. Caranya adalah dengan pendekatan sistem. Dulu sudah ada rencana untuk diterapkan sistem merit (merit system). Tapi sampai saat ini belum juga diterapkan. Padahal sistem ini merupakan solusi ampuh untuk mengatasi masalah-masalah PNS di atas. Sistem merit merupakan pembayaran imbalan (reward) yang dikaitkan dengan jasa atau prestasi kerja seseorang atau manfaat yang telah diberikan kepada organisasi. Artinya pembayaran gaji atau tunjangan diberikan berdasarkan kinerja.

Implikasi dari sistem merit ini seseorang yang memiliki kinerja yang baik, maka akan memperoleh imbalan yang lebih tinggi begitu pula sebaliknya. Artinya, semakin tinggi kinerja yang diraih PNS akan semakin tinggi pula kenaikan imbalannya. Hal ini bisa menjadi solusi, karena yang terjadi adalah tidak ada penilaian kinerja di antara PNS. PNS yang malas dengan PNS yang rajin sama-sama mendapat gaji yang sama (jika sama golongannya). Ini jelas melawan konsep keadilan, di mana keadilan merupakan salah satu pilar dari Pancasila. Wajar jika akhirnya ada penyakit menular, yaitu penyakit malas yang menular karena tidak ada perbedaan perlakuan.**[harja saputra, TAA-539)



Sumber Tulisan :http://birokrasi.kompasiana.com/2011/07/06/semut-senayan-bicara-tentang-pns/