Minggu, 05 Juni 2011

Menapak Bumi





Seorang Lelaki pencinta komik silat berimaginasi, meyakini dirinya sudah menjadi pendekar sakti, punya banyak murid karena dapat memanpatkan aji mancala putra mancala putri yang dia anggap sebagai hasil berguru bertahun-tahun kemana-mana dan diperoleh dari hasil bertapa sekian lama di tempat-tempat angker, hasil upaya dengan segenap peluh harta dan tenaga untuk mendapatkan guru luhur  jembar penguasaan ilmunya nun jauh di dalam gua ditengah hutan lebat. Petunjuk guru yang wanti-wanti di tularkan kepadanya yaitu tidak boleh kurang maupun lebih harus bertapa berpuluh-puluh hari untuk mendapatkan buku mantera sakti mandra guna dari tuhannya. 

Setelah segala petunjuk dilaksanakan dengan tuntas, berhasilah dia memperoleh buku matera mancala putra mancala putri tersebut, diumumkan kepada seluruh negeri bahwa dia sudah menjadi manusia sakti karena keberhasilannya mendapatkan ilmu yang mumpuni. Sesumbarnya kepada para penduduk negeri telah membuat gentar yang mendengarnya, “barangsiapa yang menentang setiap petunjuk yang tertulis dari buku mantera sakti akan dikutuk menjadi kodok”. Akhirnya setelah selama bertahun-tahun dia menjadi manusia disegani oleh masyarakat karena dianggap kesaktiannya yang menonjol, dia bahkan telah berhasil merekrut beberapa murid sebagai anak didiknya. 

Namun suatu hari ketika melihat burung bersarang ditempat-tempat tertentu, pohon-pohon tumbuh dengan perbedaannya masing-masing serta air beriak disungai, didalamnya hidup ikan-ikan sebagai makhluk yang berbeda dengan hewan yang hidup didarat, mengamati matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat kemudian tergantikan oleh bulan ketika malam sudah muncul di cakrawala berbeda jauh bahkan bertolak belakang dengan apa yang tertulis dalam buku sakti tersebut.

Setelah sekian lama dia pelajari dan renungkan dalam-dalam isi akan buku mantera sakti tersebut ternyata tidak lebih dari pengetahuan yang dimiliki anak balitanya yg kegirangan karena sudah berhasil menggambar mobil dan gunung di selembar kertas, pada kenyataannya setelah melihat hasil karya anaknya tidak ubahnya hanya berupa corat-coret tidak karuan, bahkan tidak bernilai seni sedikitpun, tampak seperti benang kusut yang terlalu ruwet. 

Perbedaan persepsi tehadap imaginasi hasil menggambar antara orang dewasa dan anak menyadarkan bahwa kesaktian yang dia yakini hasil belajar dari buku matera pemberian tuhan angker ternyata diawang-awang, tidak masuk akal, tidak menginjak bumi bertentangan dengan apa yang dilihat, diamati dan dianalisa oleh pikirnya bahkan terhadap keseharian yang dialaminya sendiri, tidak sesuai dengan siklus kehidupan alam sekelilingnya. Sang lelaki mulai berpikir bahwa ada yang salah tentang tuhan yang telah memberinya buku mantera tersebut, buku manteranya tidak rasional dicermati oleh akal sehat sebagai hambanya, tidak membumi bahkan terkesan persis seperti coretan anaknya yang sekolah taman kanak-kanak pun belum dialaminya, boleh jadi buku mantera tersebut palsu atau dipalsukan oleh pemberi petunjuk bahkan bisa saja tuhan yang diyakini sebagai pemberi buku matera  memang direka-reka,  salah kaprah, salah memberikan petunjuk, ternyata bukan diperuntukan bagi makhluk dibumi yang sehari-hari dihadapkan dengan kenyataan sebagaimana sistem bumi dan makhluk yang ada diatasnya berproses…hahahaha untung kesaktiannya belum dicoba dengan kekuatan peluru senjata api, kalau tidak sempat keburu sadar dia beserta seluruh muridnya akan mati konyol diterjang besi panas, gumannya.

Buru-buru dibubarkan padepokan pengolah kesaktian yang dipimpinnya sambil memberi wejangan bijak kepada murid-muridnya agar bertindaklah menapak bumi jangan mengawang-awang. “Nak, belajarlah ilmu yang akan menenteramkan hati, memperhalus budi, menambah pengetahuan dan wawasan tentang alam dan sekitarnya, raihlah ilmu sebanyak-banyaknya untuk menjadi manusia yang berguna bagi dirimu dan bagi bangsamu.

Akhirnya buku mantera yang telah dia peroleh dengan susah payah tersebut dibakar, dikembalikan kepada alam yang telah mendidiknya kepada kearifan logis, yang mampu menuntunnya tentang hidup sehat lahir batin menapak dipermukaan bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda