Minggu, 30 September 2012

Rindu yang tergagap







rindu itu telah lama beku menjadi batu menjadi fosil 
menjadi hidup tanpa larik, tanpa musik, tanpa syair tuk bernyanyi
bersidekap diantara deru dan badai 
berkesiap di setiap lirik memindai


akrabmu adalah badai topan
candamu ombak bergulung tinggi kemudian ganas menghempas
saat sebelumnya rindang mampu melindungi terik diteduhnya
kau malah berlari, menjauh dari dekap dan lambainya


berkelebat yang tidak terduga sebelumnya
saat semilir itu mengabarkan tentang sebuah rindu yang lelah
yang menunggu tanpa batas tanpa syarat
tanpa ada sesuatu pun dapat menghalangi, tanpa perlu dibayar meski dengan janji


terlihat senja masih menyimpan teduh
membawamu ke suasana lunglai luruh
derai tawamu pun terbata menyimpan tangis berlabuh rindu
gerimis tak tertata luber menghapus dahaga yang lama kemarau


dalam rukuk sujudmu mebasahi jemari kaki yang telah renta
yang ditelapaknya tersimpan maaf sedalam seluas samudra
suaramu lirih menyebut satu kata pelebur dosa penghapus nista
IBU…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda