Rabu, 23 Oktober 2013

Dilema Seorang Penulis








Dari sekian banyak  insan yang merasa diri sebagai penulis, baik itu karena  memang sudah profesinya ataupun mereka yang sering membuat tulisan dalam bentuk apapun baik fiksi ataupun non fiksi, akhir-akhir ini marak menjadi bahan  pertanyaan ataupun hanya sekedar berdialog curhat kepada diri sendiri : “apakah saya sebagai penulis atau bukan.”

Penulis kerap di sematkan bagi orang yang melakukan pekerjaan menulis, atau menciptakan karya tulis dengan menggunakan alat tulis baik di media konvensional seperti yang pernah dilakukan sejak jaman baru mengenal bentuk-bentuk, berupa gambar seperti pada zaman purba,  kemudian berkembang menjadi symbol yang mengandung arti rumit sampai kepada merangkai dan mengotak-atik huruf yang lazim pada saat ini, di kertas atau buku maupun di berbagai media yang lebih canggih lagi seperti  lazimnya dilakukan pada jaman modern saat ini  dengan menggunakan perangkat komputer  ataupun media sejenisnya.

Pada jaman modern sekarang ini, kemudahan untuk melakukan kegiatan menulis semakin berkembang dan relatif  lebih nyaman jika dibandingkan jaman dahulu kala, terbayang yang pernah dialami oleh diri sendiri ketika dulu berkesempatan menulis dengan menggunakan mesin tik, jika ingin mendapatkan tulisan rangkap maka diantara kertas di lampirkan sejenis kertas berwarna hitam orang menyebutnya sebagai kertas karbon, walaupun berabe tetapi bunyi  tak-tik nya seolah kesibukan menulis dihibur oleh alunan nada-nada dalam sunyi yang selalu  menemani, walaupun pada kenyatanya tetaplah hanya serupa nada sumbang, jika terdapat kesalahan pengetikan maka cairan putih melapis bagian yang salah tersebut kemudian diketik ulang hingga sampai dirasa sempurna. Seiring dengan perkembangan jaman yang melaju pesat terutama di bidang  ilmu dan teknologi, maka saat ini kegiatan menulis sudah semakin mudah dan menyenangkan.

Pada dasarnya yang paling awal dalam seni keterampilan menulis adalah mengenal huruf, serupa symbol bersifat universal yang mempunyai bunyi khas pembeda ketika di ucapkan antara satu dengan huruf lainnya. Rangkaian huruf  berubah menjadi kata yang mempunyai arti dan makna,  terus berkembang hingga membentuk kalimat, paragraf sampai kedalam bentuk tulisan utuh sebagai alat untuk menyampaikan buah pikir, gagasan maupun perasaan yang dapat di komunikasikan kepada pihak lain yang dapat  menerima.

Setiap Suku dan Bangsa pada awalnya sudah mengembangkan jenis huruf dan metoda cara penulisannya, seperti misalnya kita kenal huruf Latin, Hiragama, Yunani, Hanji, Arab  dll, demikian pula berbagai suku di Indonesia dikenal di beberapa daerah mempunyai jenis huruf khas, seperti suku Jawa dengan huruf Jawi atau di tatar Sunda lazim sebagai aksara Sunda dsb.  Cara menulis  rangkaian huruf pun berbeda pula seperti huruf Hanji pada mulanya ditulis dari atas kebawah, sedangkan menulis dengan bahasa Arab dari kanan ke kiri tetapi pada umumnya huruf, kata dan kalimat ditulis dari kiri ke kanan dalam selembaran media sebagaimana lazimnya  menulis yang sudah dikenal umum di seluruh dunia, bahkan saat ini berkembang  sampai kepada symbol pun mempunyai arti yang lebih luas dibanding masa sebelumnya, seperti symbol @, #, *  dan yang lainnya lagi yang luput di ketahui  oleh saya sendiri  tetapi merupakan hal yang umum di pahami oleh mereka yang berkecimpung di dunia IT dan komunikasi.

Sejak berabad lamanya perkembangan penciptaan karya tulis yang tadinya sebagai alat komunikasi penyampai buah pikir, gagasan serta perasaan, bahkan dulu di jaman Nabi kegiatan menulis dan mencatat naskah bernilai religious pun yang kegiatannya murni hanya memburu pahala amal-ibadah yang jauh dari  kepentingan ekonomis hanya semata untuk dakwah, kemudian berkembang sampai ke jaman yang kita pijak saat ini dimana kegiatan menulis sudah berorientasi kearah yang  mempunyai nilai ekonomis tinggi. Seiring dengan semakin meningkatnya masyarakat yang gemar menyerap ilmu pengetahuan,  teknologi  serta kebutuhan untuk mendapatkan inputcita rasa seni sastra dengan jalan membaca, penulis sudah merambah ke berbagai ragam media tulis-baca sehingga dapat memberi kemudahan kepada penikmatnya untuk mendapatkan pilihan yang sesuai dengan minatnya.
Namun demikian, tujuan dari seorang penulis  sangatlah komplek,  motivasi menulis antara satu orang penulis dan lainnya sangatlah berbeda, sebut saja diantaranya ada yang berpendapat bahwa menulis  sebagai media terapis, hobi atau hanya sekedar berlatih agar terbiasa berfikir runut untuk memudahkan menyampaikan ide serta gagasan  sehingga sampai ke sasaran dan bermacam-macam tujuan lain yang sifatnya personal. Saya sendiri aktif menulis, baik  hanya untuk sekedar di simpan di file PC terkadang juga di sematkan di berbagai media seperti blog pribadi, Kompasiana dll yang sifatnya sebagai arena menangguk ilmu dalam pembelajaran menyalurkan minat menulis yang barangkali kalau tidak tersalur malah hanya membendung dikepala saja, tidak berkembang, hanya sebagai harapan pasif di awang-awang semata, bisa saja tulisan tersebut nantinya dalam suatu kesempatan tertentu di sempurnakan di sana-sini, di edit lagi di rangkai antara  satu tulisan dengan yang  lainnya dalam format yang diinginkan untuk di coba dikirim ke media mainstream.

Maka seiring berkembangnya dunia kepenulisan , dari tahun ke tahun barometer  sukses atau tidak sukses nya seorang penulis walaupun sifatnya relatif atar sesama penulis, tetapi pada jaman sekarang ini anggapan bahwa tujuan utama kesuksesan seorang penulis adalah memburu nilai ekonomis, mengharapkan karyanya menjadibest seller adalah sesuatu yang  dianggap lumrah, sangat wajar dan sah-sah saja sehingga  seiring dengan semakin meningkatnya kepedulian masyarakat  yang gemar membaca untuk menyerap buah pikir, gagasan, sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan  serta kebutuhan untuk mendapatkan input cita rasa sastra, maka berkembanglah berbagai jenis pelatihan kepenulisan, meningkatnya penerbit untuk mencetak buku-buku yang membahas tentang tata-cara menulis yang baik sampai kepada berkembangnya  group dan komunitas penulis dalam ajang berhimpun bagi mereka yang mempunyai kegemaran menulis  di media yang sama. Komunitas blogger biasanya aktif menulis di blog pribadi  bahkan di jejaring sosial lainnya, pun kini di dunia maya ramai mengadakan even-even pesta bersama dalam menulis karya fiksi, seperti yang hangat berlalu akhir-akhir ini dimana komunitas penulis karya fiksi di FB bertajuk Fiksiana mengadakan even akbar Festival Fiksi Anak bekerjasama dengan penerbit Mizan dan Kompasiana, adalah sesuatu yang boleh disebut selangkah lebih maju dalam menyemarakan kegiatan rutin yang kerap Fiksiana sering mengadakan even-even  menulis karya fiksi menarik untuk menjaga agar komunikasi tetap terjalin antar sesama anggotanya baik di alam maya maupun nyata.

Jadi menurut saya, siapapun yang terlanjur nyebur ke dalam dunia kepenulisan atau menurut Pak Gunawan Muhamad salah seorang penulis kondang dalam nada guyon penuh makna mengatakan  bahwa menjadi seorang  Penulis adalah seperti “kutukan.” Maka saran saya yang masih  sebagai penulis dalam taraf terus haus untuk belajar menimba ilmu :  perkembangan minat dalam merangkai kata hingga membentuk tulisan utuh sesuai dengan pasion harus tetap dilestarikan, jangan hiraukan dulu apakah nanti bisa sampai menghasilkan karya tulis yang baik atau menjadi seorang penulis professional terkenal sekalipun, sebab seperti pada awalnya, menulis dimulai dari adanya pengenalan huruf kemudian berkembang membentuk kata dan seterusnya sehingga menjadi tulisan yang utuh, biarlah itu mengalir mencari jalannya sendiri sesuai dengan kata hati-nurani dan kapasitas pengetahuan yang dimiliki, sambil terus mengasah ilmu dengan membaca dan menulis maka jika kemudian ditengah jalan menemukan imbalan bernilai ekonomis, anggaplah sebagai bonus  kesungguhan dan ketetapan hati dari kesukaan kita merambah belantara dunia tulis-menulis.


Wallahualam bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda