Rabu, 12 Oktober 2011

Pada Suatu Kesempatan Tentang mu 2

Aku sudah berusaha mengenakan pakaian yang tidak mengganggu penglihatan orang tuanya dengan memakai baju paling sopan ketika suatu waktu yang paling dinantikan terucap dari mulutnya, menyebabkan aku sanggup berlama-lama didepan cermin mematut diri, Fadly berkesempatan mengajaku untuk bertandang kerumahnya.

Sekalipun merupakan pertemuan yang pertama dengan Ibunya Fadly, kesan silaturakhmi perdana tersebut meninggalkan suasana hambar dihati, tidak ada keramahan dan respon yang menyenangkan walaupun aku berusaha semampunya untuk menarik perhatiannya, entah parameter apa yang dipakai ketika beliau menilai seseorang terutama teman perempuan anaknya untuk menentukan layak atau tidak layak sebagai kekasihnya.

Hubungan kami nampaknya semakin tidak dapat dibenahi lagi, menjurus kepada suatu titik kulminasi untuk mengambil sikap dari keduanya, dari aku dan Fadly sendiri dan tulisan di wall FaceBookku merupakan pertanda bahwa kini saatnya tiba untuk berakhir secara baik-baik setelah selama enam bulan lebih kita selalu bersama, bercanda dan menjalin manisnya rasa yang demikian sederhana menurutku, tetapi kesannya teramat membekas begitu mendalam di hatiku barangkali di hatinya.

==o0o==

Dua hari setelah pesan itu muncul di wall ku, dia tidak tampak diberanda sekolah maupun di kelas, sempat kutanyakan kepada rekan-rekan sekelasnya, jawabannya cukup mengagetkanku, beliau sakit, tetapi tidak ada pesan maupun berita langsung dari Fadly mampir ditelingaku, aku mencoba menjenguknya bersama rekan yang lain ketika kabar sakitnya Fadly demikian mengganggu pikiranku. Dan di sebuah kamar di rumahnya terlihat Fadly demikian pucat dan kurus dalam kondisi yang sungguh mencemaskan semua yang hadir di ruang tersebut, aku mencoba berempati seadanya walau Fadly menangggapinya dengan biasa-biasa saja, tersenyum dan sedikit bercanda.

==o0o==

Kucoba mencari kesibukan di Fb ku, Tulisan lain muncul di dinding yang terpampang dalam layar monitor PC.

“ Halllo leony apa kabar, lama tidak berjumpa dalam kegiatan ekstra kulikuler kita, kamu marah ya ? ” tulisan tersebut ternyata dari Safta teman satu kegiatan esktra kulikuler di sekolahku, entah kenapa tulisan tersebut menohok kesendirianku, semakin menambah rasa terpurukku seolah teman-temanku bahkan seluruh dunia tau bahwa hubunganku dengan fadly sedang dalam masa-masa kritis.

“Keadaanku baik-baik saja, kebetulan lagi ada kegiatan di rumah, maaf mungkin besok aku akan kumpul lagi bersama teman-teman “ jawabku singkat. Safta memang teman yang paling banyak dikenal disekolahku, fosturnya tinggi juga dan kepribadiannya menurutku cukup simpatik, amat menyenangkan, hal tersebut memang diakui oleh seluruh rekan dalam grup eskulku, sehingga kalau tidak dibalas statusnya bagaimana kata rekan lainnya, sudah terpuruk nambah masalah lagi wah aku buru-buru offline saja dari situs jejaring social ini.

Ternyata dugaanku benar, bahwa berita hubungan antara aku dan Fadly diantara teman-teman se SMA ku sudah sedemikian menjadi isu yang terus menerorku dengan pertanyaan-pertanyaan paling sensitif.  Banyak sekali yang simpati terhadap kasusku, tetapi banyak juga yang menguatkan hati Fadly melalui status tanda pedululi di wall FB nya, agar tidak terpengaruh kemudian tenggelam dalam perasaan terpuruk, paling penting kondisi kesehatannya harus selalu diperhatikan ujarnya. 

“Aku mau koo menjadi sarana pencurah muntahan serapahmu “ ujar Safta sambil tertawa nyengir. “ siapa yang marah” pikirku dalam hati.

==o0o==

Hampir dua minggu, Fadly tidak nampak muncul di sekolah lagi, aku semakin khawatir saja dengan kondisinya, sedang Safta semakin memburu mendekatiku, walaupun belum menyatakan apa-apa tetapi kerap dia selalu memberikan perhatian berlebih. Setiap pagi menjelang berangkat sekolah dia bersama motornya sudah nongkrong di gerbang rumahku berniat meluncur kesekolah bersama-sama.
” karena jalur perjalanan dari rumah menuju sekolah melewati rumahmu ” ujar Sapta ketika mencoba menanyakan maksud dan tujuannya menjemputku.

==o0o==

Dua minggu lebih setelah menerima pesan dalam Wall ku, aku larut dalam peristiwa yang sungguh tidak dapat dipercaya bahwa kejadian tersebut benar-benar hadir diantara hubunganku dengan Fadly. Dalam derai air mata serta kesedihan mendalam seluruh anggota keluarganya, aku hadir berbaur bersama hampir seluruh teman kelasku ditempat berkabung di rumah Fadly, suasana sendu menyeruak dimana-mana, do’a-do’a yang dipanjatkan serta pesan empati disampaikan, aku sempat mencium punggung telapak tangan Ibunya ketika proses pemakaman usai dilaksanakan, beliau memelukku erat seolah tidak ingin lepas, Dia merangkul tubuhku dan aku memeluknya dengan lembut larut dalam suatu perasaan kehilangan yang sama.

“ Fadly sudah lama sakit, dokter sudah memberikan vonis tentang rentang waktu hidupnya ” ujarnya terbata-bata, “Semenjak SLTP dia terkena kangker paru-paru ganas, saat akhir hayatnya otaknya sudah tidak lagi mendapatkan supply oksigen yang cukup” ujarnya pasrah.

“Mohon untuk dimaafkan dengan hati yang ikhlas apabila Fadly selama ini mempunyai kesalahan, baik sengaja maupun tidak disengaja terhadapmu dan rekan-rekan lainnya” ujarnya lirih.

Di rumah berkabung itu, segalanya seolah tampak kelabu, warna-warna hitam mendominasi upacara penghormatan terakhir terhadap kekasihku, secara spontan saja suaraku terucap tanpa harus terdengar oleh orang lain disekitarku, ada perasaan sesak di dada ini, ada suatu kesempatan bisa mengenalmu lebih dalam, tetapi tidak dapat aku manfaatkan moment tersebut dengan sebaik-baiknya.
“Terimakasih Fadly atas selama kurun waktu bersamamu, aku mempunyai kesan yang mendalam terhadap kepribadianmu, jika ada kesalahanmu sudah sejak lama aku maafkan, semoga engkau tenang menghadapNya.

Maafkan aku.

11-10-11
Alibukbrax

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda