Senin, 10 Oktober 2011

Pada suatu kesempatan tentang mu



Cinta memang unik, cinta datang mengikuti getaran hati setelah melalui suatu proses pandangan mata kemudian otak menilai dan hati menimbulkan rasa yang aneh tetapi benar-benar ada, getaran nya sering menimbulkan kerinduan ketika beberapa waktu saja tidak bersua, perasaan ingin selalu hadir bersamanya, larut menikmati keindahan dan merasakan dentam debaran jantung membuat raut wajah sekaligus senyum ter ulas berbunga-bunga, jujur dan alami, ratio memang kadang terabaikan ketika hati sudah terlanjur jatuh ke dalam pesona nya.
Dalam hidup menggapai cinta, kadang terabaikan sesuatu momen untuk saling memberi, meminta lebih menguasai perasaan dari pada berfikir untuk menyedekahkan sesuatu yang positif bagi kekasih.
Ketika dengan tiba-tiba saja aku duduk-duduk di sebuah kafe kecil bersama seorang teman paling akrab, ingin mendambakan rasa itu bergetar dalam hati, di sebuah kafe kecil setelah selesai jalan-jalan di tebaran ruang sibuk penuh dengan orang-orang disekitarnya, aku memilih rehat di suatu tempat yang agak sepi, hanya ada beberapa orang tua disekeliling muda-mudi yang asyik bercengkrama, menikmati beberapa panganan ringan dan masing-masing secangkir besar minuman dingin, kuacuhkan saja teman satu nasibku, yak mereka sama sepertiku sama-sama dalam kondisi jomblo.
Menikmati camilan ringan dan minuman dingin sungguh amat menyegarkan tubuh diterik panasnya matahari menjelang sore, udara yang panas sisa-sisa tengah hari tadi imbasnya masih meninggalkan gerah membuat badan sedikit berkeringat dan kulit wajahku agak kemerahan. Kuperhatikan sekitarku, tempat duduk serta meja yang lain sudah terisi semua, pengunjung lainnya juga bernasib sama sepertiku, sedikit tercekam cuaca membuat tubuh terasa tidak nyaman, dua orang remaja sedikit dibawah umurku sedang asik bercengkrama entah sedang membicarakan apa, masing-masing secangkir minuman dingin nampaknya mampu
menetralisir ketidak nyamanan tubuhnya, mimiknya kadang tersenyum memperhatikan lawan bicaranya, kemudian dengan tiba-tiba saja tertawa cekikikan dan aku serasa semakin kesepian saja diantara pasangan pasangan sibuk dengan keceriaannya masing-masing.
Kunikmati saja apa yang ada dihadapannku, tiba-tiba saja seorang pemuda bertampang dan berfostur sesuai dengan anganku, lewat persis didepanku berlenggang bak peragawan, berperawakan khas, ramping dan tinggi menghampiri seorang ibu yang berada tepat sedikit berada dihadapanku, kemudian duduk menyamping melapangkan ruang pandangku untuk sekedar menikmati gerak-geriknya. Proses pesonaku berlangsung mengalir, kunikmati saja moment penting ini.
==o0o==
Kini perjaka tersebut hampir setiap hari selalu bersamaku baik ketika berangkat sekolah maupun mengantarnya pulang ketika tanda bel telah berdentam, dia memang satu SMA denganku dan satu tingkatan pula semenjak enam bulan yang lalu dia terdaftar di satu sekolah yang sama denganku.
“Hubungan kita Off dulu ya Leony,tulisnya dalam wall Fb, pikiranku lagi tersumbat dan aku tidak tau apa yang harus kulakukan agar kebersamaan kita tidak mengalami suatu yang justru mendatangkan hal yang tidak diinginkan bersama”, begitulah status facebooknya yang tertera di dinding account pribadiku, aku bener-bener buntu apa yang kau inginkan, sambil merenung penuh tanda tanya.
“ kau tidak menyadari ya, bahwa tulisan yang terpublish di fb akan tersebar kemana-mana akan termonitor juga oleh rekan-rekan kita satu sekolah” ujarku dalam tulisan chat.
“aku sudah memperhitungkannya, sudah dipikirkan dengan matang dan saya kira tulisan yang terpublish tersebut benar-benar hasil dari olahan rasaku yang sudah direnungkan dengan matang”, Fadly membalas pertanyaanku “. Aku benar-benar tidak tau apa yang kau pikirkan tentang hubungan kita selama ini sehingga dengan tiba-tiba saja tulisan tersebut muncul dan membuat galau perasaanku.
Hubungan aku dan Fadly menjadi semakin renggang akhir-akhir ini, setidaknya sudah beberapa hari tidak saling terkoneksi satu sama lain dan keadaan tersebut memposisikan diriku semakin terpuruk saja, menggantung dengan keputusan sepihak, padahal informasi tersebut sudah tersebar kemana-mana mungkin sudah menjadi bahan gosip rekan-rekanku dan sampai saat inipun aku tidak habis pikir dengan jalan pikirannya.
“Jika kau berkehendak untuk mengakhiri hubungan kita kenapa dengan cara yang tidak elegant demikian, kenapa tidak membicarakannya baik-baik” pikirku dalam hati yang semakin tidak pernah kumengerti ada peristiwa apa yang menimpa otaknya. Sebetulnya pernyataan Fadly tersebut sudah diperkirakan sebelumnya, bahwa berakhirnya hubungan kita berdua cepat atau lambat pasti akan terjadi, aku teramat mengetahui karakter Fadli yang sangat patuh dan hormat kepada Ibunya, Ayahnya sudah beberapa tahun meninggal, sehingga Fadly sebagai seorang anak laki-laki tertua dikeluarga tersebut dirasakannya mempunyai peranan penting menurutku.
Kuperhatikan reaksinya ketika suatu saat aku ingin sekali berkunjung kerumahnya, masih tersimpan beberapa pertanyaan yang belum terjawab dari mulut Fadly ketika itu, perasaan risih yang pernah dialami sebelumnya seolah menguatkan ketika Fadly sepertinya enggan mengajak aku untuk dikenalkan kepada anggota keluarganya.
==o0o==
Aku sudah berusaha mengenakan pakaian yang tidak mengganggu penglihatan orang tuanya dengan memakai baju paling sopan ketika suatu waktu yang paling dinantikan terucap dari mulutnya menyebabkan aku sanggup berlama-lama didepan cermin mematut diri, Fadly berkesempatan mengajaku untuk bertandang kerumahnya.
Sekalipun merupakan pertemuan yang pertama dengan Ibunya Fadly, kesan silaturakhmi perdana tersebut meninggalkan suasana hambar dihati, tidak ada keramahan dan respon yang menyenangkan walaupun aku berusaha semampunya untuk menarik perhatiannya, entah parameter apa yang dipakai ketika beliau menilai seseorang terutama teman perempuan anaknya untuk menentukan layak atau tidak layak sebagai kekasihnya.

Bersambung...

10-10-2011
Alibukbrax.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda