Kamis, 05 Januari 2012

Terseret Misteri Pantai Selatan



Bukan saja karena alamnya terlihat asri di temaram malam, desiran angin pun menerpa lembut, menyibak gerai rambut sebahuku, alunan angin terus saja membelai sekujur tubuh, kemeja hem putih tipis tangan panjang kesukaanku bagian lengannya kugulung sampai ke siku serta celana panjang pantaloon abu-abu berkelebat menyiratkan selalu ada yang kurang tanpa kehadiranmu disisi, kelebatnya memanggil-manggil seolah ingin menerbangkan seluruhnya, melucuti apa yang kupakai tanpa terkecuali membiarkan hanya bulan saja yang mengintai di antara gulungan awan dan mengamati setiap lekuk detail sekujur tanpa busana. Butiran pasir putih bak perak terhampar luas terperangkap diantara gundukan karang berstruktur keras, tersapu sinar rembulan menghiasi seluruh bibir lautan luas, ombaknya berlari berkejaran dan ketika sampai di pantai, melandai menerpa kaki-kaki yang selalu riang menyapa ketika lama tidak mengunjungi ke pantai kerinduanku.

Digundukan karang itu, di dekatnya tumbuh sebuah pohon yang ranting-ranting kerontangnya menjulur menguluk salam, selalu saja ditempat itu kita berdua duduk diam mengamati pantai, tempat yang amat romantis. Kau selalu terbiasa mengikatkan selendang warna beige di ujung ranting, kelepaknya menari, berkelebat bagai ular naga meliuk melambai-lambai.

Hampir lima menit kau bermain pasir putih disana, dijarak delapan langkah dari aku duduk santai memandang laut lepas digundukan karang ini. Kau malah terlalu asik membangun bentuk-bentuk dari bahan dasar pasir putih, lalu merobohkannya dengan kaki jenjangmu hingga rata, kemudian tawamu pun pecah diantara suara rintih angin dan deburan ombak.

Duduklah di sini, lihat pucuk-pucuk ombak bergeliat berkejaran tak pernah lelah, merayu rembulan untuk turun menari bersama memainkan irama tanggo.

Kau pun berlari, berjingkat diantara butiran pasir dan ketika sudah tinggal sedepa dari jarakku kau melompat bagai kilat menubruk dadaku kemudian duduk disebelahku melingkarkan sebelah tangannya dan membiarkan menggantung dibagian dileherku.

Bulan itu baru beberapa hari yang lalu bulat sempurna, sisanya masih menampakan bentuk yang tidak kalah indah, gumanku pelan, kau malah memperhatikan kelebat selendangmu, melambai-lambai dipermainkan angin.

“Bagaimana kalau malam ini kita bersatu”
“Bersatu kita teguh, bercerai gua tinju idung luu” gumannya acuh tak acuh, perhatiannya tetap tertuju kepada selendang warna beige yang melambai menari.

“sepertinya lucu ketika dua tubuh bersatu membentuk satu badan, tubuh kita seolah terbagi dua dari bagian atas sampai ke bawah, sebelah kiri bagian loo sebelah kanan gua” ujarku mengajak bercanda

Husss bercanda tidak lucu, loo jangan ngomong macam-macam di pantai ini, kenapa nggak membahas hubungan kita kedepan saja, tempat ini menurut cerita turun temurun dari nenek moyang gua, menyiratkan bahwa setiap ucapan yang keluar ditempat ini ketika disaksikan bulan purnama dan deburan ombak pantai akan menjadi kenyataan… 

Tahayul, klenik, kujitak pelan kepalanya, hanya mengingatkan bahwa isi kepala itu jangan melulu diisi dengan pikiran yang gaib, irasional. Kenapa nggak diisi dengan hal-hal yang indah-indah kek…

Kurapatkan tubuhku sehingga tubuhnya seolah bersatu dengan tubuhku, kuperhatikan ombak dari kejauhan meninggi, berlari menuju pantai, semakin mendekat semakin membesar, aku terpana memperhatikan tanpa bergerak sedikitpun, ombak itu semakin mendekat bertambah membukit lalu menggunung berlari kencang menghampiri, ketika kita mulai ketakutan dan hendak berlari menghindar, gunungan ombak tersebut dengan kecepatan kilat sudah mengubur kita berdua. 

Sesak dada ini untuk beberapa saat, ketika tersadar amukan ombak tersebut sudah mereda, kuperhatikan sekelilingku, kau sudah menghilang dari sisiku, ku berlari memanggil-manggil namamu, pandangannku menyapu ke setiap penjuru pantai, tapi kau tidak ada dimana-mana.

Tubuhku terasa aneh, seolah ringan menapak di pasir putih dan otaku pusing tak karuan. Tiba-tiba saja tangan kiriku memukul dada sebelah kananku berkali-kali, ada guman aneh dari tubuh sebelah kiriku. 

Apa gua bilang, pantai ini pantai keramat, cerita turun-temurun tersebut benar adanya, aku terkaget mendengar ucapannya, kuraba dada sebelah kananku, ada rasa yang ganjil disana, sepertinya aku pernah merasakan hal yang ganjil tersebut tetapi lupa entah kapan dan dimana… 

Tangan kiriku sepertinya bergerak-gerak menyusuri bagian tubuh kiriku, meraba-raba jauh sampai kebawah pinggang, tiba-tiba ada yang memekik histeris, suara tersebut berasal dari tubuh bagian sebelah kiriku, lalu menangis, meringis, sesekali bergidik, menggetarkan bahu sebelah kiriku beberapa kali.

Aku malah bingung tak habis pikir, tangan kiriku menemukan apa dibagian sana…?

Selalu saja yang dominan yang menonjol, gumannya memberi penjelasan, jika yang positif lebih dominan dari negative kalau dijumlahkan pastilah hasilnya menjadi positif, jika angka nol ditambahkan dengan angka satu pastilah nilainya menjadi satu, gumannya, tangannya ditarik cepat, kini beralih memukul-mukul dada bagian kananku sambil menangis histeris.

Aku masih bingung dengan ucapannya…………….@##&’;



Halaaaagh cape ngetiknya lain kali saja kalau inget di sambung lagi, untuk sementara silahkan berimaginasi enaknya bagaimana kelanjutannya ….?


Alibukbrax 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda