Sabtu, 12 Maret 2016

Todongan senjata ditemaram ruang pesta


Kakinya masih diletakan leluasa diatas meja bulat, bundar, ketika Jhoni menghadap kepadanya dalam kondisi tubuh babak belur, darah masih mengucur di dahi, sebelah matanya tertutup lebam biru, praktis hanya satu mata saja yang dapat berfungsi untuk memperhatikan Rahadian yang sedang duduk santai dihadapannya, dua orang anak buahnya memapah Jhoni kehadapannya, sementara Rahadian memicingkan mata, senyum kecut tersungging dari bawah kumis tipis penghiasi bibirnya.

 “Letakan tangan dibelakang” teriak anak buah Rahadian seraya mendorong Jhoni untuk mendekati sang Boss..

 “Setoranmu kurang  dua minggu terakhir ini, ada apa denganmu, kau telah menyia-nyiakan kepercaanku” Ujar Rahadian acuh tak acuh, rokok yang terselip dibibir dihisapnya kuat-kuat. Rahadian berdiri pelan mendekati Jhoni, menghembuskan asap yang keluar dari dalam tenggorokan ke wajahnya yang kuyu..
Jhoni hanya mampu terdiam merasakan kepulan asap mengerubuti wajah yang berdenyut sakit, ia berusaha untuk memejamkan matanya yang hanya tinggal sebelah, menghentikan sementara kinerja pernapasan agar asap rokok tidak mengganggu patu-paru dan matanya, namun sia-sia Jhoni terbatuk untuk kemudian berusaha menengadahkan wajah memperhatikan sang Boss. 

“Ada apa denganmu Jhon” ujar Rahadian, masih bernada datar sambil membalikan badan, mengambil langkah ke posisi agak menjauh, menjaga jarak antara diri dengan anak buahnya yang tidak berdaya kemudian berhenti, menengadahkan kepalanya ke langit-langit ruang.

“Gank baru mengacak-acak wilayahku “ ujar Jhoni terbata-bata. 

Mendengar suara Jhoni terucap singkat, Rahadian cepat sekali membalikan badan  “Dan kau hanya menghindar, kau telah nyata-nyata meremehkan kemampuanku, kau banci tengik, kau telah merendahkan martabatku didepan anak buah gank bau kencur, dasar ayam sayur brengsek”, ucap Rahadian membahana, intonasi suaranya meninggi, kepala tengadah ke langit-langit ruang, pupul matanya membesar seperti ingin menelan bulat-bulat lelaki tak berdaya yang berdiri tertunduk dihadapannya.

“Jawab pertanyaanku, kenapa kau tidak menghubungi rekanmu, atau aku”.
“Ehm ..ehm..telepon genggamku… “ belum sempat Jhoni menyelesaikan ucapannya, sebuah dorongan telapak tangan kuat menghentak wajah, Jhoni terjengkang, tersungkur dilantai dingin tanpa bergerak sedikitpun, darah segar dari hidungnya  merembes membasahi lantai rumah Rahadian yang mewah.
“Kau urus brengsek pencuri penghasilanku ini, masukan ke Rumah sakit, sekalian berikan penghasilan bulan ini kepada keluarganya”  pemerintahnya singkat kuat, anak buahnya menggangguk takjim,  tidak menyangka kejadiannya begitu cepat bagai kilat.

===o0o===

Pesta itu demikian meriah, suara tawa berbaur alunan musik mendayu-dayu mengantarkan pelantai dansa asyik masyuk dalam dekapan pasangannya masing-masing,  gelas- gelas berisi minuman bertaburan dimana-mana, ruang pesta temaram hanya sinar kerlap-kerlip yang menuntun Rahadian berjalan mantap menyeruak diantara keramaian pesta, memhampiri satu-satunya orang yang dituju.
“Kau telah merusak ruang pestaku dan aku kesini untuk mengobrak-abrik kecerianmu”, suara Rahadian berbisik  pelan dekat ditelinga seorang lelaki yang sedang duduk  asyik bercengkerama dengan beberapa perempuan cantik.

Tubuh lelaki tersebut masih dalam  posisi semula seolah mengacuhkan tamunya yang sudah berani lancang mengancam kewibawaanya, moncong senjata colt yang dingin menempel di pelipisnya.
Kejadian tersebut serentak  memancing keributan anak buah lelaki tersebut, terkesima sesaat kemudian mencabut pistol masing-masing, bergerak mengepung Rahadian yang dingin membeku, wajah Rahadian tidak bergeming, tidak menampakan rasa gentar sedikitpun fokus ke obyek bidikannya.
Tanpa ada perintah sedikitpun, seolah keluar dari kegelapan, segerombolan  anak buah Rahadian memasuki  ke ruang pesta, menodongkan pistol-pistolnya di kepala anak buah sang lelaki.
Kepala  lelaki tersebut bergerak perlahan, matanya menyelusuri wajah sang penggenggam senjata yang setiap waktu dapat membuyarkan isi kepala.
Lelaki dengan wajah sedingin es menatap tajam, Rahadian  masih dalam posisi siap siaga, sinar matanya beradu  satu sama lainya, tidak bergeming sedikitpun selama beberapa saat, terdiam seolah saling menjajagi kekuatan masing-masing.

“Aaaah kau Romi rupanya”, kapan keluar dari penjara, keduanya saling berpelukan.
“Koo tanpa menghubungi aku, pesta ini memang layak untuk kita rayakan bersama hahahaha”
Cut…cut…cut…cukup sudah adegan hari ini, besok dilanjut lagi ujar seorang perempuan seksi yang sedari tadi berada duduk didekat kamera sambil bertepuk tangan meriah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda