Selasa, 16 Desember 2014

Pada Mulanya Adalah Imajinasi Kemudian Menjadikannya Ada





Banyak pula tingkah polah anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya  dan biasanya berkaitan erat dengan tokoh  idola mereka, sang idola bisa saja berupa peran-peran yang ada di sekelilingnya melalui pengembaraan imajinasinya setelah mengamati acara atau film di TV. Kebiasaan yang  ditangkap oleh  anak-anak perempuan ketika berkomunikasi dan memainkan tokoh-tokoh imaginasinya tidak akan jauh-jauh mengambil peran,  seorang Ibu, ayah, adik, kakak, teman-temannya yang nakal maupun yang baik dan entah apalagi sehingga kalau sengaja diamati tingkah laku mereka akan riuh dan nampak serunya. Biasanya saya tidak akan dengan secara sontak, tiba-tiba saja membuyarkan alam imaginasinya dengan segala perangkat media berupa boneka dan peralatan mainan perempuan lainnya, jikapun penting banget maka biasanya ibunya seolah turut masuk juga kedalamnya, berkomunikasi sebentar kemudian baru beralih ke tujuan yang diperlukan.
Kebiasaan anak perempuan kami bergaul dengan nama-nama yang aneh dari tokoh-tokoh dalam alam imaginasinya akan mengalami pasang surut, tingkah laku demikian akan mulai berkurang ketika menginjak kelas dua SD. Namun sebaliknya dengan anak laki-laki justru umur sedemikian sedang seru-serunya. Anak perempuan akan berangsur surut melakonkan tokoh beserta perangkat permainannnya sebagai media untuk masuk kedalam alam imaginasinya, semuanya akan mulai ditinggalkan ketika menginjak kelas tiga SD yang  pada giliranmya boneka dan alat permainan tersebut akan diperlakukan secara wajar apa adanya saja.

 Film anak-anak di TV paling dominan merasuk kedalam  alam khayal mereka, maka kalau dulu film Si Unyil yang kaya dengan pesan moral dan mengangkat kehidupan sehari-hari di masyarakat maka anak-anak perempuan menjadi tau bahwa Lurah itu adalah Pegawai Negeri sedang Kepala Desa dipilih oleh dan dari rakyat, peran apa yang dimainkan oleh pak RT atau RW serta  Kades  sangat gamblang di amati oleh mereka, pentingnya silaturakhmi, kebersihan dan keamanan lingkungan dengan segala problemanya.

Lain lagi di jaman sekarang, anak-anak SD terkagum dengan IPIN-UPIN  film animasi  produk malaysia, entah kenapa anakku yang laki-laki bontot lebih menggandrungi Film animasi luar daripada dalam negerinya sendiri, saya cenderung menilai karena kisahnya tidak asing lagi, sering ditemui di lingkungaan nyatanya selain memang teknik penyampaiannya yang mengundang kagum sementara reaksinya anak tersebut sepertinya biasa saja tidak se heboh ketika menonton film yang berkisah sang jagoan bertema kepahlawanan,  memang  bawaannya adem ayem saja namun begitu menginjak kelas tiga dan kenal dengan Film animasi baru BoboBoy yang disiarkan di TV dan ditayangkan pada jam-jam tertentu kemudian dalam waktu luang  ia bisa kapan saja mencari informasinya di internet, ujung-ujungnya tingkah polahnya menjadi semakin aneh, sering kedapatan sedang was-wes-wus memerankan tokoh idolanya, ia asyik  berubah sebagai tokoh-tokoh pujaan dalam alam imaginasinya dan seperti biasanya sayapun akan membiarkan saja selama tidak membahayakan kepribadiannya. Yang menjadi pertanyaan besar selalu saja berkecamuk dalam pikiran yaitu apakah perilaku demikian akan mempengaruhi kejiwaannya terutama pada umur-umur sedemikian? tentu saja menyangkut dampak psikologinya (karena saya minim pengetahuan Psikologi dan bukan psikolog pula).

Sepengetahuan saya pribadi, karena tentu saja dulu juga  pernah menjadi anak-anak dan sangat gamblang sampai sekarang bagaimana kebiasaan tingkah polah anak-anak  saya tersebut, yaitu kebiasaan berimajinasi  yang tokoh-tokohnya bisa diambil dari bahan bacaan anak-anak dan film, baik film kartun maupun peran tokoh manusia biasa. Kebiasaan tersebut menurut pengalaman saya pribadi  justru sangat bermanfaat dalam menerapkan pola belajar dalam menyerap materi pelajaran baik ketika sebagai siswa maupun mahasiswa bahkan  berguna  sampai bekerja sekalipun, hal ini diketahui justru ketika sudah mempunyai anak yang mulai bertingkah laku demikian. Manfaatnya paling tidak menjadi terbiasa untuk fokus ketika  membaca buku maupun memperhatikan peran seseorang atau yang lainya apalagi menyangkut peran guru yang sedang memberikan pelajaran, yang pada giliranya akan memudahkan untuk menyerap, mengerti bahkan berimajinasi menghubungkan materi-materi yang disampaikan guru tersebut baik berupa bentuk-bentuk, angka-angka, teory bahkan narasi yang panjang sekalipun mejadi bangunan bahkan kisah cerita  imaginasi yang utuh, jika belum mencapai bangunan atau cerita imaginasi yang utuh yang dapat dipahami secara nalar tentu ada yang kurang lengkap dan perlu ditanyakan secara langsung kepada guru ybs atau mencarinya di buku-buku pelajaran. Semua itu cukup menghemat energi belajar bahkan ketika musim ulangan atau ujian sekalipun tinggal membacanya kembali secara ringkas, cepat dan tepat  untuk  memanggil kembali imaginasi bangunan dan cerita yang sudah difahami tersebut. 

Kisah ini memang kelihatan aneh dan sulit untuk difahami tetapi memang demikian adanya dan barangkali banyak yang senasib sepenanggungan seperti saya.  Banyak  yang memperkuat keyakinan  tersebut, bahwa pengagum cerita atau kisah fiksi sekalipun  yang sering membentuk alam imajinasi  dalam alam pikirnya justru sangat berguna sekali dalam hal belajar dan menghasilkan ide-ide. Barangkali pendapat saya akan berbeda dengan mereka yang kurang suka akan seni dan kisah fiksi. Pendapat apapun yang  berseberangan dengan tulisan saya yang kurang suka dengan seni dan kisah fiksi tetap saya hormati.


Keyakinan saya tersebut memperkuat bahwa dalam membangun dan mengembangkan alam imaginasi ke dalam dunia ide-ide yang pada gilirannya menghasilkan karya yang bersifat nyata, menjadikan hal yang tiada menjadi ada justru dimulai dari imajinasi, hal ini dapat diamati, paling mudahnya dapat di temui dari karya  arsitek piawai yang menciptakan bangunan indah dan megah bahkan sampai menjulang tinggi menggapai langit. Bahkan Einstein pun seiring menciptakan teory relativitas Ia juga pemuja Imajinasi, tetapi Poemnya saya lupa di taruh dimana. Sayangnya dari semua yang diceritakan tersebut diatas ternyata saya termasuk kedalam yang terlambat untuk mengagumi apalagi terlibat ke dalam dunia fiksi dan Imajinasi.


*Hanya sekedar mengingatkan bahwa acara tayangan televisi bisa mempengaruhi kehidupan seseorang apalagi  anak-anak yang sedang haus-hausnya menyerap segala  macam informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda